Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Angka Pernikahan di Indonesia Terendah, Begini Kata Anak Muda di Semarang

Kompas.com - 09/03/2024, 10:18 WIB
Sabrina Mutiara Fitri,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com- Angka pernikahan di Indonesia terus mengalami penurunan.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia 2024, angka pernikahan pada 2023 sebanyak 1.577.255 atau menurun 128.093 dibandingkan tahun 2022, yakni sebanyak 1.705.348.

Di samping itu, BPS juga merilis bahwa angka pernikahan di Jawa Tengah berkurang sebanyak 14.160 sepanjang tahun 2023.

Baca juga: Di Balik Rendahnya Pernikahan di Indonesia: Antara Pergeseran Paradigma dan Menguatnya Gejala Waithood

Menanggapi hal tersebut, salah satu anak muda di Kota Semarang, Ara (27) mengaku, memang sengaja menunda pernikahan lantaran masih ingin fokus dengan pengembangan diri sendiri.

Pekerja swasta itu menyebut, pernikahan bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan.

Terlebih, jika kedua belah pihak antara perempuan dan laki-laki belum siap secara finansial, maupun mental.

"Soalnya untuk menuju itu harus dipikirkan baik-baik. Tidak sembarangan, kan pernikahan untuk seumur hidup," ucap Ara kepada Kompas.com, Jumat (8/3/2024).

Karena menunda pernikahan di usia 27 tahun, Ara mengaku kerap mendapat stigma buruk oleh tetangga sekitar, bahkan anggota keluarganya sendiri.

Padahal, menurut Ara, menikah merupakan sesuatu yang dapat dipilih dan ditentukan oleh individu masing-masing.

"Kalau dorongan dari orang tua ada, disuruh cepet nikah. Sampai tetangga-tetangga juga pada jodoh-jodohin. Tapi kan orang punya waktu masing-masinh," tutur dia.

Senada dengan Ara, Utami (29), juga mengalami hal serupa. Menurut dia, tren pernikahan sudah bergeser seiring berkembangnya zaman.

Menurut Utami, pernikahan tidaklah menjadi kebutuhan yang wajib dia lakoni. Alasannya, lantaran akan meghambat pekerjaan, kewajiban, ataupun aktivitasnya sehari-sehari.

"Ya mungkin pernikahan sudah tidak menjadi kebutuhan. Karena menurut saya pernikahan akan berpotensi menghambat ruang gerak, karir, dan kebebasan saya. Apalagi pekerjaan saya mengharuskan untuk di luar rumah," tutur Utami.

Di samping itu, imbuh Utami, kehidupan setelah menikah akan menambah banyak beban dan tuntunan dari berbagai pihak. Seperti keluarga pasangan, saudara, bahkan masyarakat sekitar.

Dengan demikian, dirinya lebih memilih untuk hidup single dan melakukan hal apapun yang dapat membuatnya merasa bahagia.

"Belum lagi kalau misal dituntut untuk punya anak. Selain itu, saat ini saya masih bebas melakukan apapun, menghabiskan uang untuk diri saya sendiri. Dan saya belum siap untuk membagi dengan orang lain," ujar Utami.

Bahkan jika menikah pun, Utami menyebut, akan memilih untuk childfree lantaran keadaan bumi yang tidak mendukung tumbuh kembang anak di masa depan.

"Menurut saya punya anak sangat berisiko. Saya juga belum siap untuk memikul tanggungjawab sebesar itu. Saya merasa dunia ini semakin tidak ramah anak, jadi kasian aja kalau tercipta manusia baru," ucap dia.

Baca juga: Angka Pernikahan di Indonesia pada 2023 Terendah sejak 1998

Sementara itu, Farah (35) mengatakan, tidak semua pasangan bisa mudah memutuskan untuk menikah. Biasanya, ada beberapa hal yang menghambat, seperti faktor keluarga, kepercayaan, hingga kesiapan finansial.

