Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peluru di Lutut Korban Peluru Nyasar Berhasil Diangkat

Kompas.com - 03/04/2014, 10:04 WIB
Kontributor Kendari, Kiki Andi Pati

Penulis

KENDARI, KOMPAS.com - Proyektil peluru yang sudah enam hari bersarang di lutut kiri Erli (52), Rabu (3/4/2014) kemarin, berhasil diangkat oleh petugas medis di Rumah Sakit Bahteramas Kendari.

Tim dokter mengangkat proyektil sepanjang dua centimeter. Erli, warga lorong Flamboyan, Kelurahan Kadia, Kecamatan Baruga, Kendari, Sulawesi Tenggara yang menjadi korban peluru nyasar itu mengaku lega.

“Memang setengah badanku disuntik keram supaya saya tidak rasakan sakit, tetapi suara mesin bedah operasi pengangkatan pelurunya buat saya takut. Operasinya sekitar pukul 11 sampai pukul 2.30 wita siang,” tuturnya.

Erli berharap, polisi segera mengumumkan jenis peluru untuk bisa memastikan siapa pemilik senjata yang telah melukainya.

Kepala Polres Kendari AKBP Anjar Wicaksana mengaku masih berupaya mengidentifikasi jenis peluru tersebut.

“Secara kasat mata, kami lihat pelurunya sepanjang dua centimeter, tetapi untuk jenisnya kita tunggu hasil dari tim Gegana Brimobda Sultra,” ungkap Anjar di Mapolres Kendari.

Menurut Anjar, proses penelitian untuk menentukan jenis peluru tidak akan berlangsung lama. “Nanti mereka (Brimob) yang akan membandingkan apakah jenis pelurunya adalah revolver, M16, F2 dan Sabara atau peluru TNI,” lanjutnya.

Jika peluru tersebut berasal dari anggota Polri, maka sanksi disiplin adalah penahanan selama 21 hari dan sanksi berat bisa sampai Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH). “Bisa juga sanksi pidana karena telah melukai orang lain,” tambahnya.

Sebelumnya diberitakan, Erli dirujuk ke RS Bahteramas, Minggu (30/3/2014), setelah pihak RS Bhayangkara tidak mampu mengangkat peluru di lutut kirinya.

Erli terkena peluru nyasar di lutut bagian kiri saat ia tertidur, Kamis (27/3/2014) lalu. "Sekitar pukul 2.30 tadi malam sementara (sedang) tidur, tiba-tiba saya rasa sakit di lutut kiri. Kemudian, keluar darah banyak, saya teriak panggil anak saya yang sementara tidur di kamarnya masing masing," tutur Erli.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com