Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Kampung Bunga Bugenvil Purworejo, Bikin Pemuda Tak Merantau, Raup Omzet Puluhan Juta Berkat "Live" TikTok

Kompas.com - 05/06/2024, 21:27 WIB
Bayu Apriliano,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

PURWOREJO, KOMPAS.com - Di tengah gempuran modernisasi dan arus urbanisasi yang kian deras, Desa Tunjungan di Kecamatan Ngombol, Purworejo, Jawa Tengah, menawarkan kisah inspiratif tentang pemberdayaan pemuda melalui usaha tanaman hias.

Dikenal sebagai Kampung Bunga Bogenvil, desa ini menjelma menjadi destinasi wisata yang memikat, sekaligus menjadi wadah bagi para pemuda untuk berkarya dan menuai hasil dari tanah kelahirannya.

Ketua pengelola Desa Wisata Tunjungan, Ihsanudin (52) mengisahkan, awal mula kisah Kampung Bunga Bogenvil bermula dari sebuah inisiatif sederhana.

Sekitar 10 tahun lalu, beberapa warga Tunjungan mulai menanam macam-macam tanaman hias di pekarangan rumah mereka.

Tak disangka, keindahan bunga ini menarik perhatian para pengunjung yang melintas.

Baca juga: Sidang Konsinyasi Berakhir, Uang Ganti Rugi Rp 7,9 Miliar atas Lahan di Wadas Dititipkan di PN Purworejo

 

Seiring waktu, semakin banyak rumah yang ditanami bugenvil, dan desa ini pun mulai dikenal sebagai Kampung Bunga Bogenvil.

"Saat ini ada sekitar 28 green house yang semuanya memproduksi bunga Bogenvil," kata Ihsanudin, saat ditemui di salah satu green house binaannya, pada Rabu (5/6/2024).

Popularitas Kampung Bunga Bogenvil tak hanya membawa keindahan, tetapi juga membuka peluang ekonomi bagi masyarakat desa.

Para pemuda yang sebelumnya memilih merantau ke kota kini menemukan peluang baru di kampung halaman.

Mereka mulai berwirausaha dengan membuka green house untuk melayani wisatawan yang datang.

Selain melayani wisatawan yang datang ke green house, para pemuda Desa Tunjungan kini sudah merambah ke penjualan online.

"Awalnya kita offline, dengan adanya kemajuan zaman kita sekarang merambah ke online, kebanyakan yang online ini para pemuda Desa Tunjungan," kata Ihsanudin.

Kesuksesan Kampung Bunga Bogenvil tak lepas dari peran aktif para pemuda desa.

Mereka berhasil memasarkan bugenvil ke seluruh nusantara dengan menggunakan media sosial, terutama Tiktok.

"Dalam sekali live Tiktok sekitar 1 sampa 4 jam kita bisa menjual hingga puluhan batang bunga bugenvil, itu dari satu akun saja, padahal di sini banyak sekali pemuda yang live," kata Ihsanudin.

Ia menyebut, bunga bugenvil dipilih lantaran harganya yang cukup stabil.

 

Seorang pengunjung Green House di Kampung Bunga Bogenvil Purworejo sedang melihat bunga pada Rabu (5/6/2024)KOMPAS.COM/BAYUAPRILIANO Seorang pengunjung Green House di Kampung Bunga Bogenvil Purworejo sedang melihat bunga pada Rabu (5/6/2024)
Selain itu, modal yang murah dan keuntungan yang tinggi membuat daya tarik bisnis bunga kertas ini banyak diminati para pemuda desa.

"Kami memiliki jenis bunga bugenvil sebanyak 200 sampai 250 jenis atau biasan disebut dengan ID (identity), baik lokal maupun impor," kata dia.

Harga yang ditawarkan bervariasi tergantung ID dan besar kecilnya batang tumbuhan tersebut.

Harga termurah mulai Rp 50.000, Rp 100.000 hingga Rp 200.000, bahkan ada ID yang dihargai hingga Rp 1 juta per batangnya.

Ihsanudin menambahkan, jenis bugenvil impor koleksi warga desanya berasal dari berbagai daerah hingga mancanegara seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Hawai dan India.

Bunga dari mancanegara itulah yang harganya cukup menjanjikan karena masih langka di Indonesia.

Prapto (32) salah satu pemilik green house mengatakan saking banyaknya permintaan bugenvil dari hasil live TikTok, kini desanya sudah susah memenuhi permintaan pasar.

Stok bunga yang ada selalu terjual habis bahkan kurang untuk memenuhi permintaan para penggemar bunga kertas ini.

