Salah satu Pengurus Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Jawa Tengah, dr Prihatin Iman Nugroho SpP MKes, mengatakan, vape memiliki kandungan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh.
Di antaranya seperti propilen glikol, nikotin, karsinogen, acrolein, diacetyl, logam berat, formaldehida, asetaldehida dan lainnya.
Nugroho mengatakan, sejumlah komponen itulah yang dapat memberi dampak negatif jangka panjang kepada pengguna vape.
Baca juga: Miras Oplosan Renggut 4 Nyawa di Semarang, Korban Rasakan Badan Panas dan Lemas
"Salah satu penelitian yang dilakukan teman sejawat dokter di Jakarta, dari jumlah sampel sekitar 50-an, ternyata sebagian besar yang terpapar vape, mereka ditemukan adanya masalah kanker paru-paru dalam jangka panjang. Selain itu juga ditemukan masalah kanker pada kandung kemihnya," ucap Nugroho.
Tidak hanya itu, Nugroho mengatakan, pengguna vape juga rentan terkena penyakut popcorn lung atau peradangan pada paru-paru, hingga Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK).
Padahal, seorang yang menderita PPOK biasanya diakibatkan oleh asap pembakaran sampah plastik, asap rokok, pembakaran kayu maupun bahan-bahan logam.
"Nah, orang-orang yang terpapar vape ini biasanya berjangka waktu 5 tahun ke atas, dan akan terjadi ketika dia sudah berusia lanjut. Misal ketika dia melakukan aktivitas merokok di usia 20-an, mungkin akan muncul pas usia 30 tahun ke atas," tutur dia.
Nugroho mengaku, bahwa kini vape telah dijadikan sebuah kecenderungan gaya hidup oleh sebagian kelompok. Bahkan, pengguna vape telah merambah kepada remaja dan perempuan.
Di samping itu, Nugroho mengatakan, tidak sedikit orang yang menganggap bahwa vape memberikan dampak yang lebih ringan dibanding rokok konvensional. Faktanya, keduanya memiliki dampak yang berbahaya.
"Di sebuah jurnal juga disampaikan bahwa meski vape tidak ada tar dibanding tokok konvensional, tapi dampaknya sama-sama berbahaya dibanding rokok konvensional," ucap Nugroho.
Kendati demikian, Nugroho mengimbau kepada generasi muda untuk tidak coba-coba merokok ataupun menggunakan vape.
Alasannya, supaya terhindar dari risiko yang berdampak buruk bagi kesehatan tubuh.
"Salah satu dorongan yang menyebabkan seseorang itu merokok dan sulit menghentikannya dipengaruhi faktor lingkungan. Gimana agar tidak terpapar, ya kembali lagi komitmen untuk tidak masuk ke area itu dan tentu saja menjaga pola hidup sehat," pungkas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.