Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jaringan Relawan Menjamur Jelang Pemilu, Undip: Kental dengan Kekuatan Modal Besar

Kompas.com - 02/01/2024, 11:30 WIB
Titis Anis Fauziyah,
Reni Susanti

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Sejumlah kelompok relawan menjamur mendeklarasikan dukungan untuk pasangan calon (paslon) presiden-wakil presiden tertentu dalam kontestasi Pemilu 2024.

Pengamat Politik Universitas Diponegoro (Undip) Wahid Abdulrahman menyebut, semakin banyak kelompok relawan yang sengaja dibentuk dengan sokongan modal besar dari kubu tertentu.

"Semakin banyak relawan yang sangat kental dengan aroma kekuatan modal besar, ini yang membuat nilai kerelawanannya menjadi hilang," tutur Wahid melalui sambungan telepon, Selasa (2/1/2024).

Baca juga: Pemilu 2024, KPU Batam Mulai Lakukan Pelipatan Kotak dan Bilik Suara

Menurut Wahid, masifnya pembentukan kelompok relawan disebabkan paslon tertentu membutuhkan dorongan mesin politik di luar partai politik. Langkah ini dinilai efektif mengingat kelompok relawan relatif diterima publik dibanding parpol.

Dosen FISIP Undip itu mengungkapkan kelompok tersebut mulai ramai sejak tiga pemilu presiden terakhir dalam beberapa model relawan.

"Satu, lahir dari sebuah voluntary, memang betul-betul relawan, karena misalnya ada ikatan ideologi, atau pada sentimen tertentu, ikatan kedaerahan, itu biasanya betul-betul relawan, tanpa ada tendensi untuk medapat feedback," jelasnya.

Baca juga: Kapolres Timor Tengah Utara NTT Bantah Tudingan Penyelewengan Dana Pengamanan Pemilu

Pihaknya mencontohkan relawan jaringan santri yang banyak muncul pada 2019 karena persoalan ideologis mendukung sosok kiainya, yakni Ma'rif Amin yang maju sebagai cawapres Jokowi.

"Sehingga mereka tidak dibayar bahkan mengeluarkan uang, itu misalnya Kiai Ma'ruf Amin menjadi cawapres dan merasa terpanggil oleh gurunya," lanjut Wahid.

Selanjutnya model relawan yang memang dibiayai dan sengaja dibentuk untuk menarik perhatian kalangan pemilih yang tidak terjamah parpol.

"Modelnya, mekanisme pembentukannya, deklarasinya, sehingga terkesan itu relawan dan menimbulkan atensi publik yang meningkatkan elektabilitas. Saya lihat dua model ini marak, tapi trennya bagus menarik," ucap dia.

Wahid menilai pembentukan jaringan relawan diharapkan dapat menarik sebanyak mungkin pemilih yang tidak terjamah parpol.

"Karena salah satunya, ikatan pemilih dengan partai di Indonesia lumayan longgar, hanya sedikit yang punya ikatan, menjadi simpatisan, apalagi menjadi anggota parpol, maka kemudian butuh relawan," ujarnya.

Hanya saja yang menjadi persoalan, pembentukan jaringan relawan tidak mudah dan murah. Sehingga pembiayaan politik di luar parpol pada Pemilu ini terasa penting.

"Apalagi kalo sekarang ada organ relawan yang kemudian dapat jabatan di BUMN, menjadi menteri, dan sebagainya," imbuhnya.

Dari aspek pembiayaan, Wahid menilai untuk parpol terbilang jelas sumbernya. Lain halnya dengan relawan yang danannya entah dari mana.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com