“Kalau kalangan pelajar SMA dan SMP jumlahnya sudah tidak karu-karuan. Namun untuk siswa SD jumlahnya sudah mencapai lebih kurang sekitar 200 pelajar. Jumlah itu sejak bulan Januari hingga bulan ini,” ungkap Ketua Pelaksana Harian BNK Jember, Komisaris Polisi Teduh TSW, Kamis (7/11/2013).
Hasil analisis BNK, kata dia, pelajar SD yang mengonsumsi obat keras itu karena sengaja disuplai oleh para bandar, bahkan ada yang dipaksa untuk meminumnya. ”Namanya anak kecil, mereka disuruh minum apa saja ya mau. Setelah mereka ketagihan, mereka dipaksa untuk membeli,” kata Teduh.
Teduh menambahkan, faktor lingkungan menjadi hal dominan terkait tingginya angka pelajar SD yang mengonsumsi obat-obatan berbahaya itu. “Biasanya ada yang pernah mengonsumsi di lingkungan sekitarnya, akhirnya ada ikut-ikutan. Bahkan pernah ada orangtua yang datang kepada kami, anaknya yang masih SD mengonsumsi obat hingga 200 butir. Kita akhirnya langsung merujuk untuk direhabilitasi, meskipun tidak sembuh 100 persen,” ujarnya.
Dengan kondisi tersebut, BNK pun terus menggencarkan sosialisasi ke sekolah-sekolah. “Kami terus berupaya untuk meminimalisasi peredaran obat keras tersebut. Namun juga harus diimbangi dengan pengawasan orangtua. Sebab jika tidak, akan menjadi sulit untuk mengatasi problem ini,” tegasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.