Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Romantisme di Kompas Minang Bike...

Kompas.com - 13/05/2014, 10:42 WIB
Sandro Gatra

Penulis


KOMPAS.com
Dua puluh kelok lagi, ayah. Dua puluh lagi? Berarti kita sudah 24 kelok, yah. Not bad lah...

Begitulah percakapan antara Pradono Handojo (44) dan Maya Lestari (43), pasangan suami istri yang mengikuti Kompas Minang Bike 2014 akhir pekan lalu. Saat itu, mereka tengah berjuang menaklukan rute yang dinilai paling berat, yakni Kelok 44 di Kabupaten Agam, Sumatera Barat.

Dari 148 peserta Kompas Minang Bike, ada beberapa orang yang merupakan pasangan suami istri. Dalam tiga etape sepanjang 288 kilometer selama tiga hari, Pradono selalu “mengawal” istri tercinta. Touring kali ini, Pradono menggunakan sepeda jenis mountain bike (MTB) dan Maya memakai jenis Road Bike.

“Senang ada yang nemanin kalau gowes berdua,” kata Maya.

“Enak gowes berdua, bisa pijat-pijatan malamnya. Semalam kita pijat-pijatan,” timpal Pradono sambil tertawa.

Bagi pasangan dokter itu, tak penting berapa lama menyelesaikan setiap etape. Mereka hanya menargetkan finish tanpa dievakuasi atau didorong marshal atau pesepeda yang bertugas mengawal. Dalam Kompas Minang Bike kali ini, target mereka tercapai.

“Yang penting sampai, walaupun paling bontot,” ucap Maya sambil tersenyum.

Sebagai Informasi saja, panitia Kompas Minang Bike tidak banyak mengatur kecepatan laju sepeda mulai dari start hingga finish. Panitia hanya mengatur kecepatan rombongan pesepeda paling depan. Bagi yang ingin menikmati indahnya alam sepanjang rute atau tak kuat melaju cepat, mereka bebas gowes berapa pun kecepatannya. Namun, marshal akan terus mengawal rombongan paling belakang.

Sebelum Minang Bike, Pradono-Maya sudah beberapa kali touring bersama seperti ketika Kompas menggelar Bali Bike I dan Bali Bike II. Mereka juga pernah touring keliling Yogyakarta. Di Jakarta, mereka juga suka mengayuh pedal sepeda bersama ketika akhir pekan.

Apakah suami suka membantu mendorong ketika touring? ”Ngga, ngga pernah,” jawab Maya. Mendengar jawaban istri, Pradono langsung tertawa.

KOMPAS.COM/Sandro Gatra Mubarik dan Ninon Mubarik ketika gowes bersama di Kompas Minang Bi


Ada pula pasangan Mubarik (51) dan Ninon Mubarik (50), peserta asal Jakarta. Berbeda dengan Maya, Ninon tidak bisa mengikuti semua etape lantaran fisiknya belum kuat. Ninon ikut tiga per empat perjalanan di etape I (Padang-Danau Manijau). Saat itu, Ninon sanggup gowes sejauh sekitar 110 kilometer.

Pasalnya, belasan kilometer menjelang finish, pesepeda mesti menaklukan tanjakan yang relatif panjang. Kondisi itu semakin berat lantaran turun hujan.

Ninon tak mengikuti etape II dari Danau Maninjau menuju Bukit Tinggi sejauh sekitar 60 kilometer. Meski jalurnya relatif pendek, tetapi etape ini dinilai paling berat lantaran melewati Kelok 44.

Kelok 44 adalah rute dengan 44 belokan yang terus menanjak sepanjang sekitar delapan kilometer. Tingkat kemiringan hingga 45 derajat. Ninon menyerah begitu tahu kondisi medan.

Ninon lalu kembali gowes di etape III. Namun, ia memulai gowes sekitar 20 kilometer menjelang finish. Pasalnya, sekitar 10 kilometer setelah start di Bukit Tinggi, jalanan menurun hingga 25 kilometer. Di beberapa jalur, turunannya cukup curam dan relatif berbahaya. Sementara Mubarik dan Ninon menggunakan sepeda lipat alias seli.

“Sebelumnya saya belum pernah gowes sampai 100 kilometer. Enggak kuat,” ucap Ninon yang memberi semangat suami tercinta dari dalam mobil ketika tak ikut gowes.

“Ibu masih pemula (bersepeda). Saya masih ‘ngasuh’ lah. Suka saya dorong,” kata Mubarik yang mengaku sudah sering ikut tourin.

Sebelum mengikuti Kompas Minang Bike, Mubarik dan Ninon sudah beberapa kali touring berdua, baik di Indonesia maupun luar negeri. Mereka pernah bersepeda di Taiwan, Jepang, Makasar, Bali. Di akhir pekan, mereka juga kerap mengayuh pedal seli di wilayah Bogor. Selanjutnya, mereka ingin gowes di Swiss.

“Saya senang sepeda berdua, ada yang nemenin,” ucap Mubarik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com