Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tukang Kayu Ini Koleksi Senapan VOC

Kompas.com - 08/03/2014, 09:38 WIB
Kontributor Garut, Syahrul Munir

Penulis


AMBARAWA, KOMPAS.com - Berawal dari tukang kayu spesialis pembuat rumah joglo dan gazebo, Bethu Supriyadi (49) warga Warung Lanang, Kelurahan Lohdoyong, Ambarawa kini menjadi kolektor benda antik. Salah satu koleksinya yang menarik perhatian adalah senapan kayu peninggalan VOC.

Kepada KOMPAS.com, ia mengaku mendapatkan benda langka itu dari para pemburu benda kuno. Senapan dengan bahan utama kayu dan tembaga itu mempunyai kekhasan. Mulai dari bentuk maupun relief atau ukiran pada bagian senapan yang terbuat dari tembaga.

"D iujung senapan ada tulisan VOC dalam bentuk huruf timbul. Saya dapat dari teman pemburu (barang antik) setahun yang lalu," kata Bethu, Jumat (8/3/2014).

Sejak senapan VOC itu berpindah ketangan Bethu, sudah banyak orang yang tertarik membelinya. Namun, menurut Bethu, ia belum mendapatkan harga yang cocok untuk melepas salah satu benda antik koleksinya itu.

"Terakhir ditawar orang Rp 1,7 juta, tapi belum mau saya lepas," ujarnya.

Selain senapan VOC, koleksi Bethu lainnya yang berbau 'kolonial' adalah sebuah pedang standar tentara KNIL, senapan Tentara Kemanan Rakyat (TKR). "Ada juga Trisula milik perguruan silat tertua di Ambarawa," jelasnya.

Tukang kayu

Memasuki rumah Bethu serasa memasuki sebuah museum. Ruang pamernya itu sengaja dibiarkan setengah terbuka, tanpa pagar dan berbatasan langsung dengan jalan kampung.

Rumah Bethu, tepat berada di belakang Pasar Lanang, Ambarawa yang cukup ramai. Lesung (tempat menumbuk padi), teplok (lampu pijar minyak), kluntung sapi (kalung lonceng sapi), dan entong kayu (alat mengambil nasi) jumlahnya cukup banyak dan dapat dengan mudah kita jumpai diteras rumah Bethu. Bahkan benda-benda yang tidak terduga dibenak kita untuk menjadi sebuah koleksi barang antik ada di sini. Sepeti papan dakon, koper belanda, cetakan jenang, setrika kuno dan meja tandu yang dulu biasa digunakan sebagai tempat barang-barang untuk acara melamar gadis pun juga ada.

"Botol-botol besar tempat obat jaman dulu, keramik, piring-piring belanda juga ada," katanya lagi.

Meski mempunyai seabrek benda antik atau kuno, tetapi Bethu menolak disebut sebagai seorang kolektor. Ia mengaku hanya seorang tukang kayu. Bethu biasanya mendapatkan pesanan untuk membuat rumah joglo dan gazebo dengan bahan-bahan kayu jati kuno.

"Saya berburu rumah-rumah kuno untuk diambil kayu jatinya. Pas bongkar-bongkar itu biasanya dapat barang-barang itu," jelasnya.

Rumah joglo ataupun gazebo kebanyakan dipesan oleh pengusaha untuk rumah makan atau tempat wisata. Tak jarang juga untuk rumah tempat tinggal.

"Biasanya banyak yang minta dibuatkan joglo lengkap dengan ornamen dan peralatan yang orisinil seperti lesung, kluntung sapi dan teplok," katanya lagi.

Selain mendapat sendiri ketika sedang berburu rumah kayu jati kuno, barang-barang antik terkadang juga dibelinya dari para koleganya yang bergelut dibidang jual beli barangantik. "Mereka dari teman-teman seputar Ambarwa sini aja. Saya enggak nyari, tapi mereka datang ke rumah," ucapnya.

Menurut Bethu, ada kepuasan batin tatkala mengoleksi benda-benda kuno itu. Selain mengingatkannya akan kehidupan generasi sebelumnya, Bethu mengakui menyimpan barang kuno merupakan investasi finansial yang menguntungkan.

"Saya juga ada banyak koleksi uang kuno. Ada uang logam VOC. Juga uang kertas Rp 600 tahun 48 yang merupakan masterpiece karena dibuat saat perpindahan pemerintahan dari Jakarta ke Jogja. Pernah saya menjual uang Rp 1.000 tahun 64 seharga Rp 6 juta. Di situlah kejutannya, Mas," ujarnya sambil tersenyum.

Ambarawa sejak jaman penjajahan Belanda sudah dikenal sebagai kota paramiliter. Banyak peninggalan Belanda dikota tua ini, seperti Stasiun Kereta Api dan tangsi Militer. Tak heran, banyak barang-barang kuno peninggalan kolonial itu bertebaran di kota ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com