Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Wanita Pemilik UMKM, Hadijah Lawan Diskriminasi Difabel dan Syaifah Bangkitkan Tenun Alamiah

Kompas.com - 17/05/2024, 17:47 WIB
Susi Gustiana,
Farid Assifa

Tim Redaksi

SUMBAWA, KOMPAS.com - Baiq Hadijah (42) sedang membuat es jeruk pesanan pelanggan. Sesekali ia menyapa dengan senyuman hangat sambil bolak-balik menuju dapur.

Di dapur seperti biasa sedang banyak aktivitas memasak. Ia tengah masak aneka menu seperti ikan bakar, ayam goreng dan lain-lain.

Warung yang terletak di samping Balai Desa Nijang, Kecamatan Unter Iwes, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, ini tampak ramai.

Sebelah barat warung terdapat SDN Nijang yang saat siang itu sedang dalam proses belajar mengajar. Sementara di sebelah kanan warung ada papan nama bertuliskan "Sekretariat Peduli Penyandang Disabilitas Pulau Sumbawa".

Tak ada yang istimewa dari warung tersebut. Sepintas sama dengan warung tegal atau kantin makanan dan minuman pada umumnya.

Namun, ada pemandangan beda ketika pelayan yang datang menggunakan bahasa isyarat. Rasa empati memuncak di dada.

Tak heran ketika berada di warung ini, pengunjung akan mengenal berbagai simbol dalam bahasa isyarat yang lazim digunakan difabel rungu dan wicara.

Bagi pengunjung yang tak bisa berkomunikasi bahasa isyarat, ada kertas yang akan diberikan untuk menulis menu atau sekadar menyapa pelayan warung.

Hadijah adalah perempuan disable daksa. Tak mudah bagi Hadijah memulai usaha warung sambal yang baru berusia empat bulan tersebut. Bersama para penyandang disabilitas rungu, wicara, netra, mereka kemudian mulai bisnis warung sambal di awal 2024.

Baca juga: Berdayakan UMKM, Pemprov Kalteng Gelar Kalteng Expo Tahun 2024

Ia harus jatuh bangun hingga akhirnya bisa merealisasikan mimpi itu. Sesaat sebelum memulai bisnis, dirinya sempat ragu. Ketakutan terbesarnya, apakah bisnis warung tersebut bisa bertahan di era digital ini?

Hadijah tampak diam, raut wajahnya seperti memikirkan sesuatu. Ia mengingat kembali kesulitan memperoleh pinjaman modal usaha selama bertahun-tahun.

Menurutnya, modal usaha sangat dibutuhkan oleh penyandang disabilitas agar bisa bangkit melanjutkan aktivitasnya usaha yang sempat terhenti karena dampak pandemi Covid 19.

Hadijah sebelumnya memiliki bisnis jasa pijat refleksi, tetapi sepi pengunjung pasca-Covid 19. Sesekali ia masih melayani pelanggan jika ada yang membutuhkan jasanya.

“Iya, jasa pijat sepi. Sampai sekarang juga masih belum pulih. Saya berpikir keras, bagaimana dapat penghasilan tambahan dari bisnis yang lain,” kata Hadijah, Selasa (14/5/2024).

Perjalanan Hadijah menjadi pengusaha warung tidaklah mudah. Sebagai difabel daksa, ia sulit mendapatkan kepercayaan dari orang-orang di sekitarnya.

Pasalnya, ia memiliki keterbatasan fisik. Ibu tiga orang anak ini kerap merasakan pil pahit diskriminasi.

“Kami sulit untuk bekerja. Sebagai disabel daksa perempuan, selama ini saya kerja di sektor informal sekaligus mengurus rumah tangga,” katanya.

“Banyak kemarin yang bilang sudah difabel masih mau kerja ngapain sih udah di rumah aja jagain anak seperti itu pemikirannya pada kami,” imbuhnya.

Kesenjangan itu semakin luas dirasakan oleh difabel perempuan terutama dukungan untuk bisa mengakses pendidikan, kesehatan dan lapangan pekerjaan yang selama ini lebih mudah didapatkan oleh difabel laki-laki.

Perempuan dengan disabilitas menghadapi banyak tantangan untuk bekerja di sektor formal maupun informal. Dukungan perlu diberikan khususnya peningkatan kapasitas seperti pelatihan dan perluasan kesempatan kerja.

“Kami sulit dapat pinjaman modal usaha dari berbagai platform dan perbankan karena keterbatasan fisik. Diskriminasi itu tiada henti kami dapatkan. Sebenarnya kami tidak ingin dikasihani tapi berikan kami akses dan kesempatan yang sama,” kisahnya.

Selain berjualan, Hadijah kini menjabat Ketua Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Kabupaten Sumbawa. Ia terus menguatkan niat dan tak ingin goyah meski kondisinya serba terbatas.

