"Media cetak Obor Rakyat hanya berpengaruh kepada beberapa kalangan masyarakat, tetapi media elektronik berpengaruh kepada jutaan masyarakat," kata praktisi, Luthfil Hakim, dalam diskusi dengan tema "Pilpres 2014 dan Pembiaran Anarkisme Media" di Surabaya, Jumat (20/6/2014).
Media elektronik, ujar Luthfil, justru berulang-ulang menayangkan pemberitaan yang memojokkan salah satu capres dengan kemasan berita tertentu. "Mengapa Obor Rakyat yang jelas-jelas dinyatakan bukan produk jurnalistik justru diributkan oleh media mainstream? Ini ada apa?" tanya dia.
Menurut Luthfil, media-media mainstream juga sangat "kejam" dalam membentuk opini masyarakat. Dia pun meminta semua otoritas untuk menelaah media-media dengan banyak pembaca itu. "Ini demi pendidikan politik kepada masyarakat yang disampaikan oleh media, yang seharusnya lebih berimbang dan lebih berpihak kepada kepentingan masyarakat," ujar dia.
Berdasarkan survei Edelman Trust Barometer 2013 kepada pembaca media di Indonesia, sebut Luthfil, 81 persen responden menyatakan lebih suka membaca media resmi atau media mainstream. Selebihnya, kata dia, baru menengok media sosial atau media alternatif semacam Obor Rakyat. "Ini artinya, media Obor Rakyat tidak terlalu berdampak, lalu kenapa harus diributkan, yang harus dilaporkan justru media-media besar yang mainstream itu."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.