Menurut Ani Sofian, meriam Pontianak sangat berbeda dengan meriam di daerah lain. Meriam Pontianak terbuat dari kayu dengan ukuran 4-7 meter, dengan diameter 40-100 centimeter.
“Bunyi dentuman yang dihasilkan cukup dahsyat terdengar hingga mencapai radius 2-10 kilometer,” ucap Ani.
Permainan tradisional meriam karbit ini tidak terlepas dari nilai sejarah berdirinya Kota Pontianak sejak dahulu kala.
Pada zaman dahulu, meriam ini digunakan oleh Sultan Syarif Abdurrahman untuk membangun Kota Pontianak.
Di mana menurut legenda, meriam digunakan Sultan untuk mengusir hantu kuntilanak yang sering mengganggu pembangunan Masjid Jami' dan Istana Kadriyah.
Selain itu, meriam juga digunakan sebagai pertanda masuk waktu salat, sahur dan berbuka puasa di bulan Ramadan.
“Saat ini meriam sudah digunakan untuk berbagai momen khusus selain untuk menyambut malam lebaran setiap tahunnya,” sebut Ani.
Di tempat yang sama, Kadisporapar Kalbar, Windy Prihastari juga ikut merasakan sensasi menyulut meriam karbit.
Kali ini, ada wisatawan dari Palembang yang juga ikut menyulut meriam tersebut.
Windy berharap, tradisi meriam karbit ini dapat mengundang para wisatawan untuk datang ke Pontianak.
“Semoga dengan adanya tradisi meriam karbit ini dapat mendatangkan wisatawan ke Pontianak, wisata di Kalbar,” tutup Windy.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.