Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenaikan Harga Beras Justru Bikin Petani Makin Melarat, Kok Bisa?

Kompas.com - 05/03/2024, 05:19 WIB
Raja Umar,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

ACEH BESAR, KOMPAS.com - Siapa bilang naiknya harga beras menyejahterakan petani.

Di Gampong Nusa, Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar, misalnya. Di sini, petani malah merugi.

Baca juga: Saat Petani Padi Berebut Jadi Buruh Angkut untuk Mencukupi Kebutuhan...

Usman M Junet (65), Ketua Kelompok Tani Gampong Nusa mengatakan, kenaikan harga beras tak berpengaruh terhadap pendapatan petani di Gampong Nusa, karena tahun ini mereka mengalami gagal panen akibat kemarau panjang.

Baca juga: Petani di Lumajang Masih Jauh dari Sejahtera meski Harga Beras Naik

Justri, kenaikan harga beras di saat petani gagal panen, malah membuat petani kesulitan karena mereka juga harus membeli beras dengan harga mahal.

"Harga gabah naik dari Rp 5.000 menjadi Rp 7.500, tapi kami di sini gagal panen. Tidak berpengaruh terhadap pendapatan kami sebagai petani padi," kata Usman saat ditemui Kompas.com di Lhoknga, Senin (4/3/2024).

Untuk meningkatkan penghasilan petani di Gampong Nusa, Usman berharap pemerintah membantu membangun bendungan irigasi untuk mengairi sawah, sehingga petani dapat menanam padi minimal dua kali dalam setahun.

"Yang sangat dibutuhkan bantuan dari pemerintah, kalau di sini waduk irigasi, karena aliran sungai ada di kampung kami, tapi harus ada waduk untuk mengaliri ke sawah dan menutup saat air laut pasang. Ada air bisa tanam dua kali dalam setahun atau diselang masa panen bisa tanaman yang lain, sehingga lahan kami produktif," ujar Usman.

Dampak dari tak adanya bendungan irigasi, 25 hektare lahan di kampung mereka tidak bisa ditanami padi selama bertahun tahun.

Keluhan yang sama juga dialami Mahdani (55). Dia mengatakan, hasil padi dari lahan seluas 3.500 meter persegi yang dia garap, hanya mendapatkan hasil panen lima karung gambah,

"Panen kali ini rugi kami, hanya dapat sekitar 100 kilogram. Cukup untuk stok beras, rugi biaya bajak, bibit, tanam, dan panen," katanya.

Mahdani merinci, biaya bajak sawah seluas 3.500 meter persegi setiap musim tanam hingga panen sebesar Rp 1 juta, biaya tanam Rp 700.000, bibit Rp 300.000, jasa tanam Rp 800. 000, dan biaya panen Rp 1 juta jika kondisi padi tumbuh normal.

"Saat bajak, tanam, dan panen, harus kita gunakan jasa orang lain juga karena sistem tanam padi serentak di sini," ujarnya.

Tanam sekali setahun

Petani sedang memotong padi di Gampong Nusa, kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar, Senin (4/3/2024).KOMPAS.COM/TEUKU UMAR Petani sedang memotong padi di Gampong Nusa, kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar, Senin (4/3/2024).

Gampong Nusa memiliki lebih dari 40 hektare lahan persawahan tadah hujan.

Namun, sejak dulu, petani di Gampong Nusa, termasuk Usman, hanya menanam satu kali panen dalam setahun mengikuti musim atau cuaca.

"Kami hanya menanam sekali dalam setahun, karena tidak ada saluran irigasi untuk mengaliri air ke sawah. Padahal aliran sungai ada, tapi tidak bisa kami manfaatkan," kata Usman.

Untuk menghidupi keluarga, selain menjadi petani padi, Usman juga melakoni pekerjaan lain sebagai pengantar roti menggunakan becak.

"Hasil dari padi selama ini tidak cukup untuk kebutuhan keluarga, sudah lima tahun tidak lagi. Saya antar roti karena mata sudah kabur, ndak sanggup lagi," sebutnya.

