Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Kampung Cintalaksana Terancam Pergerakan Tanah

Kompas.com - 02/12/2013, 16:10 WIB
Kontributor Bandung, Putra Prima Perdana

Penulis


BANDUNG, KOMPAS.com — Kajian geologi yang dilakukan Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) terhadap fenomena pergerakan tanah di Kampung Cintalaksana RT 03 RW 03 Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, telah keluar.

Menurut Kepala Sub Bidang Gerakan Tanah PVMBG Wawan Irawan, hasil dari kajian geologi tersebut pun telah diserahkan kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Barat untuk diteruskan kepada Pemerintah Kabupaten Bandung Barat agar segera ditindaklanjuti.

"Seluruh daerah sudah diperiksa dan rekomendasinya sudah disampaikan ke Pemkab Bandung Barat. Masyarakat kampung Cintalaksana terancam gerakan tanah," kata Wawan saat ditemui di ruangannya, Senin (2/12/2013).

Wawan menambahkan, salah satu rekomendasi yang dikeluarkan adalah masyarakat kampung Cintalaksana diminta untuk segera mengungsi, pasalnya, akhir-akhir ini sering terjadi hujan lebat yang dapat memicu pergerakan tanah. "Ada empat rumah yang rusak berat dan tidak bisa dihuni lagi," ucapnya.

PVMBG juga merekomendasikan kepada Pemkab Bandung Barat untuk segera merelokasi semua warga kampung. Hal ini karena, selain semua rumah di lokasi tersebut sudah tidak layak huni, tanah di lokasi tersebut juga dinyatakan tidak layak untuk didirikan bangunan.

"Gerakan tanahnya pelan, tapi merusak. Kalau tetap tinggal di sana dan bikin bangunan lagi nanti pasti rusak lagi," bebernya.

PVMBG, kata Wawan, juga merekomendasikan kepada Pemkab Bandung Barat untuk menanam pohon yang memiliki akar kuat sehingga ke depannya pohon-pohon tersebut dapat mengurangi pergerakan tanah di lokasi itu. "Informasinya ada gerakan tanah sekitar tahun 1970 dan selalu berulang terus," tutur Wawan.

Pantauan Kompas.com di lokasi, dari 34 rumah yang terancam runtuh, empat di antaranya sudah tidak bisa dihuni lagi. Pasalnya, empat rumah tersebut sudah mulai miring karena tembok-tembok dan kayu-kayu penyangga mulai tidak kuat menahan beban material.

Sementara itu, rumah-rumah lainnya masih berdiri tegak. Namun, retakan di hampir seluruh dinding rumah berpotensi besar menyebabkan roboh.

Seorang warga RT 03, Irma (31), dan keluarganya bahkan sudah empat kali pindah rumah untuk menghindari ancaman tembok rumah runtuh. Tiga rumah sebelumnya pun dikatakannya sudah luluh lantak. Hal tersebut juga terlihat dari puing-puing bekas bangunan yang masih ada sampai saat ini.

"Kalau hujan suka takut, apalagi kalau malam, tidur jadi tidak tenang takut tiba-tiba runtuh," kata Irma saat ditemui di kediamannya, Sabtu (23/11/2013).

Irma menambahkan, tiga rumah sebelumnya yang ia tempati tidak hanya runtuh. Labilnya tanah di daerah tersebut sedikit demi sedikit menenggelamkan sebagian rumahnya. "Kalau sekarang-sekarang malah jadi amblas. Setiap hari suka terdengar rumah bunyi 'kreyot'," ujarnya menirukan.

Warga lain yang rumahnya juga mulai miring, Cucu (34), menjelaskan, kejadian tersebut sudah berlangsung setahun ke belakang. "Sebenarnya takut, apalagi kalau hujan turun. Tapi ya, mau gimana lagi, saya tidak ada tempat tinggal lagi," tutur Cucu.

Ditemui di tempat yang sama, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDB) Kabupaten Bandung Barat Roni Rudiana beserta tim langsung menyelidiki penyebab rusaknya rumah-rumah tersebut.

Dari data yang diperoleh BPBD, sebanyak 4 rumah dikatakan rusak berat, 12 rumah rusak sedang, 10 rumah rusak ringan, dan sisanya masih layak ditempati meski memiliki potensi yang sama.

"Secara visual BPBD melihat lokasi ini, dulu pernah ada longsoran pada tahun 1975. Artinya, tanah di sini adalah tanah labil pergerakan," ujar Roni saat ditemui seusai penyelidikan.

Untuk mengetahui lebih lanjut penyebab lainnya, kata Roni, BPBD bersama Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) akan melakukan kajian geologi di tanah tersebut secepatnya. "Kita berusaha untuk mencari solusi yang lebih baik untuk warga, tapi terlebih dahulu kita akan melakukan kajian geologi secepatnya," imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com