Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG Sebut Kabut Tebal di Bima Bukan Dampak Erupsi Gunung Lewotobi laki-laki

Kompas.com - 05/01/2024, 12:34 WIB
Junaidin,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

BIMA, KOMPAS.com - Fenomena kabut tebal yang menyelimuti wilayah Bima dan Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB), bukanlah dampak dari erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bima, Syaiful Annas dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Jumat (5/1/2024).

Menurutnya, kabut tebal yang mengganggu aktivitas penerbangan di Bandara Sultan Muhammad Salahuddin Bima merupakan dampak dari penebalan lapisan inversi. Dalam hal ini suhu lapisan atas lebih tinggi daripada lapisan bawah.

Baca juga: Kabut Tebal, Penerbangan di Bandara Bima Terganggu

Kondisi tersebut membuat partikel-partikel kecil melayang di udara sehingga mengganggu jarak padang dan membahayakan aktivitas penerbangan.

"Hal ini dapat mengganggu aktivitas masyarakat, dalam penerbangan maupun pelayaran," terang Syaiful Annas.

Sebaran abu vulkanik dari aktivitas erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di NTT, lanjut dia, memang mengarah ke wilayah Bima dan Dompu.

Namun, dari hasil Sigmet (Significant Meteorological) yang dilakukan pada Jumat (5/1/2024) pukul 7.54 Wita, menunjukkan bahwa abu vulkanik mengarah ke Barat Daya, tetapi tidak sampai wilayah Bima dan Dompu.

"Hasil Paper Test yang dilakukan Stamet Bima juga menunjukkan hasil negatif, bahwa sebaran abu vulkanik tidak mencapai wilayah Bima dan Dompu," jelasnya.

Syaiful Annas menghimbau masyarakat untuk tetap tenang menyikapi isu sebaran abu vulkanik yang berkembang di Bima dan Dompu.

Selain itu, dia meminta masyarakat waspada terhadap bencana alam seperti banjir, tanah longsor dan angin puting beliung di musim hujan tahu ini.

"Masyarakat agar tetap tenang terkait adanya isu yang beredar saat ini, dan dapat meningkatkan kesiapsiagaan terjadinya bencana alam, khusunya di Kota Bima," kata Syaiful Annas.

Diberitakan sebelumnya, aktivitas penerbangan di Bandara Sultan Muhammad Salahuddin Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), terganggu sejak Kamis (4/1/2024) sore sampai Jumat (5/1/2024) pagi.

Hal itu menyusul sebagian besar wilayah Bima dan Dompu diselimuti kabut tebal yang menyebabkan jarak pandang terbatas atau kurang dari 5 kilometer.

Baca juga: Puncak Bogor Hujan Deras, Wisatawan Diminta Waspadai Kabut Tebal dan Jalan Licin

"Sampai saat ini belum ada pergerakan penerbangan, baik yang berangkat maupun yang datang. Maskapai masih menunggu kondisi cuaca membaik," kata Kepala Unit Penyelenggara Bandara Bima, Fitra Jaya saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Jumat.

Fitra mengungkapkan, aktivitas penerbangan terganggu sejak Kamis (4/1/2024) sore kemarin. Sejumlah maskapai dari Lombok dan Denpasar membatalkan penerbangan ke Bima karena faktor cuaca.

"Pagi ini kita tunggu kedatangan pesawat dari Lombok dan Denpasar. Dia datang dulu baru berangkat lagi," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

KPU Karawang Polisikan Pembuat SK Palsu Caleg Terpilih

KPU Karawang Polisikan Pembuat SK Palsu Caleg Terpilih

Regional
Diduga Lecehkan Santri, Ponpes di Sekotong Lombok Dirusak Warga

Diduga Lecehkan Santri, Ponpes di Sekotong Lombok Dirusak Warga

Regional
Didorong Maju Pilkada, Rumah Petani di Brebes Digeruduk Ribuan Warga

Didorong Maju Pilkada, Rumah Petani di Brebes Digeruduk Ribuan Warga

Regional
Kaget Ada Motor yang Melintas, Truk di Semarang Tabrak Jembatan Penyeberangan Orang

Kaget Ada Motor yang Melintas, Truk di Semarang Tabrak Jembatan Penyeberangan Orang

Regional
Tawuran Pelajar SMK di Jalan Raya Bogor, Satu Tewas akibat Luka Tusukan

Tawuran Pelajar SMK di Jalan Raya Bogor, Satu Tewas akibat Luka Tusukan

Regional
Kunjungi Banyuwangi, Menhub Siap Dukung Pembangunan Sky Bridge

Kunjungi Banyuwangi, Menhub Siap Dukung Pembangunan Sky Bridge

Regional
Berlayar Ilegal ke Australia, 6 Warga China Ditangkap di NTT

Berlayar Ilegal ke Australia, 6 Warga China Ditangkap di NTT

Regional
Video Viral Diduga Preman Acak-acak Salon di Serang Banten, Pelaku Marah Tak Diberi Uang

Video Viral Diduga Preman Acak-acak Salon di Serang Banten, Pelaku Marah Tak Diberi Uang

Regional
Tawuran 2 Kampung di Magelang, Pelaku Kabur, Polisi Amankan 5 Motor

Tawuran 2 Kampung di Magelang, Pelaku Kabur, Polisi Amankan 5 Motor

Regional
Dua Dekade Diterjang Banjir Rob, Demak Rugi Rp 30 Triliun

Dua Dekade Diterjang Banjir Rob, Demak Rugi Rp 30 Triliun

Regional
Rektor Universitas Riau Cabut Laporan Polisi Mahasiwa yang Kritik UKT

Rektor Universitas Riau Cabut Laporan Polisi Mahasiwa yang Kritik UKT

Regional
Pembuang Bayi di Semarang Tinggalkan Surat di Ember Laundry, Diduga Kenali Saksi

Pembuang Bayi di Semarang Tinggalkan Surat di Ember Laundry, Diduga Kenali Saksi

Regional
Pencuri Kain Tenun Adat di NTT Ditembak Polisi Usai 3 Bulan Buron

Pencuri Kain Tenun Adat di NTT Ditembak Polisi Usai 3 Bulan Buron

Regional
Duel Maut 2 Residivis di Temanggung, Korban Tewas Kena Tusuk

Duel Maut 2 Residivis di Temanggung, Korban Tewas Kena Tusuk

Regional
Tungku Peleburan di Pabrik Logam Lampung Meledak, 3 Pekerja Alami Luka Bakar Serius

Tungku Peleburan di Pabrik Logam Lampung Meledak, 3 Pekerja Alami Luka Bakar Serius

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com