PADANG, KOMPAS.com - Pengamat politik Universitas Andalas, Sumatera Barat, Andri Rusta menilai, ada sejarah kelam antara Bung Karno dengan masyarakat Sumbar sehingga calon presiden yang diusung PDI-P tidak mendapat perhatian di daerah itu.
Sejak Pilpres di era Reformasi, capres yang diusung PDI-P selalu kalah di Sumbar.
"Seperti ada sejarah kelam antara masyarakat Sumbar dengan Bung Karno sehingga capres yang diusung PDI-P selalu kalah di Sumbar," kata Andri yang dihubungi Kompas.com, Selasa (20/2/2024).
Baca juga: Aceh dan Sumbar Pilih Anies, Pengamat Politik Unand: Mereka Ingin Perubahan
Doktor ilmu politik Unand itu mengatakan, sejarah kelam itu terjadi ketika adanya Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia tahun 1958 di Sumbar.
"Hingga sekarang mungkin masih membekas. Kendati PDI-P dipimpin anak Bung Karno yang memiliki darah Minang, tapi tetap saja belum mendapat tempat," kata Andri.
Sebenarnya, bukan seluruh masyarakat Sumbar yang tidak suka dengan PDI-P, hal itu dibuktikan masih ada sejumlah wilayah yang jadi basis PDI-P.
Baca juga: Vonis Pembakar Bendera PDIP di Malang: 2 Bulan Penjara, Denda Rp 1 Juta
Misalnya Dharmasraya, Mentawai, dan Pesisir Selatan. Bahkan, caleg PDI-P ada yang lolos ke Senayan sebagai anggota DPR RI.
"Tahun 2014 ada 2 kursi DPR RI yang didapat PDI-P di Sumbar. Lalu, 2019 jadi 0. Sekarang 2024 dapat 1 kursi," jelas Andri.
Di Pilkada, calon yang diusung PDI-P bisa menang Pilkada Sumbar 2005. Saat itu, Gamawan Fauzi yang berpasangan dengan Marlis Rahman memenangi Pilkada Sumbar setelah diusung PDI-P dan PBB.
Lalu di Pilkada kabupaten seperti di Dharmasraya, Mentawai, dan Pesisir Selatan, jagoan PDI-P bisa menang.
Sementara pengamat politik Unand lainnya, Aidinil Zetra, menilai faktor ideologis partai juga menjadikan PDI-P kurang mendapat tempat di Sumbar.
"Ideologi PDI-P itu kurang mendapat tempat di Sumbar ya. Ini jadi salah satu penyebab di samping sejarah kelam masyarakat Sumbar," kata Aidinil.
Aidinil mengakui capres yang diusung PDI-P sejak Pilpres langsung 2004, selalu kalah dan tidak mendapat suara signifikan di Sumbar.
Mulai dari Megawati, Jokowi, hingga sekarang Ganjar Pranowo.
"Selalu kalah dan tidak dapat suara signifikan," jelas Aidinil.
Menurut Aidinil, PDI-P sebenarnya bisa jadi besar di Sumbar karena memiliki potensi seperti punya basis massa di daerah tertentu.
"Buktinya caleg PDI-P bisa lolos ke Senayan. Caleg PDIP punya kursi di DPRD Sumbar dan kabupaten serta kota di Sumbar," kata Aidinil.
Menurut Aidinil, PDI-P perlu meningkatkan ketokohan partai dan mengambil simpati masyarakat Sumbar.
"Modalnya sudah ada. Ibu Mega itu punya darah Minang. Tinggal menarik simpati dan meningkatkan ketokohan partai di daerah. Masyarakat Sumbar bisa tertarik ke PDI-P," jelas Aidinil.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.