Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Warga di Pedalaman Ende, Tak Ada Penerangan Listrik sejak Indonesia Merdeka

Kompas.com - 09/03/2024, 17:03 WIB
Serafinus Sandi Hayon Jehadu,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sudah puluhan tahun warga Desa Wolokota, Kecamatan Ndona, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) hidup tanpa penerangan listrik.

Setiap malam warga hanya bisa mengandalkan lampu minyak tanah. Lampu-lampu itu terbuat dari kaleng bekas yang dilengkapi sumbu.

Kaleng itu diisi dengan minyak tanah. Kemudian menunggu beberapa saat sampai minyak tanah naik hingga ke puncak sumbu lalu dinyalakan.

Kondisi ini pun berdampak terhadap para siswa di desa itu.

Baca juga: Bahagianya Lansia Sebatang Kara di Purbalingga, Puluhan Tahun Pakai Lampu Minyak, Kini Rumahnya Teraliri Listrik

Kristin (12), seorang siswa Sekolah Dasar (SD) mengaku kesulitan saat belajar malam hari. Setiap kali mengerjakan tugas dan membaca, ia terpaksa mendekat ke sumber cahaya.

Hal tersebut membuatnya tidak nyaman, sebab asap lampu minyak tanah sangat berpengaruh terhadap pernapasan.

“Dari kelas 1 sampai 5, saya belajar pakai lampu minyak tanah. Saya kadang pergi belajar di keluarga yang rumahnya di kota. Di sana ada listrik. Di sana saya bisa belajar dengan nyaman,” ucap Kristin, Sabtu (9/3/2024).

Kristin berharap pemerintah bisa membangun jaringan listrik ke desanya.

Tokoh adat Desa Wolokota, Alkarius M Hari mengungkapkan, sejak Indonesia merdeka, warga desa selalu merindukan listrik. Hanya saja sampai saat ini belum terwujud.

Alkarius berujar, sebagai seorang tokoh adat, dia bersama masyarakat desa bersedia apabila pemerintah membutuhkan lahan atau lokasi yang akan digunakan untuk pembangunan jaringan listrik.

Baca juga: Rumah Hanya Diterangi Lampu Minyak, Murid Ini Selesaikan PR di Sekolah

"Kami butuh lampu untuk penerangan. Untuk tempat atau lokasi akan kami beri secara ikhlas. Selama ini, dari Indonesia merdeka, kami menggunakan lampu pelita. Kami mohon dengan sungguh, kalau bisa tahun ini listrik masuk ke desa kami," ucapnya.

Jalan kaki 6 kilometer

Kepala Desa Wolokota, Kecamatan Ndona, Yulius Irenius mengungkapkan, selain lampu pelita, warga desanya memanfaatkan panel surya untuk penerangan malam hari.

Hanya saja penggunaan panel surya sangat terbatas. Bahkan mengisi daya ponsel saja mereka harus berjalan kaki sejauh 6 kilometer ke desa tetangga.

"Jangankan untuk menghidupkan televisi dan kipas angin, untuk charger ponsel kami harus turun ke kota ataupun di desa tetangga yakni Desa Reka, jaraknya 6 kilometer," katanya.

"Warga jalan kaki karena belum ada peningkatan akses jalan untuk kendaraan roda dua maupun roda empat," tambah dia.

Yulius berharap pemerintah hadir melihat secara langsung kondisi yang dialami warganya sehingga apa yang menjadi keluhan masyarakat bisa terjawab.

Baca juga: Sebelum Ada Listrik dari PLN, Saya Pakai Lampu Minyak...

Respons PLN

Manajer PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Proyek Ketenagalistrikan (UP2K) Flores, Albertus Koko mengatakan, petugas lapangan telah melakukan survei perluasan jaringan listrik ke Desa Wolokota.

"Sudah kami lakukan survei perluasan jaringan listrik melalui jalan yang dibangun oleh pemerintah daerah," ujar Albertus.

