Selain membawa bendera, puluhan peserta aksi juga membawa sejumlah poster yang bertuliskan berbagai tuntutan mereka, antara lain, "Jangan Jual Negeri", "Pemilu Curang Melahirkan Pecundang Bangsa", "Tolak Pemilu Curang", "Pidanakan KPU Bermasalah", dan berbagai tulisan lain.
Pada aksi itu, massa pendukung Prabowo-Hatta sempat bersitegang dengan aparat kepolisian. Mereka mendesak masuk halaman Gedung KPU untuk bisa mendirikan tenda keprihatinan sebagai bentuk protes atas pelaksanaan pilpres yang dinilai curang. Namun, ketegangan dengan aksi saling dorong tidak berlangsung lama dan dapat diredam.
Massa kemudian diizinkan masuk halaman kantor KPU setelah negosiasi antara pimpinan KPU Jateng, perwakilan pengunjuk rasa, dan kepolisian yang cukup alot. Selain berorasi, para pengunjuk rasa juga melakukan aksi teatrikal. Aksi menggambarkan adanya politik uang pada pelaksanaan Pilpres 2014 yang dinilai penuh kecurangan dan tidak demokratis.
Koordinator aksi, Asharudin, mengatakan bahwa unjuk rasa tersebut sebagai kelanjutan aksi sebelumnya. Ia mengatakan, hal ini merupakan bentuk untuk memperjuangkan demokrasi. Selain itu, pihaknya juga meminta Mahkamah Konstitusi (MK) bisa membuat keputusan secara adil tanpa intervensi.
"KPU sebagai penyelenggara pemilu telah melakukan berbagai kecurangan, di antaranya penggelembungan daftar pemilih tetap dan kecurangan lain. MK harus lihat dan membuat keputusan secara adil," tandasnya.
Dia mengaku akan terus mengawal proses persidangan di MK. Meski begitu, aksinya tetap akan dilakukan secara damai sesuai arahan Prabowo Subianto. Massa kemudian batal mendirikan tenda keprihatinan dan membubarkan diri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.