Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pancasila Riwayatmu Kini...

Kompas.com - 31/05/2017, 14:21 WIB
Markus Yuwono

Penulis

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Pidato Presiden pertama Indonesia, Soekarno yang berjudul Pancasila dalam sidang Dokuritsu Junbi Cosakai atau Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan pada 1 Juni 1945 menjadi tonggak lahirnya dasar negara Indonesia yakni Pancasila.

Namun lepas dari sejarah dan kontroversi siapakah perumus pertama, serta sederet kontroversi lainnya, sampai sekarang lambang Garuda dengan lima silanya dipandang masih relevan dengan kemajemukan Indonesia.

Medio tahun 1960 an sampai 1990 an hampir semua masyarakat hapal 5 sila Pancasila. Namun sekarang, tak sedikit anak-anak maupun pelajar yang kurang hapal sila Pancasila.

"Murid saya ada sekitar 20 persen yang tidak hapal sila Pancasila. Ada yang hapal tetapi lompat-lompat," kata Maryono, seorang guru kelas 4 SD Wonosari IV, Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta, Rabu (31/5/2017).

Baca juga: Warga Diundang Buka Puasa di Keraton Yogyakarta pada Hari Lahir Pancasila

Menurut dia, masifnya siaran televisi, internet, dan berbagai gawai ikut mengubah perilaku pelajar sehingga tidak memahami  Pancasila. Untuk itu, setiap kali pelajaran dirinya mendorong anak didiknya belajar mengenai sejarah hingga lambang negara. Hal ini untuk meningkatkan jiwa nasionalisme.

"Seperti saat ini, besok 1 Juni diperingati hari lahirnya Pancasila, kami memutarkan film tentang sejarah Pancasila," tuturnya.

Salah seorang murid, Anggraini Puspita Ningrum (9) mengaku sudah hapal sila Pancasila sejak duduk di bangku kelas 1 SD. Ketika diajak untuk menghapal pun dia fasih, tak ada kendala.

"Dulu diajari bu guru saat kelas satu," ucap dia.

Gambar Garuda Pancasila

Pada masa orde lama dan orde baru, hampir setiap rumah terpasang gambar Garuda Pancasila, lengkap dengan foto presiden dan wakil presiden di kiri kanannya.  Tetapi, saat ini sudah jarang yang memasang lambang negara tersebut.

"Di desa saya mungkin sudah tidak banyak yang memasang Gambar Garuda Pancasila, dan foto presiden serta wakil presiden," kata Gunawan, warga Kecamatan Patuk.

Menurut dia, tidak ada kewajiban memasang lambang negara ini menjadi penyebab tidak banyak warga memasang gambar Garuda Pancasila.

"Sudah lama tidak memasang, jadi ya jadi kebiasaan,"ucapnya.

Hal itu juga dibenarkan Ketua DPRD Gunungkidul Suharno. Saat dirinya melakukan kunjungan ke rumah warga jarang melihat warga yang memasang Pancasila.

"Jika dari 100 rumah, yang memasang gambar Pancasila serta foto presiden dan wakil presiden hanya ada 7 rumah," kata dia.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com