Bambang bersama anaknya yang hendak pulang ke rumahnya di Gombong, Jawa Tengah, menceritakan, sejak dalam perjalanan dari Bandung menuju Tasikmalaya, laju kereta terasa cepat. Sebelum kejadian, ia mengaku sempat tertidur sampai akhirnya ia terbangun di dekat Stasiun Cipeundeuy, Garut.
"Saya ingat tulisan Stasiun Cipeundeuy. Kereta jalannya masih cepat seperti awal berangkat. Tak lama kemudian, kereta mengerem dan anjlok," kata Bambang.
Ratusan penumpang kereta langsung keluar menyelamatkan diri dan membawa barang bawaan, termasuk dirinya. Bambang tak menduga akan mengalami kejadian kereta anjlok yang kali ketiga ini.
"Saya (alami) kereta anjlok sudah tiga kali seperti ini, Pak. Tapi emang beda kereta dan lokasi," tambah Bambang.
Setelah kejadian, kata Bambang, para penumpang terlihat panik dan kebingungan. Soalnya, lokasi kejadian berada di tengah hutan dan jauh dari permukiman warga.
"Baru ada setelah menunggu satu jam, ada banyak polisi, warga, dan petugas yang berupaya mengevakuasi," ungkap Bambang.
Ia bersama anaknya dan puluhan penumpang lainnya terpaksa berjalan kaki menyusuri rel ke arah Tasikmalaya, yang berjarak hampir dua kilometer sesuai petunjuk petugas. Baru akhirnya ia bersama penumpang lainnya sampai tepat di jalan Lingkar Gentong, Tasikmalaya.
"Saya jalan kaki tadi hampir dua kilo menyusuri rel ini, Pak. Alhamdulillah sudah sampai," ungkap Bambang.
Para penumpang diangkut memakai bus umum dan kendaraan kepolisian. Mereka dibawa ke Stasiun Ciawi, Tasikmalaya, untuk melanjutkan perjalanannya menggunakan kereta lain yang telah disiapkan pihak KAI.
Diberitakan sebelumnya, Kereta Api Ekonomi Pasundan jurusan Bandung-Surabaya anjlok di perbatasan Tasik-Garut, tepatnya di wilayah Kadipaten, Kabupaten Tasikmalaya, Jumat (27/6/2014) pagi. Tercatat enam rangkaian gerbong kereta api keluar jalur dan terhenti di jalur rel sekitar dua kilometer dari Stasiun Peundeuy, Garut.