Hingga ia berhasil bangkit dari keterpurukan dan berusaha mencari solusi. Hadijah berusaha membuka mata semua pihak agar difabel memiliki kesempatan yang sama seperti orang-orang pada umumnya untuk memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak.

Menurutnya, pemberdayaan terhadap para penyandang disabilitas merupakan bagian penting dari perencanaan pembangunan yang sejalan dengan perumusan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) terkait Convention on the Rights of Persons with Disabilities (CRPD).

Konvensi tersebut menjadi bentuk komitmen mendukung penghormatan hak-hak disabilitas. Adanya komitmen Sustainable Development Goals (SDGs) berupaya memastikan tidak ada satupun kelompok yang tertinggal (no one left behind), termasuk para penyandang disabilitas, dalam proses pembangunan nasional yang inklusif dan berkelanjutan.

“Kami aktif bersuara di forum musrembang baik tingkat kecamatan maupun kabupaten. Kami dorong terealisasi akses yang inklusif bagi difabel di semua sektor dan fasilitas publik,” jelas Hadijah.

Karena kondisi masih minimnya akses inklusif termasuk hak ekonomi bagi penyandang disabilitas, Hadijah memutar otak dan merancang bisnis yang bisa berkelanjutan serta mampu menopang perekonomian keluarga hingga mencari sumber dana pemasukan organisasi.

Selain itu, ia ingin membuka lapangan pekerjaan dan berkolaborasi bersama memberdayakan lebih banyak difabel.

Dari situ, ia termotivasi membuka usaha warung sederhana yang menjual makanan, minuman, dan aneka cemilan. Modal awalnya hanya Rp 300.000," kata Hadijah tersenyum getir.

Hadijah memulai bisnis berkelanjutan serta berusaha berdampak melalui merek Warung Sambal Sumbawa. Bisnis itu tidak dijalankan sendiri tetapi berkolaborasi.

Ia juga mendapatkan amanah sebagai ketua Forum Disabilitas Sarea dimana semua organisasi dan komunitas disabilitas di Kabupaten Sumbawa dipersatukan.

Berangkat dari hobi memasak, di warung sederhana tersebut, ia merangkap sebagai kepala chef (juru masak) membantu menyajikan menu masakan yang menggugah selera dari bahan utama ikan laut, ikan air tawar, ayam kampung serta aneka sayuran organik.

“Kami berusaha sajikan menu sehat dan segar. Untuk dapat nikmati hidangan sambal Sumbawa, pelanggan harus reservasi dulu,” katanya.

Hadijah bersama penyandang disabilitas rungu, wicara, netra memulai bisnis warung sambal pada awal 2024.

Promosi dan pemasaran produk dilakukan offline dan online melalui media sosial dengan berbagai platform.

“Bagaimana pun kondisinya, kami harus bangkit. Kami ingin diberi ruang dan kesempatan yang sama dalam akses ekonomi dan bisnis berkelanjutan,” kata Hadijah.

"Usaha ini kami mulai agar dapat kesempatan yang sama. Jika di kota besar, bisnis dari teman difabel sudah banyak yang berkembang pesat, tetapi di sini masih menjadi hal baru," imbuhnya.

Setelah menjalankan bisnis warung sambal ini, Hadijah mulai mendapatkan keuntungan ekonomi.

Dari omset itu disisihkan menjadi modal, tabungan untuk kas organisasi dan dana darurat yang bisa digunakan untuk membantu penyandang disabilitas yang membutuhkan misalnya terdampak bencana, sakit dan lain-lain.

“Alhamdulillah sekitar Rp 500.000 hingga Rp 700.000 kami peroleh per bulan. Semoga bisnis ini terus berkembang,” harap Hadijah.

Di warung ini, Hadijah mengajak penyandang disabilitas lainnya untuk mencintai lingkungan sehingga sampah bisa dikurangi dan menggunakan bahan-bahan organik yang sehat.

“Kami pilah sampah organik dan non organik. Kami juga berusaha kurangi penggunaan kantong plastik,” ucapnya.

Usaha kecil terdampak perubahan iklim

Cuaca ekstrem sebagai dampak perubahan iklim lebih sering terjadi di Nusa Tenggara Barat (NTB) seperti bencana banjir bandang pada Maret 2024 yang dirasakan dampaknya terhadap usaha warung Hadijah.

Penyebab banjir juga disebabkan oleh meluasnya lahan kritis atau rusak. Kerusakan tersebut disebabkan ekspansi perladangan liar untuk tanaman semusim, termasuk jagung. Kemudian pembukaan lahan dengan pembakaran dan perubahan tradisi pola tanam tumpangsari menjadi monokultur.

“Pada Maret 2024 banjir bandang terjadi ada pipa yang pecah milik PDAM di Semongkat dan tidak ada air selama beberapa hari. Ketika tidak ada air, sangat berdampak karena kami harus beli air galon untuk masak, belum lagi kebutuhan sanitasi di warung kami,” ceritanya.

