Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyoal Penangkapan 2 Remaja di Papua yang Jadi Saksi Penembakan Pesawat di Yahukimo

Kompas.com - 27/02/2024, 11:22 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Dua remaja di Distrik Dekai, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan, ditangkap aparat TNI/Polri, Kamis (22/02). Mereka ditangkap tak lama setelah aparat menembak mati seorang milisi pro-kemerdekaan. Kejadian ini adalah rentetan dari penembakan pesawat Wings Air oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), 17 Februari lalu.

Foto-foto penangkapan dua remaja di Yahukimo itu beredar luas. Dalam sebuah foto dua remaja laki-laki berusia 15 tahun itu berada dalam posisi menelungkup, sementara tangan mereka diikat ke belakang.

Di sekitar mereka terdapat tiga tentara berseragam, salah satunya menjulurkan lidah ke arah pemotret.

Baca juga: Polisi Ungkap Motif Penganiayaan terhadap Anggota TNI hingga Tewas di Keerom Papua

Pada foto lainnya, dua remaja laki-laki itu berada dalam posisi duduk bersila, dengan tangan diikat ke belakang. Sejumlah luka tampak pada tubuh mereka. Dua tentara berseragam dan bersenjata berdiri di belakang dan mengawasi mereka.

BBC News Indonesia mengonfirmasi status dua remaja yang ditangkap tersebut kepada kepolisian. Keduanya dinyatakan tidak memiliki hubungan dengan milisi pro-kemerdekaan.

“Statusnya masih saksi,” kata AKBP Bayu Suseno, Juru Bicara Satgas Damai Cartenz. Satgas ini berisi personel militer dan kepolisian.

Satgas itu, berdasarkan rilis resmi Polri, ditugaskan untuk memburu milisi kelompok pro-kemerdekaan yang mereka sebut sebagai kelompok kriminal bersenjata. Satgas ini juga diminta “menyasar pihak-pihak yang dinilai terlibat gerakan kelompok kriminal politik“.

Baca juga: 1 Tahun Pilot Susi Air Disandera KKB, Kapolda Papua: Selandia Baru Masih Percaya Indonesia

AKBP Bayu Suseno membuat klaim pihaknya masih akan memeriksa sejumlah saksi “untuk menguatkan status“ dua remaja tadi.

Perlakuan aparat terhadap dua remaja itu disebut merendahkan martabat manusia, oleh Usman Hamid, Direktur Amnesty International, sebuah lembaga advokasi HAM. Usman berkata, kepolisian terikat secara hukum memperlakukan setiap orang secara manusiawi—baik terduga pelaku, apalagi seseorang yang berstatus sebagai saksi.

“Kasus penembakan pesawat Wings Air yang diduga menjadi latar belakang peristiwa di Yahukimo adalah tindakan kriminal, jadi tindakan kepolisian harus sesuai dengan Hukum Acara Pidana yang berlaku,“ kata Usman.

Usman berkata, lembaganya mendapat sejumlah foto penangkapan dua remaja itu yang belum beredar di media sosial ataupun media massa. Dia menyebut dua remaja itu berada dalam kondisi yang memprihatinkan.

“Orang yang berstatus saksi itu mengalami luka-luka yang cukup serius, seperti disiksa, diperlakukan buruk dan merendahkan martabat manusia,” ujarnya.

Baca juga: Tinjau PSU di Manokwari, Kapolda Papua Barat Interaksi dengan Pemilih di TPS

Menurut Usman, tindakan kepolisian itu juga tidak diperbolehkan karena dua saksi itu masih berusia anak—di bawah 18 tahun. “Aparat yang menangkap dua saksi itu terlihat sekali tidak memahami hukum,” tuturnya.

BBC News Indonesia berupaya memberi hak jawab kepada kepolisian untuk merespons pernyataan Usman Hamid—sekaligus mengonfirmasi kronologis penangkapan yang mengakibatkan luka pada dua remaja tersebut.

AKBP Bayu Suseno, dalam pesan teks menjawab, “Ah elu wartawan Jakarte. Silakan tanya tentara aje yang nangkap,” tulisnya.

