"Ya kemarin ada laporan jika petugas patroli melihat Macan Tutul dan jejaknya di Kemalang Klaten," ucap Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) Edy Sutiarto, Senin (21/9/2015).
Edy menuturkan, meski telah ada yang melihat namun pihaknya tetap akan memastikan apakah benar itu macan tutul hitam. Pasalnya, selama ini beberapa orang mengaku melihat. Petugas juga menemukan jejak, bekas cakaran dan kotoran namun belum ada bukti ontentik berupa foto satwa yang memiliki bahasa latin Panthera Pardus Melas ini.
"Kami tidak tahu itu jejak kucing hutan berukuran besar atau memang Macan Tutul Merapi. Jadi perlu ada bukti otentik mengenai keberadaan Macan Tutul Merapi," tegasnya.
Salah satu upaya yang dilakukan Balai TNGM adalah memasang kamera trap di beberapa lokasi yang di sinyalir menjadi tempat favorit macan tutul. Beberapa lokasi itu antara lain di hutan Lereng Merapi Boyolali dan Klaten.
"Boyolali kan hutannya tidak terkena erupsi, jadi masih lebat. Lalu di hutan sisi Klaten, di dua tempat itu akan dipasang kamera trap," ucapnya.
Selain itu, pihaknya juga akan mengitensifkan patroli hutan untuk menyurusi jejak keberadaan macan tutul Merapi. Dengan dua langkah itu, pihak TNGM mengharapkan, ada bukti otentik mengenai keberadaan satwa yang memegang tangga ekositem tertinggi di Merapi ini.
Edy mengaku, dari pemasangan kamera trap satu tahun lalu, dijumpai satwa rusa, babi hutan dan kera. Satwa-satwa ini merupakan makanan bagi macan tutul. Artinya, ketika makanan macan tutul ini ada, maka satwa bernama latin Panthera Pardus Melas kemungkinan masih ada.
"Semoga kamera trap yang dipasang di beberapa titik dan patroli petugas bisa memberikan bukti otentik mengenai keberadaan macan tutul Merapi," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.