Rosa pedagang eceran di wilayah Radamata, Kecamatan Kota, Sumba Barat Daya, Jumat (31/10/2014) siang mengaku terpaksa menaikan harga bensin karena tidak bisa membeli langsung ke SPBU, tetapi melalui pihak ketiga.
“Sudah dua hari ini bensin susah kita dapat karena banyak kendaraan yang antre. Saya beli dari oto (mobil) yang masuk tab (mengisi) bensin di SPBU. Satu jeriken ukuran 35 liter saya beli dengan harga Rp 450.000 sehingga saya jual Rp 40.000 untuk satu botol dan setengah botolnya Rp 20.000,” kata Rosa.
Menurut Rosa, semua pedagang bensin eceran sepakat menaikan harga, hanya pada saat antrean kendaraan saja. Jika sudah tidak ada antrean lagi, maka harga pun akan berlaku normal kembali. ”Harga bensin mahal, hanya saat antrean kendaraan yang panjang. Namun biasanya kalau sudah lancar (normal) maka kami jual per botolnya antara Rp 7.000 sampai Rp 8.000,” kata dia.
Terkait hal itu, anggota DPRD NTT dari PDI Perjuangan Yunus Takandewa mengatakan, pemerintah daerah setempat harus segera mengeluarkan aturan terkait penjualan bensin eceran, baik harga maupun kuota bagi pengecer.
“Jangan sampai antrean kendaraan ini karena isu kenaikan BBM. Kita khawatir juga ada mafia jual bensin eceran karena harga yang sangat mahal sekali. Padahal penjualan bensin eceran ini persis berada di depan SPBU. Karena itu kita meminta aparat kepolisian harus ada operasi sehingga jangan ada SPBU-SPBU tandingan,” kata Yunus.
Menurut Yunus, imbas dari antrean BBM itu akan berdampak pada masyarakat kecil khususnya petani, tukang ojek, dan mobil angkutan umum yang mengantungkan hidupnya pada BBM. ”Kita heran dengan kondisi ini. Padahal kuota BBM ke SBD normal kok masih antre,” kata Yunus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.