UNGARAN, KOMPAS.com - Kabupaten Semarang terancam kekurangan petani. Sebab, jumlah petani terus mengalami penurunan dan saat ini didominasi petani yang sudah berusia tua.
Kepala Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan Kabupaten Semarang, Moh. Edy Sukarno mengatakan, populasi petani saat ini didominasi yang berusia 45 tahun ke atas.
"Jumlahnya mencapai 77 persen dari total petani, sementara yang generasi milenial sekitar 13 persen, ini tergolong rendah," jelasnya, Jumat (15/11/2023).
Baca juga: Mampir di Gunungkidul, SBY Sempat Sapa Petani dan Nostalgia Mampir Rumah Makan Sego Tiwul
Menurut Edy, ada beragam faktor rendahnya niat milenial menjadi petani.
"Di antaranya, para orangtua yang bekerja sebagai petani, berpesan kepada anaknya agar tidak jadi petani, karena merasa hidupnya rekoso (susah), saat di sawah banyak hama dan persoalan pupuk yang terus menerus," terangnya.
Meski saat ini keberlangsungan petani terancam, kata Edy, ada sejumlah upaya untuk melakukan regenerasi.
Salah satunya dengan melakukan sosialisasi di tingkatan sekolah mulai SD hingga SLTA dan menggandeng PKK untuk memyampaikan mengenai wawasan pertanian.
"Ibu-ibu dan keluarga merupakan kunci utama pengetahuan, kita sampaikan soal Indonesia adalah negara agraris yang kaya, ini potensi pertanian," jelasnya.
Baca juga: Harga Cabai TInggi, Pemerintah DIY Minta Petani Bertanam dengan Teknologi
Mengenai alih fungsi lahan, dia menyampaikan pada 2022, ada sekira 1.000 hektare lahan yang berubah. Penyebabnya, antara lain pembangunan tol dan perumahan.
"Kalau lahan pertanian, saat ini mencapai 23.000 hektare. Ini kita berupaya meningkatkan kesejahteraan petani agar tak ada lagi alih fungsi lahan," kata Edy.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.