Kronologi versi warga

Ilustrasi penangkapan. Polisi curi uang tunai kurang lebih Rp 200 juta dan emas seberat 300 gram di sebuah rumah di Kota Sorong, Papua Barat Daya, Sabtu (2/12/2023).
Pelaku, Aipda JN (44), ditangkap di Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (9/12/2023).Shutterstock Ilustrasi penangkapan. Polisi curi uang tunai kurang lebih Rp 200 juta dan emas seberat 300 gram di sebuah rumah di Kota Sorong, Papua Barat Daya, Sabtu (2/12/2023). Pelaku, Aipda JN (44), ditangkap di Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (9/12/2023).
Dua narasumber yang meminta identitasnya disembunyikan demi alasan keamanan menuturkan kepada BBC News Indonesia bahwa dua remaja itu berstatus warga sipil dan bukan bagian dari milisi pro-kemerdekaan.

Dua remaja dari Distrik Musaik itu ditangkap saat tengah berada di Kali Braza.

Narasumber tadi berkata, dua remaja itu baru saja selesai mandi di sungai dan berencana menyeberang kali menuju kebun. Kronologi versi warga ini berbeda dengan tuduhan aparat yang menyebut dua remaja tadi hendak melarikan diri dari sergapan TNI/Polri.

Narasumber BBC News Indonesia berkata, dua remaja tadi hanya membawa noken bermotif bintang kejora dan ponsel.

“Peluru dan senjata api yang disebar fotonya itu bukan milik mereka,” kata narasumber yang sama. “Itu milik anggota TNI,” ujarnya.

Baca juga: Anggota KKB yang Tewas Ditembak di Kali Brasa adalah Anak Buah Yotam Buriangge

"Bisa picu eskalasi konflik dan ketegangan"

Direktur Amnesty International, Usman Hamid, menilai tindakan aparat yang dia sebut sewenang-wenang itu berpotensi memicu eskalasi konflik antara aparat dengan milisi pro-kemerdekaan di Papua.

Lebih dari itu, kata Usman, penangkapan tersebut bisa meningkatkan ketegangan di masyarakat Papua secara luas. “Orang-orang Papua akan melihat bahwa negara hadir di tanah mereka dengan cara yang seperti itu,” tuturnya.

Usman mendorong Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban untuk secara aktif melibatkan diri dalam mengurus dua saksi yang ditangkap oleh aparat di Yahukimo ini. Lembaga ini pernah ikut serta dalam investigasi pembunuhan Pendeta Yeremia Zanambani oleh personel TNI di Intan Jaya pada tahun 2021.

Baca juga: Anggota KKB Pimpinan Egianus Kogoya Ditangkap Saat Ikut Rapat Rekapitulasi Suara Pemilu

“Mereka harus menjemput bola, memberi perlindungan pada dua anak itu. Jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terhadap dua anak itu,” tuturnya.

Siapa anggota TPNPB yang ditembak mati?

Satu laki-laki yang tewas ditembak aparat TNI/Polri adalah Otniel Giban, berumur 20 tahun. Juru Bicara TPNPB, Sebby Sambom, membenarkan klaim kepolisian yang menyebut Otniel adalah milisi pro-kemerdekaan.

Pada hari yang sama, aparat membawa jenazah Otniel ke RSUD Dekai. Pengurus Gereja-Gereja Yahukimo lalu mengambil jenazah Otniel dari rumah sakit dengan seizin Kapolres Yahukimo, AKPB Heru Hidayanto.

Pihak gereja lantas menggelar seremoni penguburan untuk jenazah Otniel, disaksikan keluarga dan kerabat.

Penembakan terhadap Otniel dan penangkapan dua remaja di Yahukimo merupakan rentetan dari penembakan pesawat Wings Air di Bandar Udara Nop Goliat, Distrik Dekai, pada 17 Februari lalu. Sebby Sembom menyebut penembakan itu dilakukan oleh kelompoknya.

