KOMPAS.com - Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sempat viral di media sosial mengenai dirinya menyebut Jokowi dan Gibran tak bisa kerja.
Dia pun memberikan penjelangan mengenani pernyataannya tersebut.
Sementara itu, Rektor Universitas Negeri Sultan Agung (Unissula) Semarang, Gunarto, mengaku mendapat permintaan untuk tidak mengikuti perguruan tinggi lainnya yang mengkritik.
Dia juga diminta tidak membuat pernyataan sikap soal kemunduran demokrasi selama pemerintahan Presiden Jokowi.
Dua berita tersebut menjadi perhatian banyak pembaca Kompas.com. Berikut ini lima berita populer Nusantara yang dirangkum pada Kamis (8/2/2024).
Baca juga: Begini Penjelasan Ahok soal Sebut Jokowi dan Gibran Tak Bisa Kerja
Ahok menyebutkan, pernyataannya yang viral itu tidak ditampilkan secara utuh dan dipotong sehingga tidak bisa dipahami konteksnya oleh publik.
"Jangan dipotong konteksnya apa. Ini kan ada nenek-nenek 82 tahun. Dia bilang sama saya harus pilih Prabowo dan Gibran. Saya bilang sorry, saya pilih Pak Ganjar nih. Kenapa? Saya enggak mungkin cerita Nawacita sama itu nenek. Mana ngerti Nawacita? Saya bilang hati-hati, Pak Jokowi sudah kerja 10 tahun, mesti dilanjutkan. Ini bukan pilih Jokowi, tapi pilih Prabowo,” kata Ahok kepada sejumlah wartawan di Kupang, Rabu (7/2/2024) malam.
Menurut dia, jika Prabowo yang menjadi Presiden maka konsep pembangunan Nawacita yang sudah dirintis oleh Presiden Jokowi belum tentu dilanjutkan.
"Emang Gibran bisa kerja? Tahu enggak maksudnya apa? Lu Wakil Presiden mana bisa nerusin Nawacita si? Yang berkuasa kan Pak Prabowo. Kemudian, saya bilang apa Pak Jokowi bisa kerja? Maksudnya apa? Kalau Pak Jokowi sudah enggak jadi Presiden, emang dia bisa jalanin kerjaan Nawacita? Itu konteksnya. Jadi dipotong,” kata Ahok.
Baca juga: Rektor Unissula Semarang Diminta Tim Operasi agar Tak Kritik Jokowi
Rektor Unissula Semarang, Gunarto mengungkap diirnya didatangi mantan rektor di perguruan tinggi di Jawa Tengah diminta untuk tidak ikut membuat seruan atau petisi seperti kampus lainnya.
Dia menyebutkan, "tim operasi perguruan tinggi" meminta membendung kritik terhadap Jokowi menjelang hari pencoblosan 14 Februari. Namun, Gunarto menolak permintaan itu.
"Hari ini saya didatangi oleh tim operasi perguruan tinggi, diminta untuk tidak membuat petisi (kritik) nepotisme Pak Lurah di Pilpres 2024. Tapi, saya tidak mau," kata Gunarto melalui WhatsApp, Rabu (7/2/2024).
Pihaknya tidak bersedia mengungkap identitas orang tersebut lantaran sosok dari tim operasi itu merupakan kawan lamanya.
"Bukan (aparat), tapi bagian tim," ujar dia.
Unissula pada Kamis (8/2/2024) akan menghimpun kekuatan untuk menggelar seruan atau petisi sebagai kritik terhadap kemunduran demokrasi yang memburuk belakangan ini.