Keberadaan Masjid Baiturrahman sekaligus menjadi parameter cikal bakal lahirnya pemukiman Desa Menduran.
Ketika Haul Ki Ageng Kafiluddin yang diperingati pada 27 Muharram selalu disesaki warga yang berdatangan dari berbagai daerah termasuk tokoh-tokoh Islam penting di Indonesia.
"Habib Luthfi, Habib Syech, Habib Tohir Alkaf tegal, Habib Taufik Assegaf Pasuruan dan tokoh agama lainnya pernah berkunjung ke sini. Jadi dinamakan Desa Menduran itu karena leluhur saya berasal dari Madura. Nama dan pengucapannya sekilas menyerupai," kata Gus Lizam.
Menurut Gus Lizam, strategi syiar Ki Ageng Kafiluddin lebih mengejawantahkan toleransi menyusul masyarakat Jawa saat itu jamak mengikuti aliran kepercayaan berpaham "Kejawen" hingga Hindu.
Oleh karena itu, dakwah Ki Ageng Kafiluddin mengaplikasikan pendekatan emosional yang selaras dengan siasat pendahulunya, Sunan Kudus.
Salah satunya menciptakan bangunan Masjid dengan arsitektur yang bersahabat dengan peradaban saat itu yakni perpaduan Hindu-Jawa dengan Islam.
Akulturasi budaya Hindu-Jawa dengan Islam dimaksudkan supaya pribumi lokal yang asing bisa dengan mudah menerimanya.
"Saksi penyebaran Islam di Grobogan dengan toleransi. Bahkan saat itu untuk menghibur warga, dibiasakan ada tabuhan bedug dengan irama merdu," kata Gus Lizam.
Dalam perkembangannya, Masjid Baiturrahman yang berdiri di atas lahan seluas 300 meter persegi itu dilengkapi dengan pesantren tradisional. Sementara di belakangnya menjadi kompleks pemakaman trah Ki Ageng Kafiluddin.
"Kalau total luas dari area Masjid, Ponpes dan Makam sekitar satu hektar. Ada sebanyak 90 santri yang mukim dari berbagai daerah," terang Gus Lizam.
Diungkapkan Gus Lizam, berdasarkan kepercayaan pengikutnya, Ki Ageng Kafiluddin dituturkan sebagai salah satu Wali Mastur (sembunyi) atau sosok yang tidak menampakkan status kewaliannya.
Beragam kisah menyebutkan kedigdayaan atau karomah Ki Ageng Kafiluddin.
"Ki Ageng Kafiludin nama kecilnya Jamal. Beliau putra Adipati pertama Madura. Bagaimana sampai di Grobogan? Diriwayatkan beliau mencari adiknya yang hilang hingga kehabisan bekal di wilayah Pati," ujar Gus Lizam.
Ketika kehabisan perbekalan di tengah perjalanannya itu, sambung Gus Lizam, Ki Ageng Kafiluddin lantas mengikuti sayembara di Pati hingga kemudian memenangkannya.
Baca juga: Masjid Supangat, Masjid Pertama di Tuban yang Gunakan Listrik Tenaga Surya
"Dihadiahi tanah di sini, yang akhirnya dinamai Desa Menduran ini. Beliau lalu membangun Masjid Baiturrahman yang uniknya berlokasi tepat berada di bibir Sungai Lusi," jelas Gus Lizam.
Percaya tidak percaya, Masjid Baiturrahman tak pernah sekalipun kebanjiran meski saat Sungai Lusi meluap dan air merendam permukiman Desa Menduran.
"Alhamdulillah Masjid tidak pernah kebanjiran saat banjir besar di Grobogan. Apakah beliau itu aristektur handal atau karena karomahnya. Bahkan ada kisah Masjid Baiturrahman pernah dibungkus beliau dengan kain dan digenggamnya dan dipindah kesini. Konon untuk menutupi kewaliannya yang sudah diketahui orang. Wallahualam Bissawab," pungkas Gus Lizam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.