Upaya perintisan mendirikan museum di wilayah ini mulai dilakukan, antara lain dengan membentuk Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan.
Baca juga: Museum Pusaka Nias di Sumut: Sejarah, Koleksi, dan Pendiri
Badan tersebut untuk membina museum yang telah mulai melakukan pengadaan dan mengumpulkan benda-benda peninggalan sejarah dan budaya.
Pembangunan gedung dilakukan sekitar tahun 1979/1980 dengan membangun gedung perkantoran.
Selanjutnya, Pembangunan gedung untuk memenuhi ruang pameran tetap maupun auditorium.
Museum Negeri Provinsi Riau ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kabudayaan Nomor 001/0/1991 tanggal 9 Januari 1991.
Berdasarkan Peraturan Provinsi Riau Nomor 17 Tahun 2001 Museum Negeri Provinsi Riau berganti nama menjadi Museum Daerah di bawah pengelolaan Dinas Kebudayaan, Kesenian, dan Pariwisata Provinsi Riau.
Nama museum berganti lagi menjadi Museum Sang Nila Utama di bawah pengelolaan Dinas Kebudayaan Provinsi Riau pada tahun 2007.
Pemilihan Sang Nila Utama sebagai nama museum melalui diskusi panjang
Dalam Sulalatus Salatin, karya dalam bahasa Melayu, Sang Nila Utama disebutkan sebagai putra dari pasangan Sang Sapurba dengan Wan Sundaria (anak Demang Lebar Daun, penguasa Pelembang).
Sang Nila Utama menikah dengan Wan Sri Beni.
Sang Nila Utama menjadi raja di Bintan (saat ini wilayah Kepri) sebelum pindah ke Singapura.
Banyak yang menyakini, Sang Nila Utama adalah orang yang mendirikan Singapura yang dahulu bernama Tumasik (Temasek).
Museum Sang Nila Utama memiliki beberapa jam buka.
Mada hari Selasa hingga Jumat, museum buka pukul 08.00-15.00 WIB. Pada hari Sabtu dan Minggu buka pada pukul 08.00-13.00 WIB, sedangkan Senin museum tutup.
Sumber:
museum.kemdikbud.go.id, kebudayaan.kemdikbud.go.id, dan www.tribunnewswiki.com
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.