Baca juga: Tinjau PSU di Manokwari, Kapolda Papua Barat Interaksi dengan Pemilih di TPS

Dari sejumlah tembakan, hanya satu peluru yang mengenai badan pesawat, kata Kepala Operasi Satgas Cartenz, Kombes Faisal Ramadhani, satu hari setelah kejadian. Dari 36 penumpang, yang menjadi korban luka adalah personel TNI, Pratu Ongen Dori. Dia disebut mengalami luka lecet akibat serpihan kaca yang terkena peluru.

Sebby Sembom berkata, kelompoknya melakukan penembakan sebagai respons terhadap “TNI/Polri yang banyak menduduki wilayah Papua selama Pemilu 2024”.

Sehari sebelum penembakan pesawat di Yahukimo, TPNBP juga menembaki sebuah pesawat perintis di Kabupaten Puncak. Mereka melakukan hal yang sama pada sebuah pesawat di Paniai pada 5 Februari silam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Calon Bupati dan Wakil Jalur Perseorangan di Belitung Timur Harus Setor 9.580 Salinan KTP

Calon Bupati dan Wakil Jalur Perseorangan di Belitung Timur Harus Setor 9.580 Salinan KTP

Regional
Mahasiswa PTS di Sleman Meninggal Usai Sparing Bela Diri, Ini Pengakuan Pelaku

Mahasiswa PTS di Sleman Meninggal Usai Sparing Bela Diri, Ini Pengakuan Pelaku

Regional
Perbaikan Jembatan Sungai Babon Semarang Bakal Berdampak ke Lalu Lintas Pantura Demak

Perbaikan Jembatan Sungai Babon Semarang Bakal Berdampak ke Lalu Lintas Pantura Demak

Regional
BMKG Peringatkan Ancaman Banjir Rob di Sejumlah Daerah di Maluku

BMKG Peringatkan Ancaman Banjir Rob di Sejumlah Daerah di Maluku

Regional
Amankan Pilkada 2024, Pemprov Sumsel Anggarkan Rp 190,1 Miliar untuk TNI dan Polri

Amankan Pilkada 2024, Pemprov Sumsel Anggarkan Rp 190,1 Miliar untuk TNI dan Polri

Regional
Airin Senang Mantan Walkot Tangerang Maju pada Pilkada Banten

Airin Senang Mantan Walkot Tangerang Maju pada Pilkada Banten

Regional
Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Regional
Puluhan Balita di Majene Keracunan, Polisi Periksa Tiga Orang Saksi

Puluhan Balita di Majene Keracunan, Polisi Periksa Tiga Orang Saksi

Regional
Cerita Nenek Hasinah, Guru Ngaji yang Kumpulkan Uang di Bawah Bantal untuk Naik Haji

Cerita Nenek Hasinah, Guru Ngaji yang Kumpulkan Uang di Bawah Bantal untuk Naik Haji

Regional
Polisi Serahkan Anggota KKB Pimpinan Egianus Kogoya ke Jaksa

Polisi Serahkan Anggota KKB Pimpinan Egianus Kogoya ke Jaksa

Regional
Ragu Maju di Pilkada Banten 2024, Wahidin Halim Takut 'Jebakan Batman'

Ragu Maju di Pilkada Banten 2024, Wahidin Halim Takut "Jebakan Batman"

Regional
Uji Coba BRT Trans Banten Mulai Juni, Penumpang Digratiskan 7 Bulan

Uji Coba BRT Trans Banten Mulai Juni, Penumpang Digratiskan 7 Bulan

Regional
Kandang Ternak di Ambarawa Terbakar, 7.000 Anak Ayam Hangus Dilalap Api

Kandang Ternak di Ambarawa Terbakar, 7.000 Anak Ayam Hangus Dilalap Api

Regional
Dua Pengamen Tewas Usai Duel Maut di Prambanan, Polisi Kejar Terduga Pelaku

Dua Pengamen Tewas Usai Duel Maut di Prambanan, Polisi Kejar Terduga Pelaku

Regional
Viral, Istri Cekik Suami di Temanggung, Begini Cerita Warga

Viral, Istri Cekik Suami di Temanggung, Begini Cerita Warga

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com