Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diduga karena Limbah, Puluhan Anak di Belu Derita Gatal-gatal

Kompas.com - 06/11/2014, 19:38 WIB
Kontributor Kupang, Sigiranus Marutho Bere

Penulis


ATAMBUA, KOMPAS.com
- Puluhan anak Dusun Koin, Desa Ekin, Kecamatan Lamaknen Selatan, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, terserang penyakit kulit. Penyakit kulit yang menyerang alat kelamin, kulit perut, jari tangan dan kaki serta dubur tersebut terjadi sejak sebulan yang lalu.

Romo Inosensius Nahak Berek, pastor di Nualain, mengatakan penyakit gatal itu sebenarnya sudah hampir setahun menyerang warga. Namun, pihak pemerintah daerah Belu belum memiliki langkah konkrit untuk mencari tahu penyebabnya.

"Sudah ada puluhan anak dan orang dewasa di Dusun Koin yang kembali menderita penyakit gatal-gatal. Jumlah tersebut diperkirakan akan bertambah mengingat dari Pemerintah Daerah (Pemda) belum ada respons terkait keluhan penyakit warga tersebut," tutur Romo Inosensius, Kamis (6/11/2014).

Sampai detik ini, lanjutnya, Puskesmas Nualain baru satu kali melakukan pemeriksaan terhadap para korban. Anehnya, belum ada informasi resmi dari pihak Puskesmas terkait penyebab penyakit kulit itu.

Romo Inosensius berharap, warga penderita penyakit gatal segera ditangani Pemkab Belu sehingga warga lain tidak ikut terjangkit.

Sementara itu, Melky Nahar dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) daerah Nusa Tenggara Timur, mengungkapkan penyakit kulit yang menyerang warga diduga akibat kondisi daerah aliran sungai Bekosorun yang sudah tercemar.

"Dugaan kami karena Daerah Aliran Sungai (DAS) Bekosorun itu sudah tercemar limbah tambang mangan PT Nusa Lontar Resources yang notabene beroperasi di Dusun Ai Tameak, hulu dari DAS tersebut," kata Melky.

Menurut dia, Dinas Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Belu dan Provinsi NTT pernah melakukan uji laboratorium terhadap air yang dikonsumsi warga setempat.

"Kami tidak tahu, mereka (BLHD) ambil sampel air dimana dan hasil uji laboratoriumnya seperti apa, kami juga tidak tahu. Pemkab Belu cenderung tertutup dengan informasi seperti itu," kata Melky.

Oleh karena itu, Walhi mendesak Pemkab Belu untuk segera melakukan pengobatan dan mencaritahu apa penyebab terjadinya penyakit itu.

"Pemkab Belu jangan tunggu di tempat, mereka harus turun ke lokasi," ungkap Melky.

Terkait hal itu Penjabat Bupati Belu, Wilem Foni yang dihubungi berulang kali melalui telepon seluler namun tidak aktif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com