Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Kaganga, Salah Satu Aksara Tertua di Dunia dari Suku Suku Rejang

Kompas.com - 30/11/2023, 11:12 WIB
Glori K. Wadrianto

Editor

REJANG LEBONG, KOMPAS.com - Kaganga adalah aksara Suku Rejang dan masih digunakan masyarakat di beberapa kabupaten di Provinsi Bengkulu.

Kaganga merupakan salah satu aksara tertua di dunia dan menjadi bahasa nenek moyang Indonesia, khususnya di wilayah Sumatera bagian selatan.

Kendati kemajuan teknologi dan informasi menjangkau berbagai bidang kehidupan, keberadaan Aksara Kaganga masih dipakai oleh para tetua di wilayah Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu Utara, Lebong, maupun Kepahiang.

Di Kabupaten Rejang Lebong, penggunaan Aksara Kaganga dapat dilihat pada motif batik dan penamaan jalan--yang di bagian bawah plang nama jalan-- dituliskan dengan Aksara Kaganga.

Berdasarkan catatan sejarah dan penelitian pada zaman kolonial Belanda hingga kemerdekaan RI, di wilayah Sumbagsel--mulai dari tahun 1785-2022-- terdapat empat aksara lokal yang dimiliki suku pribumi.

Empat aksara lokal tersebut adalah Rejang, Serawai, Lembak l, dan Pasemah.

Demikian penjelasan M. Sahidi (61), budayawan dan pengurus Badan Musyawarah Adat (BMA) Kabupaten Rejang Lebong, yang dikutip Kantor Berita Antara.

Catatan mengenai aksara penduduk lokal tersebut telah dilakukan oleh peneliti seperti William Marsden "History of Sumatra" (1785), dan Van Hasselt "Midden Sumatra" (1881).

Lalu, yang paling populer menjadi rujukan yaitu pada penelitian M.A Jaspan "Folk Literature Southwest Sumatra" (1964), yang mengubah kebiasaan penyebutan masyarakat kuno dengan penamaan aksara "Ulu" yang kemudian oleh M.A Jaspan menjadi aksara Ka-Ga-Nga.

Aksara Kaganga ini diambil berdasarkan tiga alfabet awal.

Penamaan Aksara Kaganga disepakati pada kongres atau pertemuan para pemuka adat pegiat naskah kuno di Provinsi Bengkulu pada tahun 1988, yang kemudian disahkan oleh Gubernur Bengkulu HA Razie Yachya, kala itu.

Pada kesepakatan itu, juga distandarkan beberapa Aksara Kaganga yang berbeda-beda dari empat suku, dengan menggabungkan beberapa perbedaan, untuk dijadikan standar pemakaian Aksara Kaganga di Provinsi Bengkulu.

Aksara Kaganga pada saat ini menjadi aksara kebanggaan masyarakat di Provinsi Bengkulu dan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB).

Namun, kurangnya pengetahuan standarisasinya menyebabkan sering terjadi perdebatan di beberapa daerah, walaupun aturan membolehkan penggunaan standar aksara di wilayah masing-masing.

Muatan lokal

Demi menjaga agar Aksara Kaganga tak punah dan dapat dipelajari kalangan anak-anak, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat sejak 2018 memasukkan Aksara Kaganga dalam mata pelajaran di sekolah dasar.

Kepala Dikbud Rejang Lebong Rezza Pakhlevie menjelaskan, upaya pelestarian Aksara Kaganga dilakukan sebagai muatan lokal di setiap SD di Rejang Lebong.

Selain menjadikan pelajaran Aksara Kaganga sebagai mulok di SD di Rejang Lebong, pihaknya juga memperbanyak buku yang mengajarkan Aksara Kaganga.

Buku-buku ini dibagikan melalui taman bacaan dan perpustakaan di setiap desa dan kelurahan di 15 kecamatan.

Aksara Kaganga juga mulai dikenalkan kepada anak-anak PAUD dan TK, agar sejak dini mereka tahu aksara tersebut.

Penggunaan Aksara Kaganga dan bahasa Rejang saat ini oleh masyarakat lokal mulai jarang.