"Kemarin live satu malam cuma beberapa jam saja terjual 70 batang yang kecil, yang medium sekitar 35 batang," kata Prapto.

Baca juga: Tanggalkan Ketua DPRD Purworejo, Dion Agasi Daftar Penjaringan Calon Bupati Lewat PDI-P

Prapto menyebut, penjualan saat musim kemarau seperti ini memang lagi tinggi-tingginya. Karena bunga ini mekar saat musim kemarau.

"Kalau penjualan dalam sebulan saya bisa sampai Rp 10 juta, bahkan ada yang lebih tinggi lagi," kata Prapto.

Beberapa ID bougenvile yang dibudidayakan warga Desa Tunjungan antara lain black maria, SJ mini, fatimah, selendang sutera ungu, ekor musang putih, ekor musang merah dan pink, bengawan solo, es krim, SJ buterfly dan berbagai ID lainnya.

Prapto menyebut, warga Desa Tunjungan memilih budidaya tanaman bugenvil karena harga relatif stabil dan perawatan yang cukup mudah. Selain itu imbuhnya, bunga bugenvil disukai banyak kalangan, dari yang miskin maupun kaya dan dari tua maupun muda.

"Harganya stabil dan perawatan yang mudah, jadi tidak banyak memakan waktu," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hinca Pandjaitan Laporkan Dugaan Korupsi di Pertamina Hulu Rokan ke Kejati Riau

Hinca Pandjaitan Laporkan Dugaan Korupsi di Pertamina Hulu Rokan ke Kejati Riau

Regional
Mengenal Suntiang, Hiasan Kepala Pengantin Wanita Minang

Mengenal Suntiang, Hiasan Kepala Pengantin Wanita Minang

Regional
Marshel Widianto Maju di Pilkada Tangsel agar Petahana Tak Lawan Kotak Kosong

Marshel Widianto Maju di Pilkada Tangsel agar Petahana Tak Lawan Kotak Kosong

Regional
Mengintip Tugas Pantarlih, Deni Grogi Lakukan Coklit Bupati Semarang Ngesti Nugraha

Mengintip Tugas Pantarlih, Deni Grogi Lakukan Coklit Bupati Semarang Ngesti Nugraha

Regional
Petugas Pantarlih di Banten Bisa Data via 'Video Call' jika Pemilih Sibuk

Petugas Pantarlih di Banten Bisa Data via "Video Call" jika Pemilih Sibuk

Regional
Panggung Teater sebagai Jalan Hidup

Panggung Teater sebagai Jalan Hidup

Regional
Di Hari Anti Narkotika Internasional, Pj Gubri Terima Penghargaan P4GN dari BNN RI

Di Hari Anti Narkotika Internasional, Pj Gubri Terima Penghargaan P4GN dari BNN RI

Regional
Menilik Kampung Mangoet, Sentra Pengasapan Ikan Terbesar di Kota Semarang

Menilik Kampung Mangoet, Sentra Pengasapan Ikan Terbesar di Kota Semarang

Regional
7 Jemaah Haji Asal Kebumen Meninggal di Mekkah, Kemenag Pastikan Pengurusan Asuransi

7 Jemaah Haji Asal Kebumen Meninggal di Mekkah, Kemenag Pastikan Pengurusan Asuransi

Regional
Mudahkan Akses Warga ke Puskesmas dan RS, Bupati HST Serahkan 3 Unit Ambulans Desa

Mudahkan Akses Warga ke Puskesmas dan RS, Bupati HST Serahkan 3 Unit Ambulans Desa

Regional
Polisi Sebut Remaja Penganiaya Ibu Kandung Alami Depresi

Polisi Sebut Remaja Penganiaya Ibu Kandung Alami Depresi

Regional
Jadi Kuli Bangunan di Blora, Pria Asal Kediri Ditemukan Tewas Tertimpa Tiang Pancang

Jadi Kuli Bangunan di Blora, Pria Asal Kediri Ditemukan Tewas Tertimpa Tiang Pancang

Regional
Orangtua yang Buang Bayi Perempuan di Depan Kapel Ende Ditangkap

Orangtua yang Buang Bayi Perempuan di Depan Kapel Ende Ditangkap

Regional
Program Pengentasan Stunting Pemkot Semarang Dapat Penghargaan dari PBB

Program Pengentasan Stunting Pemkot Semarang Dapat Penghargaan dari PBB

Regional
Alasan Pj Gubernur Nana Sebut Pilkada Serentak 2024 Lebih Rawan Dibanding Pilpres

Alasan Pj Gubernur Nana Sebut Pilkada Serentak 2024 Lebih Rawan Dibanding Pilpres

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com