Atiq bersama teman-temannya sedang bermain di dalam saat jam istirahat. Tidak ada angin dan hujan, tiba-tiba ruangan kelas yang kondisinya sudah lapuk ambruk.
Atiq dibawa ke Puskesmas Guluk-guluk karena dua jam tak juga sadarkan diri. Beberapa teman korban hanya mengalami luka lecet saja.
Pengawas SDN III Beragung, Hafid, mengatakan, anak-anak didiknya tiba-tiba berhamburan dari dalam kelas. Dia mengira itu bagian dari permainan. Ketika dilihat di dalam kelas, ada satu siswa yang pingsan karena tertimpa plafon.
"Usia bangunan sekolah ini memang sudah tua dan tidak pernah direhab karena tidak ada bantuan dari pemerintah. Bahkan di bagian dalam, harus ditunjang dengan kayu agar tidak ambruk," ungkap Hafid.
Pihak sekolah, kata Hafid, sudah pernah mengajukan bantuan kepada Pemerintah Kabupaten Sumenep. Namun tidak pernah ada realisasinya hingga kini. "Mungkin dengan kejadian ini Pemkab Sumenep bisa melihat kondisi riil sekolah ini," imbuhnya, melalui sambungan selulernya.
Hafid menambahkan, pihak sekolah akan menanggung biaya pengobatan sepenuhnya. Atas nama sekolah, dia juga meminta maaf kepada orangtua murid yang menjadi korban, karena kejadian itu sama sekali tidak disangka.
"Orangtuanya sudah kita datangi dan menyadari bahwa memang kondisi sekolahnya sudah tua. Segala biaya pengobatan kami tanggung," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.