Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga di TTU Mengeluh Laporan Pencurian Sapi Didiamkan oleh Polisi

Kompas.com - 19/09/2014, 20:25 WIB
Kontributor Kupang, Sigiranus Marutho Bere

Penulis

KEFAMENANU, KOMPAS.com - Warga di Kecamatan Biboki Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur, menganggap maraknya pencurian sapi daerahnya tersebut sudah menjadi siklus tahunan.

“Maraknya pencurian sapi di daerah perbatasan antara Kecamatan Biboki Utara dan Kabupaten Belu sudah menjadi siklus tahunan karena terjadi setiap tahun, sejak kami masih kecil hingga hari ini,” kata Marsel Manek diamini Daniel Manek, asal Desa Hauteas, Kecamatan Biboki Utara, TTU kepada Kompas.com di Kefamenanu, Jumat (19/9/2014).

Menurut Marsel, pencurian sapi milik warga sering terjadi di Desa Hauteas, Hauteas Barat, Kelurahan Boronubaen dan Kelurahan Boronubaen B. Aksi pencurian itu, kata Marsel, biasanya mulai marak dari Agustus sampai November. Hal itu diperparah dengan seringnya pemadaman lampu sehingga mempermudah keluar masuknya para pencuri sapi.

Marsel mengatakan, warga yang bermukim di daerah rawan pencurian merasa kesal karena kasus ini sudah sering dilaporkan ke polisi namun tidak pernah ditindaklanjuti sampai tuntas. Hal itu membuat warga merasa tidak nyaman tinggal dan menetap di daerahnya.

“Setiap tahun saat kehilangan sapi, warga melapor ke Kepolisian Sektor (Polsek) Biboki Utara namun hanya didiamkan saja. Mereka (polisi) tidak pernah bantu mencari sapi warga yang hilang itu, sehingga warga terpaksa mencari sendiri," kata Marsel.

Marsel mengaku, pada pekan lalu pamannya, Daniel Manek kehilangan dua ekor sapi. Pamannya kemudian melaporkan ke semua keluarga dekat dan secara bersama-sama mencari sapi itu hingga ke desa-desa terdekat.

“Begitu hilang malam harinya nya, keesokan hari kita pun melakukan pencarian dua ekor sapi milik paman saya itu ke sejumlah desa di Kecamatan Biboki Utara. Namun upaya ini tak berhasil sehingga kita putuskan untuk mencari ke wilayah Kabupaten Belu. Begitu kita sampai di kawasan hutan yang sudah masuk wilayah Belu, kita temukan sisa-sisa daging sapi yang sudah berserakan,” beber Marsel.

Marsel berharap pemerintah kecamatan berkoordinasi dengan Polsek dan Koramil untuk mengefektifkan kembali pos ronda di setiap kampung.

Terkait hal itu, Kepala Kepolisian Sektor Biboki Utara, Ajun Komisari Polisi Virgilio Amaral membantah pihaknya tidak menindaklanjuti laporan warga yang kehilangan sapi.

“Yang pasti semua laporan masyarakat yang masuk ke kita, akan kita proses sampai tuntas. Tetapi yang terjadi di sini justru masyarakat sendiri tidak pernah membuat laporan secara resmi ke kita sehingga tentunya kita menganggap mereka sudah tidak percaya lagi pada polisi,” kata Virgilio.

Virgilio mengaku memang dalam satu bulan terakhir ini marak terjadi pencurian sapi. Namun untuk membuktikannya secara hukum, pihaknya perlu mendapat laporan resmi dari korban agar bisa diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

“Informasi yang kita dapat seperti itu (marak pencurian sapi), tapi kita kalau tidak dapat laporan, mau bagaimana lagi. Apa kita harus mencari mereka dan menanyakan dan meminta mereka harus melapor,” jelas Virgilio.

Namun begitu, kata Virgilio, pihaknya telah berkoordinasi dengan Pemerintah Kecamatan Biboki Utara untuk segera menghidupkan kembali pos keamanan lingkungan di setiap desa untuk mencegah maraknya pencurian sapi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com