KOMPAS.com - Aturan baru diterapkaan bagi wisatawan saat menaiki struktur Candi Borobudur, salah satunya adalah mengenakan sandal Upanat.
Sebelum menaiki bangunan Candi Borobudur, wisatawan akan diberi waktu atau mengganti alas kaki dengan Sandal Upanat dengan ukuran yang telah dipilih ketika membeli tiket.
Baca juga: Melihat Produksi Upanat, Sandal Khusus untuk Naik ke Candi Borobudur
Sandal Upanat ini merupakan fasilitas yang sengaja disediakan bagi wisatawan dengan tujuan khusus, yaitu untuk menjaga kelestarian bangunan Candi Borobudur yang sejak tahun 1991 berstatus warisan dunia UNESCO.
Selain itu, Sandal Upanat ini juga menjadi souvenir yang nantinya bisa dibawa pulang oleh wisatawan.
Baca juga: Naik Candi Borobudur Bakal Wajib Pakai Upanat, Apa Itu?
Pembuatan Sandal Upanat dilakukan langsung oleh para pengrajin yang ada di sekitar kawasan Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Dilansir dari laman Kemendikbud, Balai Konservasi Borobudur sebagai unit pelaksana teknis (UPT) di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah melakukan kajian khusus dan uji coba terhadap penggunaan sandal Upanat di Candi Borobudur.
Bahkan pemilihan nama Upanat yang digunakan pada alas kaki khusus ini juga memiliki alasan tersendiri.
Baca juga: Sandal Upanat untuk Naik ke Candi Borobudur Dipakai Delegasi ATF 2023
Sandal Upanat atau Upanat Barabudur adalah sandal khusus yang digunakan wisatawan pada saat menaiki struktur Candi Borobudur.
Bentuk Sandal Upanat juga cukup unik, karena bagian atasnya terbuat dari anyaman daun pandan dan bagian jepitan kaki terbuat dari batok kelapa.
Namun yang istimewa adalah pada bagian alasnya yang terbuat dari material spons ati.
Dari hasil uji gesekan yang telah dilakukan, diketahui bahwa jenis material spon ati dengan tingkat kekerasan lebih rendah dibandingkan jenis spon batu.
Hal ini membuat penggunaan sandal Upanat memiliki dampak keausan pada material batu tangga dan lantai candi yang rendah.
Dalam penelitian Brahmantara dari Balai Konservasi Borobudur, aktivitas berjalan di atas batu candi menggunakan alas kaki secara tidak disadari dan berangsur–angsur akan merusak batu candi.
Pengamatan kondisi tingkat keausan yang dilakukan di awal tahun 2010 oleh Hari Setyawan dari Balai Konservasi Borobudur telah menunjukkan bahwa persentase keausan mencapai tingkat yang mengkhawatirkan.
Persentase keausan rata–rata batu penyusun struktur tangga Candi Borobudur pada sisi timur adalah 74,40 persen, sisi barat 63,39 persen, sisi utara 27,84 persen, dan sisi selatan adalah 30,96 persen.