Saat tidak ada air bersih maka disabilitas perempuan mengalami kesulitan ganda. Karena mereka sebagai perempuan bertanggung jawab menyediakan kebutuhan air untuk rumah tangga. Begitu pula kebutuhan air bagi kelangsungan bisnis.

Ia juga menghadapi debit air yang sangat kecil bahkan sistem bergilir berdampak pada usaha warung apalagi memasuki musim kemarau dan semakin parah karena anomali cuaca El-Nino.

Kesulitan memperoleh bahan baku seperti ikan laut dan bahan pangan lainnya turut Hadijah alami saat terjadi cuaca ekstrem berupa angin dan gelombang pasang. Beruntung mereka memiliki kolam ikan lele dan nila yang ada di belakang warung.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kendaraan Bodong yang Disita di Sukolilo Pati Bertambah Jadi 39, Rumah Warga Jadi Tempat Penyimpanan

Kendaraan Bodong yang Disita di Sukolilo Pati Bertambah Jadi 39, Rumah Warga Jadi Tempat Penyimpanan

Regional
Longboat Kecelakaan di Tengah Laut, Seorang Warga Kaimana Papua Barat Masih Dicari Tim SAR

Longboat Kecelakaan di Tengah Laut, Seorang Warga Kaimana Papua Barat Masih Dicari Tim SAR

Regional
Update Status Gunung Slamet Hari Ini: Stasus Waspada, Pemkab Banyumas Siapkan Skenario Terburuk

Update Status Gunung Slamet Hari Ini: Stasus Waspada, Pemkab Banyumas Siapkan Skenario Terburuk

Regional
Detik-detik Polisi Gerebek 'Kampung Bandit' Sukolilo Pati, Amankan Puluhan Kendaraan Bodong

Detik-detik Polisi Gerebek "Kampung Bandit" Sukolilo Pati, Amankan Puluhan Kendaraan Bodong

Regional
2 TPS di Batanghari Ditetapkan PSU, KPU Jambi Tunggu Jadwal dari Pusat

2 TPS di Batanghari Ditetapkan PSU, KPU Jambi Tunggu Jadwal dari Pusat

Regional
BKSDA: Harimau yang Muncul di PTPN 7 Pesawaran Jenis Kucing Emas

BKSDA: Harimau yang Muncul di PTPN 7 Pesawaran Jenis Kucing Emas

Regional
Usai Dipecat Nyabu, Mantan Polisi di Riau Ini Ditangkap karena Edarkan Narkoba

Usai Dipecat Nyabu, Mantan Polisi di Riau Ini Ditangkap karena Edarkan Narkoba

Regional
Hanya Punya 4 Kursi, Gerindra Jadi Favorit Bakal Calon Bupati-Wakil Bupati Semarang

Hanya Punya 4 Kursi, Gerindra Jadi Favorit Bakal Calon Bupati-Wakil Bupati Semarang

Regional
Mahasiswa Sebut Bupati Halmahera Utara yang Bubarkan Demonstrasi Pakai Parang Dilaporkan ke Bareskrim

Mahasiswa Sebut Bupati Halmahera Utara yang Bubarkan Demonstrasi Pakai Parang Dilaporkan ke Bareskrim

Regional
Soal Kasus Dugaan Kekerasan Oknum Guru kepada Santri di Makassar, Yayasan Sebut Pelaku Sudah Dipecat

Soal Kasus Dugaan Kekerasan Oknum Guru kepada Santri di Makassar, Yayasan Sebut Pelaku Sudah Dipecat

Regional
Puluhan Kendaraan Bodong Ditemukan di Sukolilo Pati, 3 Orang Diperiksa

Puluhan Kendaraan Bodong Ditemukan di Sukolilo Pati, 3 Orang Diperiksa

Regional
Lebih Awal Sehari, Shalat Idul Adha Majelis Tafsir Al Quran Digelar Minggu

Lebih Awal Sehari, Shalat Idul Adha Majelis Tafsir Al Quran Digelar Minggu

Regional
Pj Bupati Tangerang Andi Ony Pantau Stok dan Harga Sembako di Pasar Gudang Tigaraksa

Pj Bupati Tangerang Andi Ony Pantau Stok dan Harga Sembako di Pasar Gudang Tigaraksa

Kilas Daerah
Berawal dari Pesta Miras, 2 Siswi SMP di Ambon Dicabuli 3 Temannya di Kuburan

Berawal dari Pesta Miras, 2 Siswi SMP di Ambon Dicabuli 3 Temannya di Kuburan

Regional
Presiden Jokowi Dijadwalkan Shalat Idul Adha di Masjid Agung Jawa Tengah

Presiden Jokowi Dijadwalkan Shalat Idul Adha di Masjid Agung Jawa Tengah

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com