Sehingga saat itu penulisan angka 4 khusus pada jam ditulis dengan IIII, yang kemudian diperkirakan juga digunakan pada Jam Gadang.
Berdasarkan situs lain yang berjudul FAQ: Roman IIII vs. IV on Clock Dials, seorang yang bernama W.I.Milham mengatakan bahwa penjelasan seperti di atas tidak sepenuhnya benar.
Justru menurutnya, penulisan IIII untuk angka 4 telah ada jauh sebelum King Louis XIV.
Penomoran Romawi memang bervariasi, di mana pada masa-masa awal penggunaannya angka 4 memang ditulis IIII (dengan empat huruf I).
Sementara penulisan angka 4 dalam penulisan romawi menjadi IV disebut baru terjadi di masa modern.
Penjelasan lain yang cukup menarik menyebut bahwa angka IV adalah singkatan dari dewa Romawi, Jupiter.
Sehingga apabila angka IV diletakkan di dalam jam, maka bangsa Romawi akan membaca jam itu dengan 1, 2, 3, DEWA, 5, dan seterusnya.
Berdasarkan penjelasan tersebut, kemungkinan bangsa Romawi tak ingin nama dewa mereka ditaruh sebagai bagian urutan angka pada jam.
Namun jika dilihat kembali dari kisah King Louis XIV, maka mungkin sang raja tidak ingin ada nama dewa di permukaan jam yang dimilikinya.
Sementara pendapat lain mengatakan bahwa penulisan angka 4 yang tidak sesuai dengan kaidah penulisan angka Romawi itu berasal dari rasa takut pihak Belanda.
Penulisan angka IV konon memiliki makna “I Victory”, yang berarti kemenangan.
Belanda khawatir penggunaan angka IV bisa menumbuhkan semangat perlawanan rakyat Bukittinggi untuk mengalahkan mereka.
Oleh karena itu, pihak Belanda memutuskan agar angka 4 ditulis pada Jam Gadang dengan IIII dan bukan IV.
Meski demikian, penjelasan-penjelasan terkait hal tersebut masih belum bisa dibuktikan kebenarannya.
Sehingga sampai saat ini alasan penulisan IIII pada angka 4 Jam Gadang masih menjadi teka-teki.
Sumber:
indonesia.travel
pekanbaru.tribunnews.com
kompas.com(Faqihah Muharroroh Itsnaini, Nabilla Tashandra, William Ciputra)