Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sosialisasi Pemilu ke Makreuh, Desa Tertua dan Bersejarah di Bengkalis

Kompas.com - 02/02/2024, 15:26 WIB
Idon Tanjung,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

PEKANBARU, KOMPAS.com - Desa Makreuh adalah salah satu desa tertua di Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis, Riau.

Desa di pulau terluar ini, memilih ciri khas, dengan peninggalan sejarah, dan juga lokasi wisatanya.

Pada Jumat (2/2/2024), anggota Polsek Rupat mengunjungi desa tertua ini untuk sosialisasi pemilu kepada masyarakat. Rombongan polisi dipimpin Kepala Polsek Rupat, AKP Siswoyo.

Untuk menjangkau Desa Makreuh, petugas menempuh perjalanan darat selama lebih kurang satu jam, dengan melewati jalan setapak. Sebab, akses ke lokasi masih jauh dari kata layak.

Baca juga: Sosialisasi Pemilu di Bengkalis, Polisi 1 Jam Dayung Sampan

"Hari ini, kami mengunjungi Desa Makreuh untuk sosialisasi dan edukasi Pemilu 2024."

"Menjelang pemilu yang akan berlangsung sebentar lagi, kami datang mengajak masyarakat untuk menjaga situasi keamanan dan ketertiban," kata Siswoyo.

Setibanya di Desa Makreuh, Siswoyo dan anggotanya bertemu dengan para tokoh dan masyarakat setempat.

Di samping sosialisasi pemilu, petugas juga sempat mengunjungi tempat bersejarah.

Siswoyo menceritakan, Desa Makreuh sudah ada sejak tahun 1939. "Kalau itu para pedagang beragama Islam banyak berniaga melewati Selat Malaka dan singgah serta menyebarkan ajaran agama Islam di Desa Makreuh," sebut Siswoyo.

Dia menyebut, salah satu tokoh Muslim yang membawa ajaran Islam masuk ke Rupat, yaitu Tengku Said Muhammad Alydrus.

Tengku Said Muhammad Alydrus telah ditetapkan sebagai tokoh dan pejuang Riau pada tahun 2021 lalu.

"Salah satu peninggalan Tengku Said Muhammad Alydrus adalah rumah panggung yang terbuat dari kayu tempat tinggal dia dan keluarganya dulu."

"Sekarang rumah panggung itu menjadi situs cagar budaya," kata Siswoyo.

Selain itu, Tengku Said Muhammad Alydrus juga meninggalkan sebuah masjid yang dibangun menggunakan kayu.

Seiring perkembangan zaman, masjid tersebut telah dibangun menjadi permanen.

"Tapi ada yang unik di depan masjid ini, yaitu sebuah sumur tua. Dari cerita warga, air sumur ini tidak pernah habis atau kering meskipun musim kemarau panjang."

Baca juga: Di Desa Bersejarah Ini, Ambulans Pun untuk Mengangkut Air Bersih

"Tadi saya ke sana melihat sumur tua itu. Kedalaman sumur lebih kurang 1,5 meter," ujar Siswoyo.

Dia menyebut, air sumur tersebut rasanya tawar. Padahal, jaraknya dari pinggir laut hanya sekitar 30 meter.

"Sumurnya dekat dari laut, tapi airnya tidak asin. Tawar rasanya dan kualitas air bagus. Air sumur itu pada masanya dimanfaatkan oleh warga untuk minum dan sebagainya," sebut Siswoyo.

Selain tempat bersejarah, tambah dia, Desa Makreuh juga memiliki pantai tempat wisata yang indah.

"Di sini juga ada destinasi wisata pantai yang menghadap langsung ke laut Selat Malaka," kata Siswoyo.

Sementara itu, salah seorang tokoh masyarakat Desa Makreuh, Bukhari mengatakan, desa tempat tinggalnya masih jauh dari kemajuan di segi pembangunan jalan.

"Seperti jalan menuju pantai wisata lebarnya hanya dua meter. Ketika air laut pasang, jalan ke pantai tenggelam," akui Bukhari.

