Selain itu, modal yang murah dan keuntungan yang tinggi membuat daya tarik bisnis bunga kertas ini banyak diminati para pemuda desa.
"Kami memiliki jenis bunga bugenvil sebanyak 200 sampai 250 jenis atau biasan disebut dengan ID (identity), baik lokal maupun impor," kata dia.
Harga yang ditawarkan bervariasi tergantung ID dan besar kecilnya batang tumbuhan tersebut.
Harga termurah mulai Rp 50.000, Rp 100.000 hingga Rp 200.000, bahkan ada ID yang dihargai hingga Rp 1 juta per batangnya.
Ihsanudin menambahkan, jenis bugenvil impor koleksi warga desanya berasal dari berbagai daerah hingga mancanegara seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Hawai dan India.
Bunga dari mancanegara itulah yang harganya cukup menjanjikan karena masih langka di Indonesia.
Prapto (32) salah satu pemilik green house mengatakan saking banyaknya permintaan bugenvil dari hasil live TikTok, kini desanya sudah susah memenuhi permintaan pasar.
Stok bunga yang ada selalu terjual habis bahkan kurang untuk memenuhi permintaan para penggemar bunga kertas ini.
"Kemarin live satu malam cuma beberapa jam saja terjual 70 batang yang kecil, yang medium sekitar 35 batang," kata Prapto.
Baca juga: Tanggalkan Ketua DPRD Purworejo, Dion Agasi Daftar Penjaringan Calon Bupati Lewat PDI-P
Prapto menyebut, penjualan saat musim kemarau seperti ini memang lagi tinggi-tingginya. Karena bunga ini mekar saat musim kemarau.
"Kalau penjualan dalam sebulan saya bisa sampai Rp 10 juta, bahkan ada yang lebih tinggi lagi," kata Prapto.
Beberapa ID bougenvile yang dibudidayakan warga Desa Tunjungan antara lain black maria, SJ mini, fatimah, selendang sutera ungu, ekor musang putih, ekor musang merah dan pink, bengawan solo, es krim, SJ buterfly dan berbagai ID lainnya.
Prapto menyebut, warga Desa Tunjungan memilih budidaya tanaman bugenvil karena harga relatif stabil dan perawatan yang cukup mudah. Selain itu imbuhnya, bunga bugenvil disukai banyak kalangan, dari yang miskin maupun kaya dan dari tua maupun muda.
"Harganya stabil dan perawatan yang mudah, jadi tidak banyak memakan waktu," tutupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.