Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bantah Tudingan Ikut ISIS, Enam Alumnus S-2 Asal Sultra Masih Pelatihan di Bogor

Kompas.com - 19/03/2015, 21:55 WIB
Kontributor Kendari, Kiki Andi Pati

Penulis

KENDARI, KOMPAS.com — Yayasan Wakaf Bahteramas unit kegiatan bisnis inkubator akademi Sulawesi Tenggara (Sultra) membantah ada enam alumnus pascasarjana Universitas Sultan Agung (Unisula) Semarang, Jawa Tengah, asal Sulawesi Tenggara yang telah berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS. Bantahan ini menanggapi tudingan aparat kepolisian.

Sekretaris Yayasan Wakaf Bahteramas Sultra, Fatmayani Tombili, mengungkapkan, keenam alumnus Unisula asal Sultra tersebut saat ini masih berada di Bogor untuk mengikuti pelatihan pertanian.

Dia mengaku kaget mendengar kabar itu. Sebab, enam orang tersebut tidak pernah terlibat dalam kegiatan atau memiliki paham radikal.

"Saya yakin mereka tidak seperti yang dituding polisi. Mereka sekarang masih dalam tahapan pelatihan pertanian, sebelum berangkat ke Korea untuk ikut program Bahteramas Incubator Academy," kata Fatmayani saat ditemui di rumahnya di Kendari, Kamis (19/3/2015).

Menurut dia, enam orang itu menjalani pelatihan pertanian di Jimmy Hantu, perusahaan pupuk organik di Bogor, bersama 18 orang lain asal Sulawesi Tenggara. "Enam orang itu memang warga Sulawesi Tenggara, alumni program Cerdas Sultraku dari gubernur kita, Nur Alam," kata dia.

Sebanyak 24 orang itu, lanjut Fatmayani, akan diberangkatkan ke Korea pada tanggal 5 April mendatang. Selama di Korea Selatan, mereka akan mendapat pengawasan dari Prof Laode Masihu Kamaluddin, ketua Yayasan Wakaf Bahteramas yang juga mantan rektor Unisula Semarang, dan Dr Kwan Eung Lee dari Korea.

"Kegiatan ini berdasarkan MoU for Agricultural dengan Korea 4 H Association, Korea Advanced Farmeras Association pada 20 November 2014, ditandatangani oleh Gubernur Sultra dan Ketua DPD RI Irman Gusman," ujarnya.

Fatmayani berharap agar mahasiswa Cerdas Sultraku di Semarang dan Kendari tetap tenang, termasuk orangtua yang anaknya akan mengikuti program pertukaran ke Korea.

Endy, alumnus S-2 Unisula yang akan berangkat ke Korea, menuturkan bahwa kecurigaan polisi terhadap dirinya dan lima rekannya dilatarbelakangi pembuatan paspor yang dilakukan secara kolektif di Semarang. Namun, saat pengambilan paspor, pihaknya memberi kuasa kepada rekannya di Semarang.

"Karena kegiatan di Bogor tidak kami tinggalkan, jadi saya minta tolong sama teman yang di Semarang. Petugas imigrasi mengizinkan, dengan syarat harus ada surat kuasa pengambilan paspor untuk kami. Bisa jadi itu ada kecurigaan polisi," ujarnya.

Keenam alumnus S-2 Unisula mengurus paspor di Semarang karena masih menetap di Semarang dan Bogor. Sementara itu, 18 orang lainnya mengurus paspor di Kendari.

"Kami panik saat didatangi polisi minggu lalu. Pihak kampus Unisula juga ikut diinterogasi. Bahkan, teman kami bernama Yono, rumah orangtuanya di Konawe Selatan didatangi petugas dari Badan Intelijen Negara," ujarnya.

Sebelumnya, polisi menyelidiki dugaan adanya enam alumnus Unisula yang terbang menuju Korea Selatan dan berbelok ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com