Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalan Berbukit dan Lewati Banyak Sungai, Siswa Masuk Sekolah Tergantung Cuaca

Kompas.com - 16/08/2016, 11:47 WIB
Junaedi

Penulis

MAJENE, KOMPAS.com - Demi bersekolah, Ratusan siswa SDN 15 Ulumanda di Dusun Batangnato, Desa Popenga, Kecamatan Ulumanda, Majene, Sulawesi Barat, harus berjalan kaki sejauh 3,5 kilometer setiap hari.

Kondisi jalan tanjakan dan turunan yang licin dan berlumpur menyebabkan para siswa tak hanya berpeluh keringat, tetapi juga berdaki dan penuh lumpur, terutama saat musim hujan.

Setelah menempuh perjalan jauh dari rumah mereka ke sekolahnya, siswa terpaksa harus mandi di sungai terlebih dahulu sebelum tiba di sekolahnya. Agar seragam sekolah mereka tak lusuh dan penuh lumpur dalam perjalanan, sejumlah siswa menyimpannya di dalam tas dan mereka memakai baju bebas.

Mereka baru mengenakan seragam sekolah susai mandi dan memberishkan diri dari lumpur di sungai yang terletak sekitar 400 meter dari sekolahnya di Dusun Batangnato.

Dusun Batangnato di Desa Popenga berada di daerah dengan jarak tempuh 110 kilometer dari Kota Majene. Dari jalan trans berjarak 35 kilometer. Namun jarak tempuh bisa memakan waktu 4 sampai 5 jam jika menumpangi motor.

Akses jalan yang hancur dan berlumpur menyebabkan waktu tempuh perjalanan di jalur ini cukup melelahkan.

Lokasi SDN 15 Ilumanda berada persis di puncak bukit. Muridnya sebagian besar berasal dari gunung terpencil yang ditempuh dengan jalan kaki hingga 3,5 kilometer.

Saat hujan turun, para siswa kerap tak bisa sampai ke sekolah lantaran sejumlah sungai yang dilewati tidak memiliki jembatan. Tak ingin menantang bahaya, para siswa memilih bolos sekolah.

Ical, salah satu siswa di sekolah ini mengaku setiap hari berangkat lebih pagi agar tidak terlambat tiba di sekolah. Ical beralasan pergi sekolah lebih awal karena harus menempuh berjalan kaki dari rumah sejauh 3,5 kilometer.

Selain itu, Ical harus mandi di sungai tak jauh dari sekolahnya untuk membersihkan diri dari lumpur dan dekil yang menempel selama dalam perjalanan dari rumah ke sekolahnya.

“Saya selalau berangkat lebih pagi agar tidak terlambat dan bisa mandi sebelum ganti pakaian sekolah,” ujar Ical.

Tergantung cuaca

Guru SDN 15 Ulumanda, Muhammad Idris mengatakan, siswanya masuk sekolah tergantung cuaca. Jika hujan turun dan sungai meluap, siswa terpaksa membolos karena tak ada jalan alternatif atau jembatan penyeberangan. Kondisi jalan yang licin dan berlumpur membuat siswa kerap malas ke sekolah.

“Siswa sekolah bisanya tergantung cuaca. Kalau hujan deras dan sungai meluap di perjalanan, ya mereka terpaksa tidak bisa sampai ke sekolah karena tak ada jalan alternatif atau jembatan,” ujar Idris.

Sarana dan prasarana di SDN 15 Ulumanda juga jauh dari memadai. Ruangan belajar siswa sebagian masih memakai kelas darurat. Gedung sekolah berdinding papan dan beratap seng bocor. Setiap hari para siswa dan guru belajar beralas tanah.

Saat hujan sekolah mereka kerap berlumpur karena terkena resapan air. Jangankan memiliki fasilitas komputer untuk meningkatkan keterampilan para siswa dan guru, perpustakaan pun tidak ada.

Tenaga pengajar di sekolah tersebut juga sangat kurang memadai dibanding jumlah siswa. Situasi ini diperparah dengan banyaknya guru yang malas ke sekolah.

Para siswa yang jauh-jauh datang ke sekolah hanya disambut dnegan ruangan kosong alias tak ada guru yang mengajar. Apalagi kalau guru PNS atau kepala sekolah sedang ke ibu kota kabupaten mengurus administrasi sekolah atau mengurus sertifikasi, praktis para siswa kerap tak belajar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com