Ia berharap, kepada Pemerintah agar bisa memberikan perhatian yang serius untuk Desa Makreuh.

"Desa kami ini kan salah satu desa tertua dan bersejarah. Ada tempat wisata juga."

"Jadi, harapan kami kepada Pemerintah agar memberikan perhatian. Salah satunya membuka jalan utama menuju Desa Makreuh," kata Bukhari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

'Long Weekend', Daop 5 Purwokerto Tambah Tempat Duduk KA Tujuan Jakarta dan Jember

"Long Weekend", Daop 5 Purwokerto Tambah Tempat Duduk KA Tujuan Jakarta dan Jember

Regional
Rem Blong, Truk Trailer Tabrak Motor di Magelang, 1 Orang Tewas

Rem Blong, Truk Trailer Tabrak Motor di Magelang, 1 Orang Tewas

Regional
Pengakuan Kurir Sabu yang Ditangkap di Magelang: Ingin Berhenti, tapi Berutang dengan Bandar

Pengakuan Kurir Sabu yang Ditangkap di Magelang: Ingin Berhenti, tapi Berutang dengan Bandar

Regional
Jadi Tersangka Kasus Korupsi Dana Internet Desa, Mantan Wabup Flores Timur Ajukan Praperadilan

Jadi Tersangka Kasus Korupsi Dana Internet Desa, Mantan Wabup Flores Timur Ajukan Praperadilan

Regional
Pengakuan Pelaku Penyelundupan Motor Bodong ke Vietnam, Per Unit Dapat Untung Rp 5 Juta

Pengakuan Pelaku Penyelundupan Motor Bodong ke Vietnam, Per Unit Dapat Untung Rp 5 Juta

Regional
Puluhan Anak Usia Sekolah di Nunukan Memohon Dispensasi Nikah akibat Hamil di Luar Nikah

Puluhan Anak Usia Sekolah di Nunukan Memohon Dispensasi Nikah akibat Hamil di Luar Nikah

Regional
Jurnalis NTB Aksi Jalan Mundur Tolak RUU Penyiaran

Jurnalis NTB Aksi Jalan Mundur Tolak RUU Penyiaran

Regional
Buntut Video Viral Perundungan Siswi SMP di Tegal, Orangtua Korban Lapor Polisi

Buntut Video Viral Perundungan Siswi SMP di Tegal, Orangtua Korban Lapor Polisi

Regional
Video Viral Pj Bupati Kupang Marahi 2 ASN karena Swafoto Saat Upacara Bendera

Video Viral Pj Bupati Kupang Marahi 2 ASN karena Swafoto Saat Upacara Bendera

Regional
Terbukti Berzina, Mantan Suami dan Ibu Norma Risma Divonis 9 dan 8 Bulan Penjara

Terbukti Berzina, Mantan Suami dan Ibu Norma Risma Divonis 9 dan 8 Bulan Penjara

Regional
DBD Merebak, 34 Warga Sumsel Meninggal Dunia

DBD Merebak, 34 Warga Sumsel Meninggal Dunia

Regional
Pekan Sawit 2024 di ATI Padang, Menperin Fokuskan Kebijakan Hilirisasi

Pekan Sawit 2024 di ATI Padang, Menperin Fokuskan Kebijakan Hilirisasi

Regional
Jaringan Pengiriman Motor Bodong ke Vietnam Dibongkar, Pelakunya Warga Demak

Jaringan Pengiriman Motor Bodong ke Vietnam Dibongkar, Pelakunya Warga Demak

Regional
Pemkab Aceh Barat Bangun 600 Jamban untuk Warga Miskin

Pemkab Aceh Barat Bangun 600 Jamban untuk Warga Miskin

Regional
8 Orang Meninggal akibat DBD di Solo, Mengapa Kasusnya Masih Tinggi?

8 Orang Meninggal akibat DBD di Solo, Mengapa Kasusnya Masih Tinggi?

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com