Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nelayan Serang Kerap Kecelakaan Akibat Bangkai Kapal

Kompas.com - 27/01/2014, 18:54 WIB
Hamzirwan

Penulis

Sumber KOMPAS
SERANG, KOMPAS.com - Aktivitas nelayan di sekitar Pelabuhan Karangantu, Kota Serang, Banten terganggu akibat dua bangkai kapal berukuran besar. Lalu lintas perahu terhambat, bahkan kecelakaan kerap terjadi sehingga para nelayan meminta bangkai-bangkai kapal itu dipindahkan.

Wartono (45), warga Desa Banten, Kecamatan Kasemen, Serang, Senin (27/1/2014) mengaku ia mengalami kecelakaan pada Oktober 2013 lalu. Nelayan itu sedang mengemudikan perahu namun pandangannya terhalang kapal kandas. Tabrakan dengan perahu lain yang lebih besar tak dapat dihindari. Perahu Wartono terbelah.

Ia harus mengeluarkan uang sebesar Rp 2 juta dari tabungannya untuk memperbaiki perahu. Sementara, penghasilan Wartono hanya sekitar Rp 200.000 per hari. Kerusakan itu membuat Wartono tak bisa bekerja selama 10 hari.

Kapal-kapal itu terlihat kandas di lumpur di jalur penambatan perahu menuju laut lepas. Panjang setiap kapal sekitar 15 meter dengan lebar 8 meter. Ukuran yang besar membuat kapal-kapal menghalangi sebagian jalur perahu. Pada kedua kapal itu tercantum nama masing-masing KBAL3 dan KBAL4.

Menurut tokoh masyarakat Banten, Khusni Thamrin, ia tak mengetahui jumlah kecelakaan sejak kapal-kapal itu kandas, tetapi sudah sering terjadi. "Perahu pengangkut barang, nelayan, dan kapal penumpang terganggu. Di Desa Banten saja ada sekitar 5.000 kepala keluarga dan separuhnya adalah nelayan," katanya.

Mustamin (71), warga Desa Banten mengatakan, kapal-kapal yang rusak menyita ruang untuk menambatkan sekitar 50 perahu nelayan. Pemandangan menjadi tidak sedap karena bangkai-bangkai kapal itu. Kapal itu sudah menjadi rongsokan dan penuh karat, tuturnya.

Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Serang Akhman Sardjito menuturkan, pihaknya sudah mengirimkan tim untuk meninjau dua bangkai kapal, pekan lalu. Jika memang mengganggu, bangkai kapal akan disingkirkan. "Nanti kami bicarakan dengan instansi-instansi terkait. Kalau pemilik kapal, kami belum mengetahuinya," paparnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com