Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tolak Tambang, Warga Bengkulu Utara Nyaris Bakar Buldozer

Kompas.com - 09/09/2014, 13:47 WIB
Kontributor Bengkulu, Firmansyah

Penulis

BENGKULU, KOMPAS.com - Puluhan warga Desa D5 Marga Bakti, Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu, mengusir satu unit tronton yang mengangkut alat berat jenis buldozer menuju wilayah mereka, Senin (8/9/2014) tengah malam, sekitar pukul 23.30 WIB.

Pengusiran tersebut dilakukan puluhan warga itu karena mereka menduga alat berat tersebut hendak digunakan untuk melakukan aktivitas pertambangan batubara di desa mereka. "Alat berat itu dimiliki oleh salah seorang pengusaha pertambangan, kami menolak ada tambang di desa kami, namun saat diinterogasi warga sopir tronton mengaku buldozzer itu digunakan untuk membuka kebun cabe, kami tidak percaya," kata Edi salah seorang warga setempat, Selasa (9/9/2014).

Edi melanjutkan, ada sembilan desa di wilayah itu yang tanahnya diincar oleh setidaknya tiga perusahaan pertambangan batubara, dengan luasan total lebih dari 10 ribu hektare. "Dalam beberapa pertemuan baik dengan perusahaan dan pemerintah warga tegas-tegas menolak ada pertambangan di desa kami, kami sudah cukup makmur dengan kebun karet dan pertanian lainnya," tegas Edi.

Pengusiran alat berat tersebut sempat memanas. Hal itu terjadi saat warga mengetahui masuknya alat berat itu tanpa izin kepala desa. Bahkan, beberapa warga nyaris membakar alat berat tersebut.

Sementara itu, Direktur Esksekutif Daerah Walhi Bengkulu, Benny Ardiansyah membenarkan peristiwa itu. Ketakutan warga terhadap aktivitas pertambangan di sembilan desa di daerah itu cukup beralasan. "Mereka warga transmigrasi yang dipindah saat pembuatan Waduk Gajahmungkur, jadi mereka trauma dipindah lagi karena tambang, sementara hidup mereka saat ini sudah cukup baik," ungkap Benny.

Sementara itu, selain alasan warga menolak juga yakni rusaknya sumber mata air di sekitar kampung, akibat ada satu perusahaan besar tambang batubara yang telah beroperasi sejak tahun 2010.

"Mereka tak memiliki sumber air bersih saat ini akibat pertambangan yang telah beroperasi jadi wajar mereka menolak ada pertambangan lagi di lokasi itu," kata Benny.

Hingga kini, warga sedang melakukan upaya klarifikasi dari pengusaha pertambangan yang mengirimkan alat berat tersebut ke wilayah mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com