Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Masjid Wali di Bibir Sungai Lusi yang Tak Pernah Kebanjiran

Kompas.com - 29/03/2024, 05:17 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

GROBOGAN, KOMPAS.com - Masjid Baiturrahman di Desa Menduran, Kecamatan Brati, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah menjadi saksi bisu penyebaran Agama Islam pada era abad 17.

Masjid kuno peninggalan Ki Ageng Kafiluddin, ulama kesohor asal Madura ini, diriwayatkan didirikan pada tahun 1700 Masehi.

Menariknya, bangunan bernilai historis yang semula didominasi berkonstruksi kayu ini berlokasi tepat di bibir Sungai Lusi.

Baca juga: Masjid Besar Majalaya, Masjid Tua Saksi Bisu Perang Ganeas Abad VII

Meski sungai besar yang acap kali meluap saat intensitas hujan tinggi, Masjid Baiturrahman justru tak pernah sekalipun tersentuh banjir.

Kamis (28/3/2024), Kompas.com berkesempatan berkunjung ke Masjid yang masih berada satu kawasan dengan Pondok Pesantren Salafiyah, Al Marom.

Untuk menuju ke sana dari perkotaan Purwodadi, rute tercepat harus melewati jembatan gantung kecil yang membelah Sungai Lusi. Perjalanan darat hanya sekitar lima menit setelah kemudian menyusuri jalan setapak.

Sore itu cuaca cukup cerah, tabuhan bedug menggema dari atas Menara bata merah di samping Masjid Baiturrahman. Disusul kemudian muazin mengumandangkan adzan shalat ashar.

Seketika itu, puluhan santri tak terkecuali warga sekitar pun berdatangan untuk shalat berjemaah di ruang utama seluas 6x8 meter.

Masjid Baiturrahman di Desa Menduran, Kecamatan Brati, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah , Kamis (28/3/2024) sore.KOMPAS.COM/PUTHUT DWI PUTRANTO NUGROHO Masjid Baiturrahman di Desa Menduran, Kecamatan Brati, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah , Kamis (28/3/2024) sore.
Saat ini desain ruangannya terlihat tidak berbeda jauh dengan bangunan masjid sederhana pada umumnya. Perubahan ini terjadi setelah beberapa kali diupayakan pemugaran untuk mempertahankan sisi orisinalitas.

Pengasuh Ponpes Al Marom sekaligus keturunan ke-delapan Ki Ageng Kafiluddin, Gus Lizamuddin Kafi menyampaikan, bangunan Masjid Baiturrahman yang semula dirancang menyerupai Masjid Menara Kudus dipoles sedemikian rupa untuk membungkus keasliannya.

Karakteristik yang masih dipertahankan yaitu tiga Menara Masjid menjulang tinggi mengelilingi Masjid Baiturrahman.

Tiga Menara Masjid yang berkonstruksi bata merah berikut gerbang serta dindingnya menjadi penanda Masjid lawas itu mengadaptasi corak Masjid Al Aqsha kreasi Syekh Ja'far Shodiq atau Sunan Kudus. Masjid Al Aqsha dan menara merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

"Pada tahun 1998 pernah didatangkan pakar konstruksi dari Jepang. Ia terkejut karena menurutnya, bangunan asli usia ratusan tahun ini selazimnya sudah rusak namun tetap saja kokoh dari masa ke masa. Sejak saat itu pula tidak pernah dirombak. Aslinya mirip Masjid Menara Kudus dengan bata merah dan kayu jati. Namun pertimbangan leluhur ditutup dengan dilapisi tembok," kata Gus Lizam.

Selain itu, secara turun temurun, Masjid Baiturrahman di awal masanya dikisahkan menjadi tempat pertemuan para Waliyullah atau para wali songo.

"Dulu Masjid Baiturrahman hanya ada satu tiang di tengah. Namun, perkembangannya kini ada empat tiang. Itu ciri khas Masjid Jawa yang digunakan untuk pertemuan para wali. Sudah banyak tokoh agama yang mengulas ini," ungkap Gus Lizam.

