Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisnis "Jersey" Bekas, Dibeli Rp 30.000 Laku Rp 300.000

Kompas.com - 03/12/2014, 11:11 WIB

MALANG, KOMPAS.com
- Tri Sutrisno (30), warga Malang, menjadi penggemar jersey impor bekas. Sejak 2007 lalu, ia masuk keluar toko baju bekas bos (babebo) impor di Malang untuk mencari kostum klub sepak bola luar negeri.

Koleksi jersey impor bekas milik pria yang akrab disapa Rino ini pernah mencapai 200 potong. Dari hobi mengoleksi jersey impor bekas itu, kini dia berbisnis baju bekas. (baca juga: "Baju Bekas Bos" Makin Naik Kelas).

Rino mengawali bisnis babebo awal 2012. Itu pun, dia lakukan secara tidak sengaja. Ketika itu, di Malang sedang booming jersey bekas impor.

Ia menawarkan koleksi jersey miliknya lewat akun Facebook. Jersey bekas yang di-posting di akun Facebook mendapat respon baik dari pengguna media sosial. Banyak yang tertarik dengan kostum klub olahraga bekas impor miliknya. Bahkan, pengguna media sosial berani mematok harga tinggi untuk jersey bekas impor milik Rino.

"Jersey yang saya beli Rp 30.000 bisa laku Rp 300.000. Dari situ, saya tertarik menekuni bisnis ini," ujar pemilik toko babebo impor 'Tukatuku' itu.

Koleksi jersey bekas impor milik Rino pernah laku terjual Rp 1.050.000. Jersey tersebut milik klub sepakbola besar Inggris Manchester United. Padahal jersey MU dengan nomor punggung tujuh dan ada tulisan Beckham itu dibelinya dengan harga Rp 40.000 saja.

"Jersey itu memang asli dan ada sejarahnya. Ketika itu MU mendapatkan treble winner pada 1999. Makanya, jersey-nya bisa terjual mahal," katanya.

Lintas kelas ekonomi

Menurut Rino, sekarang babebo impor sudah menjadi gaya hidup bagi masyarakat. Semua kalangan sudah tidak malu lagi memakainya. Peminat babebo pun sudah menembus semua kalangan.

"Sekarang banyak mahasiswa, pecinta alam, orang hobi olah raga, dan pegawai, yang menjadi peminat baju bekas," katanya.

Pemilik toko baju bekas impor di Mergosono, Kota Malang, Erwind Noor mengatakan, pelanggan di tokonya 80 persen merupakan mahasiswa. Para mahasiswa tersebut mencari baju maupun celana bermerek dan modelnya tidak pasaran.

"Mereka senang beli baju bekas impor karena modelnya hanya satu. Barangnya juga bagus dan harganya murah," katanya.

Menurut dia, masyarakat pinggiran dan ekonomi rendah malah tidak mau membeli baju bekas impor. Kalau pun membeli, baju bekas tersebut tidak untuk dipakai sehari-hari. Mereka membeli baju bekas hanya untuk ke sawah.

"Kalau yang tidak tahu barang, malah tidak mau beli baju kayak gini," ujarnya.

Rino mengatakan, peminat baju bekas impor di Malang terus berkembang. Sekarang, peminat baju bekas impor di Malang sudah lintas golongan. Mulai anak muda, tua, laki-laki, maupun perempuan keranjingan belanja baju bekas impor.

"Tapi, Malang masih kalah sama Bandung, Yogyakarta, dan Jakarta. Di Jakarta, artis pun sering belanja baju bekas. Karena, selain kualitasnya bagus dan bermerek, modelnya juga terbatas," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com