Hal ini terjadi seiring kemajuan zaman serta masuknya penduduk dari luar ke daerah itu, sehingga memengaruhi penggunaan bahasa sehari-hari.

Aksara Kaganga dan bahasa Rejang hanya digunakan masyarakat lokal pada upacara pernikahan, penyambutan tamu, maupun pada peringatan HUT Kota Curup, Ibu Kota Rejang Lebong, yang dilaksanakan setiap tahun.

Pada HUT itu, selain dilakukan prosesi adat juga lomba menulis Aksara Kaganga.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Bupati Lombok Barat Imbau Warga Tak Sebarkan Video Penyerangan

Pj Bupati Lombok Barat Imbau Warga Tak Sebarkan Video Penyerangan

Regional
Rem Blong, Truk Molen Tabrak Mobil dan Rumah di Ungaran

Rem Blong, Truk Molen Tabrak Mobil dan Rumah di Ungaran

Regional
Pernah Bunuh Pencuri Kambing dan Dipenjara, Muhyani Kembali Kecurian

Pernah Bunuh Pencuri Kambing dan Dipenjara, Muhyani Kembali Kecurian

Regional
431 Calon Haji Kota Tangerang Berangkat ke Tanah Suci, Pj Walkot: Utamakan Ibadah dan Jalani Sepenuh Hati

431 Calon Haji Kota Tangerang Berangkat ke Tanah Suci, Pj Walkot: Utamakan Ibadah dan Jalani Sepenuh Hati

Regional
Buntut Penyerangan di Lombok Barat, Keluarga Korban Lapor ke Polda NTB

Buntut Penyerangan di Lombok Barat, Keluarga Korban Lapor ke Polda NTB

Regional
Anak di Rohil Selamat Usai Minum Kopi Beracun Pemberian Ibu Tiri

Anak di Rohil Selamat Usai Minum Kopi Beracun Pemberian Ibu Tiri

Regional
Mendaftar ke 6 Partai, Wakil Walkot Padang Ekos Albar Maju Pilkada Padang

Mendaftar ke 6 Partai, Wakil Walkot Padang Ekos Albar Maju Pilkada Padang

Regional
Tanggapan BBKSDA Riau soal Pekerja Tewas Diterkam Harimau Sumatera

Tanggapan BBKSDA Riau soal Pekerja Tewas Diterkam Harimau Sumatera

Regional
Baru Kelas 6 SD, Bocah di Jambi Punya Tinggi 2 Meter

Baru Kelas 6 SD, Bocah di Jambi Punya Tinggi 2 Meter

Regional
Bocah SMP di Garut Saksikan Sang Ibu Dibunuh Perampok di Kamar Mandi, Tangannya Sempat Diikat

Bocah SMP di Garut Saksikan Sang Ibu Dibunuh Perampok di Kamar Mandi, Tangannya Sempat Diikat

Regional
Isi Surat Wasiat di Dekat Jasad Bayi Dalam 'Paper Bag' di Bali, Ada Uang Rp 1 Juta untuk Pemakaman

Isi Surat Wasiat di Dekat Jasad Bayi Dalam "Paper Bag" di Bali, Ada Uang Rp 1 Juta untuk Pemakaman

Regional
Warga Tembalang dan Candisari Deklarasikan Dukungan kepada Mbak Ita untuk Maju Pilwakot Semarang 2024

Warga Tembalang dan Candisari Deklarasikan Dukungan kepada Mbak Ita untuk Maju Pilwakot Semarang 2024

Regional
Dipolisikan Rektor Unri karena Kritik UKT, Khariq: Saya Tetap Berjuang meski Dipenjara

Dipolisikan Rektor Unri karena Kritik UKT, Khariq: Saya Tetap Berjuang meski Dipenjara

Regional
Warga Gayamsari Deklarasikan Dukungan Mbak Ita Maju Pilwakot Semarang 2024

Warga Gayamsari Deklarasikan Dukungan Mbak Ita Maju Pilwakot Semarang 2024

Regional
Malam Mencekam di Lombok, 1 Desa Diserang Puluhan Warga dengan Sajam

Malam Mencekam di Lombok, 1 Desa Diserang Puluhan Warga dengan Sajam

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com