Dalam ancaman seperti ini, Erma mengingatkan bahwa kota-kota pesisir lah yang paling terdampak dan perlu dilindungi.
Perubahan iklim, sambung dia, dapat menyebabkan hujan badai semacam ini kian sering terjadi dan makin mengancam kota-kota pesisir.
"Apa yang terjadi selama 10 hari didera hujan deras secara intensif, itulah yang menyebabkan kawasan pesisir bisa hancur. Semua kota-kota pesisir bisa terancam ketika badai meningkat," kata Erma.
Menanggapi analisis Erma, Andri mengatakan "perlu kajian lebih dalam untuk menentukan secara spesifik apakah itu adalah squall line".
"Apapun itu, kami sudah identifikasi ada peluang cuaca ekstrem dan yang penting adalah peringatannya sampai ke masyarakat kemudian responsnya seperti apa untuk menghadapi situasi terseut," tutur Andri.
Baca juga: Demak Banjir Lagi, Warga: Ini Paling Parah
BMKG mengatakan cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi hingga April mendatang, meski ada kemungkinan periodenya terjadi secara singkat.
Namun dalam beberapa hari ke depan, dia menyebut intensitas cuaca ekstrem di Jawa Tengah akan mulai mereda.
“Pantauan kami paling tidak hingga tanggal 23 Maret masih ada potensi, tapi kami akan update dan pantau kembali,” kata Andri Ramdani dari BMKG.
Apabila eskalasinya meningkat, Andri menuturkan BMKG akan kembali melakukan modifikasi cuaca untuk mengurangi dampak banjir.
Terlepas dari situasi saat ini, Andri mengatakan intensitas terjadinya cuaca ekstrem sudah semakin sering dan meningkat.
Baca juga: Jalan Protokol Kebanjiran, Ekonomi Demak Terancam Lumpuh
"Kita harus bersiap menghadapi itu. Mau tidak mau, kita harus sadari bahwa terjadi pemanasan global," kata dia.
Cuaca ektrem ini tidak cuma menyebabkan bencana hidrometerorologi seperti banjir dan longsor. Namun pada musim kemarau, juga dapat menyebabkan kekeringan.
Erma mengingatkan agar pemerintah membangun infrastruktur yang dapat memproteksi wilayah-wilayah rentan banjir semacam ini, terutama wilayah pesisir.
"Kemudian dicek semua tanggul-tanggul, apabila ada tanggul yang membutuhkan penanganan segera, kondisinya kritis. Dana-dana infrastruktur harus disiapkan untuk itu," kata Erma.
Selain itu perlu untuk mengecek kondisi sungai dari hulu ke hilir, apakah mengalami pendangkalan, sedimentasi atau penyempitan daerah aliran sungai.
Baca juga: Jalan Protokol Kebanjiran, Ekonomi Demak Terancam Lumpuh
Dihubungi terpisah, Abdul Muhari dari BNPB mengatakan pihaknya telah mengingatkan pemerintah daerah dan Kementerian PUPR untuk mengaudit infrastruktur perairan.
Pasalnya, tanggul-tanggul tua seperti yang jebol pada kasus banjir Demak dinilai sudah tidak lagi menghadapi beban yang harus ditanggung saat ini.
"Tentu saja saat tanggul itu dibangun tidak memperhitungkan tekanan populasi seperti sekarang," kata Abdul Muhari.
"Sangat banyak infrastruktur perairan kita, tanggul-tanggul sungai yang sudah cukup tua dan perlu diremajakan," sambungnya.
Untuk jangka panjang, Abdul juga mengatakan perlu membenahi drainase di perkotaan hingga restorasi ekosistem di hulu sungai untuk memastikan tersedia area resapan yang mencukupi.
--
Wartawan di Demak, Nur Misno berkontribusi dalam liputan ini
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.