Perilaku nelayan yang memperluas areal tangkapannya dari Telukbetung, Pesawaran dan Pulau Sebesi, kini bergerak ke arah Teluk Kiluan sampai Ke Kota Agung, Tanggamus, Lampung. Daerah tersebut merupakan habitat lumba-lumba.
Terlebih, para nelayan tak menggunakan cara konvensional dalam menangkap ikan. Mereka lebih memilih memakai bom untuk mendapatkan ikan dalam waktu yang cepat dan jumlah yang banyak.
Hendri Oktavia (34), seorang nelayan yang ditangkap akibat aksi pengemboman ikan di kawasan tersebut mengaku, dengan menjatuhkan bom seukuran setengah kilogram, dapat menjangkau sasaran berkedalaman 500 meter, dan mendapat ikan sebanyak 200 kilogram.
Dir Polair Polda Lampung Kombes Edion, Rabu (5/2/2014) menyatakan di Teluk Kiluan masih terdapat karang dengan banyak ikan, sehingga menggiurkan nelayan untuk merubah daerah tangkapan ikan.
"Bom ini biasanya digunakan di Pesawaran dan Pulau Sebesi, daerah itu sering dijaga anggota kami. Sekarang mulai merubah daerah tangkapan sehingga merubah daerah pengeboman ke Teluk Kiluan karena menurut yang bersangkutan ikan di sana lebih banyak," kata Edion.
Sementara Hendri mengaku Ikan-ikan hasil tangkapan itu kemudian dijual dengan berbagai harga berkisar dari Rp 15.000 sampai Rp 30.000 tergantung jenis ikan.
Dia juga mengaku tidak pernah membayangkan, jika umpan bom itu dapat menghancurkan keindahan dasar laut dan memusnahkan habitat lumba-lumba di Teluk Kiluan.
Hendri ditangkap dengan sejumlah barang bukti, antara lain, serbuk ampo, bahan pembuatan bom ikan sebanyak enam kilogram, detanator sebanyak 30 buah dan satu unit motor.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.