BENGKULU, KOMPAS.com - Putaran kampanye Capres nomor urut satu Anies Baswedan di Bengkulu cukup unik di Universitas Prof Hazairin. Para mahasiswa seluruh kampus daerah itu menggelar uji capres berupa gagasan, Rabu (6/12/2023).
Ruangan aula disetting melingkar dengan Anies Baswedan di tengah. Ia dihujani banyak pertanyaan.
Pertanyaan pertama, bagaimana Anies dapat membuat pendidikan yang adil dan merata. Terlebih isu Jawa sentris mengemuka.
Baca juga: Di Hadapan Mahasiswa Bengkulu, Anies Sebut IKN Belum Prioritasnya
Menjawab itu, Anies mengungkapkan, semua orang jangan membedakan berdasarkan pulau atau berdasarkan yang mendapatkan kesempatan dan tidak mendapatkan kesempatan.
"Saya melihat masalah pendidikan di Indonesia itu seperti piramid jumlah bangkunya. SD itu lengkap siapapun anak Indonesia bangkunya cukup maka apabila ada 5,6 juta anak lahir maka bangku SD kelas satu cukup namun saat mereka lulus SD maka jumlah bangku SMP jeblok," jelas Anies memulai orasinya, Rabu (6/12/2023).
Menurut Anies, bangku SMP di daerah tidak sampai 60 persen menampung lulusan siswa SD. Lalu SMA lebih kecil lagi jumlah bangkunya. Begitupun jumlah bangku perguruan tinggi.
Baca juga: Anies Baswedan Kenalkan Program Pasar Amin sebagai Solusi Harga Pangan Mahal
"Nah kalau di Bengkulu bangku kuliah tersisa tujuh persen jadi kalau mau diselesaikan urusan pendidikan bukan hanya perguruan tingginya pastikan jumlah bangku SD hingga SLTA sama vertikal lurus bukan piramid," tegas Anies.
Selanjutnya terkait perguruan tinggi, ia melihat biayanya tinggi. Bahkan beban yang ditanggung keluarga tidak sebanding dengan yang ditanggung negara.
Anies menegaskan empat sektor investasi yang penting. Yakni pendidikan, kesehatan, kebudayaan, dan keagamaan.
"Karena ketika kita membiayai seseorang untuk pendidikan apalagi sampai perguruan tinggi dipandang sebagai investasi ketika dia lulus dia akan berkarya, memberikan manfaat bagi dirinya, keluarga, dan masyarakatnya. Manfaat itu adalah return dari investasi kita," ujar Anies.
"Kalau dipandang cost maka kita pasti menurunkan biaya padahal kalau diturunkan apa yang terjadi maka akan banyak anak yang tidak kuliah," ujarnya.
Lebih jauh ia mengatakan, pasangan Anies-Muhaimin berkomitmen mengubah pendidikan bukan sebagai industri tetapi sebagai eskalator sosial ekonomi bagi rakyat alias naik kelas.
Terakhir menurut Anies, porsi anggaran ditingkatkan agar bangku sekolah cukup di pendidikan tinggi diberikan anggatan lebih besar agar anak-anak bisa masuk kuliah.
Hari ini, ada program bantuan pendidikan untuk kuliah tapi yang menerima bantuan itu adalah keluarga yang tidak mampu. Sehingga keluarga yang di tengah, miskin bukan kaya tidak, tidak bisa apa-apa.
"Maka tentu saja tambahan anggaran menjadi hal yang penting," demikian Anies.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.