Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sungai Baubau, Sungai dengan 60 Nama Berbeda

Kompas.com - 30/05/2016, 13:33 WIB
Defriatno Neke

Penulis

BAUBAU, KOMPAS.com - Sungguh unik, sungai yang mengalir hingga melewati kota Baubau rupanya mempunyai nama lebih dari satu. Aliran sungai yang dikenal dengan sebutan Sungai Baubau ini rupanya mempunyai 60 nama yang berbeda-beda.

Seorang peneliti dari Lembaga Pembina Pendidikan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Mustafa, Senin (30/5/2016), menuturkan, sungai yang mempunyai 60 nama ini berdasarkan dari setiap etnis yang berbeda di Pulau Buton.

Di Buton banyak suku dan setiap suku mempunyai bahasa tersendiri. "Dahulu ada banyak kampung yang tinggal di sekitar aliran sungai ini, dan setiap kampung berbeda memberikan nama lain dengan bahasanya sendiri, sehingga setelah kami lakukan penelitian, sungai ini rupanya mempunyai 60 nama. Ini sungguh unik sekali," kata Mustafa.

Dia menambahkan, aliran sungai tersebut mempunyai panjang sekitar 30 kilometer yang mengalir hingga ke laut melewati Kota Baubau, Sulawesi Tenggara.

Dari hasil penelitiannya, Mustafa menyatakan, dahulu peradaban orang Buton tinggal di bentaran Sungai Baubau.

"Kemungkinan ada banjir, orang Buton dahulu langsung pindah ke tempat yang lebih tinggi. Kami menemukan kampung lama namanya bontu-bontu dekat aliran sungai. Di situ ada bekas tanda-tanda kehidupan, seperti ada makam, juga ada cerek yang sudah jadi batu," tuturnya.

"Ini sudah lama 60 nama sungai ini. Sudah ada sejak ratusan tahun dan sampai saat ini, 60 nama sungai ini masih tetap digunakan warga," tambah Mustafa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Puluhan Tahun Dilanda Banjir, Warga Sukabumi Selatan Sudah Siap-siap Saat Hujan Tiba

Puluhan Tahun Dilanda Banjir, Warga Sukabumi Selatan Sudah Siap-siap Saat Hujan Tiba

Regional
Pemkab HST Sabet 3 Penghargaan Anugerah Merdeka Belajar dari Kemendikbud Ristek

Pemkab HST Sabet 3 Penghargaan Anugerah Merdeka Belajar dari Kemendikbud Ristek

Regional
NTT dan Beban Demografi 2030

NTT dan Beban Demografi 2030

Regional
Bolehkah Berhenti di Bahu Jalan untuk Buang Air Kecil?

Bolehkah Berhenti di Bahu Jalan untuk Buang Air Kecil?

Regional
Solusi Mendasar Atasi Sampah Citarum

Solusi Mendasar Atasi Sampah Citarum

Regional
Dompet Dhuafa Bagikan Daging Kurban kepada 920 KK di Dusun Nglelo

Dompet Dhuafa Bagikan Daging Kurban kepada 920 KK di Dusun Nglelo

Regional
Jangan Ada Lagi Nyawa Melayang Setelah Laporan Polisi Dilayangkan

Jangan Ada Lagi Nyawa Melayang Setelah Laporan Polisi Dilayangkan

Regional
Bupati Blora Arief Rohman Sampaikan Tiga Pesan Penting di Hari Raya Idul Adha

Bupati Blora Arief Rohman Sampaikan Tiga Pesan Penting di Hari Raya Idul Adha

Regional
Begini Rasanya Mengangkat Bongkahan Emas dan Perak Senilai Rp 2 Miliar

Begini Rasanya Mengangkat Bongkahan Emas dan Perak Senilai Rp 2 Miliar

Regional
“Mooring System” Pertama Terpasang di Raja Ampat, Kadis P2KP: Untuk Kepentingan Wisata dan Piring Makan Warga

“Mooring System” Pertama Terpasang di Raja Ampat, Kadis P2KP: Untuk Kepentingan Wisata dan Piring Makan Warga

Regional
Sambil Malu-malu Kepala Kampung Friwen Sebut Masyarakat Inginkan Bantuan Rumah

Sambil Malu-malu Kepala Kampung Friwen Sebut Masyarakat Inginkan Bantuan Rumah

Regional
Polri dan Kasus Vina Cirebon: Pengusutan Kembali Setelah 8 Tahun Berlalu

Polri dan Kasus Vina Cirebon: Pengusutan Kembali Setelah 8 Tahun Berlalu

Regional
Danny Pomanto Jadi Satu-Satunya Wali Kota Indonesia yang Diundang World Water Forum 2024 di Bali

Danny Pomanto Jadi Satu-Satunya Wali Kota Indonesia yang Diundang World Water Forum 2024 di Bali

Regional
Pilkada Aceh Singkil 2024, Kemiskinan, dan Potensi SDA

Pilkada Aceh Singkil 2024, Kemiskinan, dan Potensi SDA

Regional
Melestarikan Praktik Ekonomi Peternakan di Lahan Savana Kaki Gunung Tambora

Melestarikan Praktik Ekonomi Peternakan di Lahan Savana Kaki Gunung Tambora

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com