Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hasil Survei Litbang "Kompas", Pakar Komunikasi: Jadi Acuan Strategi Timses

Kompas.com - 12/12/2023, 13:49 WIB
Serafinus Sandi Hayon Jehadu,
Farid Assifa

Tim Redaksi

SIKKA, KOMPAS.com - Pakar Komunikasi Universitas Nusa Nipa Indonesia, Jonas KGD Gobang menanggapi hasil survei Litbang Kompas Desember 2023 terkait elektabilitas calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) pada Pemilu 2024

Adapun berdasarkan survei yang dilakukan pada 29 November-4 Desember 2023 itu, Prabowo-Gibran memperoleh elektabilitas 39,3 persen.

Sementara elektabilitas capres-cawapres nomor urut 1 Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar berada di angka 16,7 persen.

Baca juga: Pendukung Prabowo-Gibran di Banten Diminta Tak Terlena meski Unggul Hasil Survei

Kemudian, tingkat elektoral capres-cawapres nomor urut 3 Ganjar Pranowo dan Mahfud MD tercatat 15,3 persen.

"Hasil ini tentu saja menjadi acuan strategi dari tim pemenangan masing-masing paslon," kata Gobang saat dihubungi, Selasa (12/12/2023).

Menurut Gobang, ada banyak faktor yang membuat adanya perbedaan elektabilitas yang signifikan dari setiap paslon, baik dari sebuah lembaga survei maupun antara lembaga survei.

Perbedaan itu bisa tajam atau tipis, tergantung dari periode waktu survei, metode yang dipakai dan juga penentuan sampel.

Setiap lembaga punya cara tersendiri dalam menyusun pertanyaan survei elektabilitas capres.

"Elektabilitas yang diukur melalui survei tentu bukanlah sebuah harga mati," katanya.

Menurutnya, paslon seperti Anis-Amin atau Ganjar-Mahfud boleh menjadikan ukuran elektabilitas yang rendah dibanding paslon nomor urut 1 untuk mengonstruksi strategi yang lebih tepat.

Yang paling penting, kata Gobang, dalam kontestasi politik merebut kekuasaan melalui jalan Pemilu perlu kelenturan dalam memainkan strategi dan upaya-upaya memenangkan.

Dari aspek komunikasi politik, kata Gobang, tim pemenangan Ganjar-Mahfud, Anis-Amin dan Prabowo-Gibran harus mampu memproduksi pesan-pesan politik yang dapat diterima, dicerna, sehingga rakyat bisa memutuskan kepada siapa ia memilih.

Dikatakan, setiap segmen pemilih perlu diketahui karakter dan kecenderungannya untuk memilih jika hal tersebut ditawarkan kepada mereka.

"Tentu hal ini hanya bisa berjalan dalam proses demokrasi yang bebas, jujur dan bersih," ucapnya.

Menurutnya, tim pemenangan harus memiliki data konkret pemilih dengan karakternya masing-masing.

Baca juga: Prabowo-Gibran Unggul Menurut Survei Litbang Kompas, Emil Dardak: Motivasi buat Mas Gibran

Apalagi jumlah pemilih muda atau kelompok milenial saat ini lebih banyak dari pemilih tradisional yang dari sisi usia lebih sedikit jumlahnya.

Kendati begitu, tambah Gobang, pemilih di Indonesia kebanyakan memiliki short term memory (memori pendek) sehingga mereka lebih instan dalam menentukan pilihan tetapi bisa sangat dinamis atau berubah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemkab Bangka Tengah Larang Acara Perpisahan di Luar Sekolah

Pemkab Bangka Tengah Larang Acara Perpisahan di Luar Sekolah

Regional
Kenangan Muslim di Sungai Bukik Batabuah yang Kini Porak Poranda

Kenangan Muslim di Sungai Bukik Batabuah yang Kini Porak Poranda

Regional
2 Tahun Buron, Tersangka Perusak Hutan Mangrove Belitung Timur Ditangkap di Palembang

2 Tahun Buron, Tersangka Perusak Hutan Mangrove Belitung Timur Ditangkap di Palembang

Regional
Kasus Korupsi Impor Gula PT SMIP, Mantan Kepala Bea Cukai Riau Jadi Tersangka

Kasus Korupsi Impor Gula PT SMIP, Mantan Kepala Bea Cukai Riau Jadi Tersangka

Regional
Soal Mahasiswa KIP Kuliah Salah Sasaran, Rektor Baru Undip Masih Buka Aduan

Soal Mahasiswa KIP Kuliah Salah Sasaran, Rektor Baru Undip Masih Buka Aduan

Regional
Gubernur Jambi Tuntut Ganti Rugi dari Pemilik Tongkang Batu Bara Penabrak Jembatan

Gubernur Jambi Tuntut Ganti Rugi dari Pemilik Tongkang Batu Bara Penabrak Jembatan

Regional
Dugaan Korupsi Bantuan Korban Konflik, Kantor Badan Reintegrasi Aceh Digeledah

Dugaan Korupsi Bantuan Korban Konflik, Kantor Badan Reintegrasi Aceh Digeledah

Regional
Kepala Dinas Pendidikan Riau Ditahan, Korupsi Perjalanan Dinas Rp 2,3 Miliar

Kepala Dinas Pendidikan Riau Ditahan, Korupsi Perjalanan Dinas Rp 2,3 Miliar

Regional
Keluh Kesah Pedagang Pasar Mardika Baru Ambon: Sepi, Tak Ada yang Datang

Keluh Kesah Pedagang Pasar Mardika Baru Ambon: Sepi, Tak Ada yang Datang

Regional
Pilkada Kota Magelang, Syarat Parpol Usung Calon Minimal Ada 5 Kursi DPRD

Pilkada Kota Magelang, Syarat Parpol Usung Calon Minimal Ada 5 Kursi DPRD

Regional
Update Banjir Bandang Sumbar: 59 Orang Meninggal, 16 Hilang

Update Banjir Bandang Sumbar: 59 Orang Meninggal, 16 Hilang

Regional
Kejagung Dalami Perjanjian Pisah Harta Harvey Moeis dan Sandra Dewi

Kejagung Dalami Perjanjian Pisah Harta Harvey Moeis dan Sandra Dewi

Regional
Sudah Punya Suami, Ibu di Blora Buang Bayi Hasil Hubungan Gelap dengan Pria Lain

Sudah Punya Suami, Ibu di Blora Buang Bayi Hasil Hubungan Gelap dengan Pria Lain

Regional
Sekolah di Sumbar Dilarang 'Study Tour' Usai Banjir Bandang Menerjang

Sekolah di Sumbar Dilarang "Study Tour" Usai Banjir Bandang Menerjang

Regional
Potongan Tubuh Manusia yang Ditemukan di Parit Pontianak Diotopsi

Potongan Tubuh Manusia yang Ditemukan di Parit Pontianak Diotopsi

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com