"Kalau kita terkendala beda agama. Karena aturannya kan harus nikah seagama. Ya sudah kita komitmen bareng-bareng, memang berpasangan tapi tidak berniat secara legal," tutur Farah.

Dirinya menyebut, standar pernikahan di Indonesia juga terbentuk dari konstruksi sosial. Tak heran, jika banyak masyarakat yang mepertanyakan status pernikahan pada dirinya.

"Dampaknya ke stereotipe masyarakat. Tapi selama yang menjalani kita bersama, omongan orang lain bodo amat. Karena kita juga punya hak. Yang terpenting kita menjalani dengan bahagia," pungkas Farah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kaget Ada Motor yang Melintas, Truk di Semarang Tabrak Jembatan Penyeberangan Orang

Kaget Ada Motor yang Melintas, Truk di Semarang Tabrak Jembatan Penyeberangan Orang

Regional
Tawuran Pelajar SMK di Jalan Raya Bogor, Satu Tewas akibat Luka Tusukan

Tawuran Pelajar SMK di Jalan Raya Bogor, Satu Tewas akibat Luka Tusukan

Regional
Kunjungi Banyuwangi, Menhub Siap Dukung Pembangunan Sky Bridge

Kunjungi Banyuwangi, Menhub Siap Dukung Pembangunan Sky Bridge

Regional
Berlayar Ilegal ke Australia, 6 Warga China Ditangkap di NTT

Berlayar Ilegal ke Australia, 6 Warga China Ditangkap di NTT

Regional
Video Viral Diduga Preman Acak-acak Salon di Serang Banten, Pelaku Marah Tak Diberi Uang

Video Viral Diduga Preman Acak-acak Salon di Serang Banten, Pelaku Marah Tak Diberi Uang

Regional
Tawuran 2 Kampung di Magelang, Pelaku Kabur, Polisi Amankan 5 Motor

Tawuran 2 Kampung di Magelang, Pelaku Kabur, Polisi Amankan 5 Motor

Regional
Dua Dekade Diterjang Banjir Rob, Demak Rugi Rp 30 Triliun

Dua Dekade Diterjang Banjir Rob, Demak Rugi Rp 30 Triliun

Regional
Rektor Universitas Riau Cabut Laporan Polisi Mahasiwa yang Kritik UKT

Rektor Universitas Riau Cabut Laporan Polisi Mahasiwa yang Kritik UKT

Regional
Pembuang Bayi di Semarang Tinggalkan Surat di Ember Laundry, Diduga Kenali Saksi

Pembuang Bayi di Semarang Tinggalkan Surat di Ember Laundry, Diduga Kenali Saksi

Regional
Pencuri Kain Tenun Adat di NTT Ditembak Polisi Usai 3 Bulan Buron

Pencuri Kain Tenun Adat di NTT Ditembak Polisi Usai 3 Bulan Buron

Regional
Duel Maut 2 Residivis di Temanggung, Korban Tewas Kena Tusuk

Duel Maut 2 Residivis di Temanggung, Korban Tewas Kena Tusuk

Regional
Tungku Peleburan di Pabrik Logam Lampung Meledak, 3 Pekerja Alami Luka Bakar Serius

Tungku Peleburan di Pabrik Logam Lampung Meledak, 3 Pekerja Alami Luka Bakar Serius

Regional
Pria Misterius Ditemukan Penuh Lumpur dan Tangan Terikat di Sungai Babon Semarang

Pria Misterius Ditemukan Penuh Lumpur dan Tangan Terikat di Sungai Babon Semarang

Regional
Wali Kota Semarang Minta PPKL Bantu Jaga Kebersihan Kawasan Kuliner di Stadion Diponegoro

Wali Kota Semarang Minta PPKL Bantu Jaga Kebersihan Kawasan Kuliner di Stadion Diponegoro

Regional
Korban Tewas Tertimpa Tembok Keliling di Purwokerto Bertambah, Total Jadi 2 Anak

Korban Tewas Tertimpa Tembok Keliling di Purwokerto Bertambah, Total Jadi 2 Anak

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com