Meski begitu, Albertus belum bisa memastikan kapan pembangunan jaringan listrik ke desa tersebut dimulai karena dalam proses pengusulan anggaran.

"Untuk realisasinya menyesuaikan dengan persetujuan anggaran," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Berlayar Ilegal ke Australia, 6 Warga China Ditangkap di NTT

Berlayar Ilegal ke Australia, 6 Warga China Ditangkap di NTT

Regional
Video Viral Diduga Preman Acak-acak Salon di Serang Banten, Pelaku Marah Tak Diberi Uang

Video Viral Diduga Preman Acak-acak Salon di Serang Banten, Pelaku Marah Tak Diberi Uang

Regional
Tawuran 2 Kampung di Magelang, Pelaku Kabur, Polisi Amankan 5 Motor

Tawuran 2 Kampung di Magelang, Pelaku Kabur, Polisi Amankan 5 Motor

Regional
Dua Dekade Diterjang Banjir Rob, Demak Rugi Rp 30 Triliun

Dua Dekade Diterjang Banjir Rob, Demak Rugi Rp 30 Triliun

Regional
Rektor Universitas Riau Cabut Laporan Polisi Mahasiwa yang Kritik UKT

Rektor Universitas Riau Cabut Laporan Polisi Mahasiwa yang Kritik UKT

Regional
Pembuang Bayi di Semarang Tinggalkan Surat di Ember Laundry, Diduga Kenali Saksi

Pembuang Bayi di Semarang Tinggalkan Surat di Ember Laundry, Diduga Kenali Saksi

Regional
Pencuri Kain Tenun Adat di NTT Ditembak Polisi Usai 3 Bulan Buron

Pencuri Kain Tenun Adat di NTT Ditembak Polisi Usai 3 Bulan Buron

Regional
Duel Maut 2 Residivis di Temanggung, Korban Tewas Kena Tusuk

Duel Maut 2 Residivis di Temanggung, Korban Tewas Kena Tusuk

Regional
Tungku Peleburan di Pabrik Logam Lampung Meledak, 3 Pekerja Alami Luka Bakar Serius

Tungku Peleburan di Pabrik Logam Lampung Meledak, 3 Pekerja Alami Luka Bakar Serius

Regional
Pria Misterius Ditemukan Penuh Lumpur dan Tangan Terikat di Sungai Babon Semarang

Pria Misterius Ditemukan Penuh Lumpur dan Tangan Terikat di Sungai Babon Semarang

Regional
Wali Kota Semarang Minta PPKL Bantu Jaga Kebersihan Kawasan Kuliner di Stadion Diponegoro

Wali Kota Semarang Minta PPKL Bantu Jaga Kebersihan Kawasan Kuliner di Stadion Diponegoro

Regional
Korban Tewas Tertimpa Tembok Keliling di Purwokerto Bertambah, Total Jadi 2 Anak

Korban Tewas Tertimpa Tembok Keliling di Purwokerto Bertambah, Total Jadi 2 Anak

Regional
Tingkatkan Pengelolaan Medsos OPD Berkualitas, Pemkab Blora Belajar ke Sumedang dan Pemprov Jabar

Tingkatkan Pengelolaan Medsos OPD Berkualitas, Pemkab Blora Belajar ke Sumedang dan Pemprov Jabar

Regional
Ingin Tiru Aplikasi Sapawarga, Pemkab Blora Lakukan Kunjungan ke Pemprov Jabar

Ingin Tiru Aplikasi Sapawarga, Pemkab Blora Lakukan Kunjungan ke Pemprov Jabar

Regional
Cerita Jadi Jemaah Haji Termuda di Semarang, Halima Ngaku Sudah Nabung sejak TK

Cerita Jadi Jemaah Haji Termuda di Semarang, Halima Ngaku Sudah Nabung sejak TK

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com