"Jasa Gus Dur untuk warga Tionghoa begitu besar," jelasnya kepada Kompas.com.
Dia menjelaskan, altar Gus Dur sengaja diletakan di Gedung Rasa Dharma untuk menghormati arwah para leluhur termasuk arwah mendiang Gus Dur.
"Jadi ini diletakkan di sini sebagai wujud penghormatan,” katanya.
Tak hanya meletakkan altar, warga Tionghoa juga mengadakan doa bersama untuk arwah Gus Dur ketika menjelang Hari Imlek dan saat haul Gus Dur.
"Kalau berdoa untuk Gus Dur dan haul itu rutin tahunan," imbuh Andi.
Menurutnya, hanya Gedung Rasa Dharma Pecinan, Kota Semarang, yang ada papan arwah atau altar Gus Dur di Indonesia.
Bentuk altar Gus Dur juga dibuat dengan filosofi dan bentuk altar sesuai dengan anjuran Gus Mus yang merupakan sahabat Gus Dur.
Untuk menghormati Gus Dur dan warga muslim, menu makanan sajian altar yang biasanya daging babi diganti dengan daging kambing.
"Biasanya ada tiga sajian seperti daging ikan, ayam, dan babi. Namun untuk babi diganti dengan daging kambing," ungkapnya.
Selain daging babi, warga Tionghoa di Rasa Dharma juga tidak menyajikan daging sapi. Hal ini mengingat ada kalangan warga yang tidak memakan sapi.
"Inilah contoh keberagaman dan toleransi,"ujarnya.
Dia menambahkan, ketika Imlek warga Tionghoa juga mengadakan acara basuh kaki orangtua yang diadakan di Gedung Rasa Dharma.
"Acara ini tahunan setiap menjelang Imlek sebagai simbol penghormatan kepada orangtua," imbuhnya.
Pemerhati Sejarah Kota Semarang, Johanes Christiono mengatakan, sebelum di Pecinan, dulunya warga Tionghoa banyak yang berada di kawasan Sam Poo Kong.
"Pecinan yang membentuk Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC)," jelasnya kepada kompas.com, Kamis (8/2/2024).
Setelah melakukan perlawanan, warga Tionghoa dipindahkan ke pinggiran Kali Semarang yang saat itu dekat dengan pusat Kota Semarang (Kota Lama saat ini).
"Jadi di situ ada benteng. Sementara orang Cina ini di luar benteng. Tujuannya agar mudah diawasi," kata dia.
Berdasarkan buku "Riwayat Kota Lama Semarang" sekitar abad ke -18, VOC mulai mengharuskan orang-orang Tionghoa di Semarang bermukim di suatu wilayah.
Chinezen Kamp atau Kawasan Pecinan yang saat ini berada di Kecamatan Semarang Barat itu dipilih VOC sebagai permukiman warga Cina.
Pembuatan permukiman Pecinan tersebut dibangun pasca-berakhirnya Perang Semarang pada 1741.
Perang Semarang merupakan konflik bersenjata yang melibatkan VOC di satu pihak melawan orang-orang Tionghoa dan Jawa di pihak lain.