Baca juga: Cerita Pembangunan Masjid Almuttaqin Yosonegoro Gorontalo, Berawal dari 4 Orang

Halaman:


Terkini Lainnya

Datangi Gedung DPRD, Puluhan Tenaga Honorer Minta 4.222 Pegawai Diangkat Jadi ASN

Datangi Gedung DPRD, Puluhan Tenaga Honorer Minta 4.222 Pegawai Diangkat Jadi ASN

Regional
BPBD OKU Evakuasi Korban Banjir di 4 Kecamatan

BPBD OKU Evakuasi Korban Banjir di 4 Kecamatan

Regional
Bos Kerajinan Tembaga di Boyolali Dibunuh Usai Hubungan Sesama Jenis, Ini Kronologi dan Motifnya

Bos Kerajinan Tembaga di Boyolali Dibunuh Usai Hubungan Sesama Jenis, Ini Kronologi dan Motifnya

Regional
2 Tersangka Pemalsuan Surat Tanah yang Libatkan Pj Walkot Tanjungpinang Ditahan

2 Tersangka Pemalsuan Surat Tanah yang Libatkan Pj Walkot Tanjungpinang Ditahan

Regional
2 Mobil Mewah Milik Tersangka Kasus Investasi Bodong Berkedok Bisnis BBM di Kalsel Disita

2 Mobil Mewah Milik Tersangka Kasus Investasi Bodong Berkedok Bisnis BBM di Kalsel Disita

Regional
Pengerjaan Jalan di Purworejo Dikeluhkan Warga, DPUPR Sebut Proses Lama karena Ini

Pengerjaan Jalan di Purworejo Dikeluhkan Warga, DPUPR Sebut Proses Lama karena Ini

Regional
Gubernur Kepri Minta Malaysia Lepas Nelayan Natuna yang Ditahan

Gubernur Kepri Minta Malaysia Lepas Nelayan Natuna yang Ditahan

Regional
Banjir di Sumsel Meluas, Muara Enim Ikut Terendam

Banjir di Sumsel Meluas, Muara Enim Ikut Terendam

Regional
Bunuh Anggota Polisi, Remaja di Lampung Campur Racun dan Obat Nyamuk ke Minuman Korban

Bunuh Anggota Polisi, Remaja di Lampung Campur Racun dan Obat Nyamuk ke Minuman Korban

Regional
Rayakan Tradisi Leluhur, 1.500 Warga Baduy 'Turun Gunung' pada 17 Mei 2024

Rayakan Tradisi Leluhur, 1.500 Warga Baduy "Turun Gunung" pada 17 Mei 2024

Regional
Menyoal Perubahan Status Kewarganegaraan Marliah yang Tiba-tiba Jadi WN Malaysia

Menyoal Perubahan Status Kewarganegaraan Marliah yang Tiba-tiba Jadi WN Malaysia

Regional
Susul Sekda Kota Semarang, Ade Bhakti Dijadwalkan Ambil Formulir Pendaftaran Pilkada di PDI-P

Susul Sekda Kota Semarang, Ade Bhakti Dijadwalkan Ambil Formulir Pendaftaran Pilkada di PDI-P

Regional
Pemuda di Sleman Lecehkan Mahasiswi, Awalnya Diajak Ngabuburit

Pemuda di Sleman Lecehkan Mahasiswi, Awalnya Diajak Ngabuburit

Regional
Kecelakaan Beruntun di Depan KIW Semarang, Satu Pengendara Tewas

Kecelakaan Beruntun di Depan KIW Semarang, Satu Pengendara Tewas

Regional
Dugaan Korupsi Lahan Hutan Negara, Keterlibatan Anak Bupati Solok Selatan Diselidiki

Dugaan Korupsi Lahan Hutan Negara, Keterlibatan Anak Bupati Solok Selatan Diselidiki

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com