Usman memiliki lahan sawah seluas 2.500 meter persegi. Dia menanam sekali dalam setahun, sama seperti petani lainnya. Penghasilan dari hasil panen mulai dari Rp 2 juta-Rp 4 juta.

Namun, penghasilan dari padi saja ternyata tidak cukup. Dia akhirnya menanam sayur.

Tak ingin anak jadi petani

Meski penghasilan sebagai petani tak menentu, Usman mampu menyekolahkan kedua anaknya hingga ke perguruan tinggi.

Usman tak ingin anaknya melanjutkan profesi sebagai petani.

"Alhamdulillah, kedua anak saya kuliah, anak yang laki baru selesai kuliah dan adiknya perempuan baru setahun kuliah," ungkapnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Rabu 15 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Berawan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Rabu 15 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Berawan

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Rabu 15 Mei 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Rabu 15 Mei 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Regional
Nasib 21 Kru Kapal MT Arman 114 Tak Jelas, Kuasa Hukum Pertanyakan Penahanan Paspor

Nasib 21 Kru Kapal MT Arman 114 Tak Jelas, Kuasa Hukum Pertanyakan Penahanan Paspor

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Rabu 15 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Rabu 15 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Palsukan Merek Celana Jeans, Warga Pekalongan Terancam 1 Tahun Penjara dan Denda Rp 50 Juta

Palsukan Merek Celana Jeans, Warga Pekalongan Terancam 1 Tahun Penjara dan Denda Rp 50 Juta

Regional
Duduk Perkara Pria di Jambi Jadi Tersangka Usai Bunuh Begal, Bela Sang Adik yang Dipukuli, Kini Dibebaskan

Duduk Perkara Pria di Jambi Jadi Tersangka Usai Bunuh Begal, Bela Sang Adik yang Dipukuli, Kini Dibebaskan

Regional
758 Atlet Jateng dari 60 Cabor Bertanding di PON Aceh-Sumut, Targetkan Peringkat Tiga Besar

758 Atlet Jateng dari 60 Cabor Bertanding di PON Aceh-Sumut, Targetkan Peringkat Tiga Besar

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Rabu 15 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Rabu 15 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Regional
TNI AL dan Militer Singapura Gelar Latihan Sapu Ranjau Laut di Perairan Kepri

TNI AL dan Militer Singapura Gelar Latihan Sapu Ranjau Laut di Perairan Kepri

Regional
[POPULER REGIONAL] Mengungkap Penyebab Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana | Pembunuh Vina Buron sejak 2016

[POPULER REGIONAL] Mengungkap Penyebab Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana | Pembunuh Vina Buron sejak 2016

Regional
Tabrak Truk Parkir, Sopir dan Kernet Tewas di Tol Pejagan-Pemalang

Tabrak Truk Parkir, Sopir dan Kernet Tewas di Tol Pejagan-Pemalang

Regional
BEM UNS Minta UKT Golongan 9 Dihapus, Wakil Rektor: Itu Hanya untuk yang Mampu Saja

BEM UNS Minta UKT Golongan 9 Dihapus, Wakil Rektor: Itu Hanya untuk yang Mampu Saja

Regional
Cerita Sanadin Calon Haji Tertua di Sumbawa, Berangkat ke Tanah Suci di Umur 96 Tahun

Cerita Sanadin Calon Haji Tertua di Sumbawa, Berangkat ke Tanah Suci di Umur 96 Tahun

Regional
Sepasang Kekasih Gadaikan Motor Rental, Uangnya untuk Modal Usaha Jualan Kalender

Sepasang Kekasih Gadaikan Motor Rental, Uangnya untuk Modal Usaha Jualan Kalender

Regional
Mobil yang Terbakar hingga Merembet ke Rumah Warga di Banyumas Diduga Bawa BBM, Sopirnya Kabur

Mobil yang Terbakar hingga Merembet ke Rumah Warga di Banyumas Diduga Bawa BBM, Sopirnya Kabur

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com