Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

RSU Kehabisan Obat, Pasien Miskin Pinjam Uang ke Tetangga dengan Bunga 50 Persen

Kompas.com - 22/09/2014, 19:36 WIB
Kontributor Kupang, Sigiranus Marutho Bere

Penulis

KEFAMENANU, KOMPAS.com - Kelangkaan obat dan alat kesehatan di Rumah Sakit Umum (RSU) Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur, rupanya masih saja terjadi hingga saat ini. Hal tersebut membuat sejumlah pasien miskin harus mengeluarkan uang hingga jutaan rupiah untuk membeli obat dan alat kesehatan di apotek di luar rumah sakit.

Padahal, Bupati TTU Raymundus Sau Fernandes ketika dihubungi Kompas.com melalui pesan media sosial, Rabu (17/9/2014) lalu, mengatakan, obat dan alat kesehatan telah tiba di RSU Kefamenanu setelah diangkut dengan sebuah truk, Selasa (16/9/2014) lalu.

Kekecewaan sejumlah pasien terkait krisis obat dan alat kesehatan itu mulai mencuat setelah para pasien sudah mulai terbebani dengan harga obat dan alat kesehatan yang terbilang cukup mahal. Misalnya, Martinus Lake (70), warga Desa Maurisu Tengah, Kecamatan Bikomi Selatan, TTU, menjalani perawatan medis di bangsal laki-laki kelas III RSU Kefamenanu. Kepada Kompas.com, Senin (22/9/2014), Martinus mengaku sangat kecewa dengan pelayanan rumah sakit kali ini yang menurutnya sangat buruk dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

“Pokoknya rumah sakit dan pemerintah harus segera kembalikan uang kami yang sudah kami keluarkan untuk beli obat, infus dan lain-lain. Kami masuk ke sini dengan harapan diobati secara gratis karena kami pakai kartu miskin, tetapi kenyataannya kami harus keluarkan uang hingga jutaan rupiah untuk beli obat,” keluh Martinus.

Menurut Martinus, keluarganya terpaksa meminjam uang sebesar Rp1,5 juta dari tetangga mereka (rentenir) dengan bunga sangat tinggi, yakni 50 persen.

"Kalau tidak utang, kami mau dapat uang darimana lagi pak,” kata Martinus yang mengaku sudah seminggu dirawat di rumah sakit.

Masih beruntung, kata Martinus, bila dirinya hanya dirawat seminggu. Seandainya jika harus dirawat hingga sebulan, tentu akan membutuhkan biaya yang sangat besar dan bisa-bisa dia akan keluar dari rumah sakit dengan kondisi sakitnya yang masih parah.

“Nanti yang untung itu pasien yang masuk, karena sudah ada alat kesehatan dan obat. Sementara kami yang saat dirawat bersamaan dengan stok obat yang kosong ini bagaimana? Kami merasa ini tidak adil bagi kami,” beber Martinus.

Keluhan yang sama juga disampaikan oleh Yosef Akoit, pasien lainnya yang berasal dari Desa Fatumtasa, Kecamatan Insana Utara. Dia baru sehari dirawat di RSU Kefamenanu, tetapi sudah mengeluarkan uang sebesar Rp 160.000 untuk membeli infus dan obat-obatan.

“Tadi malam kami ke Puskesmas Insana Utara, namun karena di sana tidak ada dokter sehingga kami disuruh oleh perawat untuk ke rumah sakit. Karena penyakit saya ini semakin parah, maka kami terpaksa datang berobat ke sini. Tadi malam kami sewa mobil angkutan pedesaan dari kampung ke sini (rumah sakit) dengan tarif RP 600.000, ditambah tadi beli obat dan infus Rp 160.000, belum tambah biaya makan dan minum yang kalau dijumlahkan semua hampir mendekati Rp 1 juta,” papar Yosef.

Terkait hal itu, Direktur RSU kefamenanu, Wayan Niarta yang hendak dikonfirmasi Kompas.com di ruang kerjanya, sedang bertugas ke luar daerah.

Dihubungi terpisah, Bupati TTU, Raymundus Sau Fernandes mengatakan, obat dan alat kesehatan sudah ada di rumah sakit, sesuai dengan laporan dari direktur RSUD.

"Direktur rumah sakit sudah laporkan ke saya kalau obat dan alat kesehatan sudah ada. Saya telepon direkturnya sekarang ya,” kata Raymundus.

Menurut Raymundus, tuntutan pasien yang ingin agar uangnya diganti oleh pemerintah tersebut tentunya harus dilihat dulu aturannya.

Untuk diketahui, kelangkaan obat yang terjadi di RSU Kefamenanu ini sudah berlangsung sejak sembilan bulan lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com