Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Ada Lagi Pendidikan Agama Konghucu di Sekolah Formal di Rembang, Ini Respons Kemenag

Kompas.com - 29/11/2023, 10:02 WIB
Aria Rusta Yuli Pradana,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

REMBANG, KOMPAS.com - Ada enam agama yang diakui di Indonesia, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu.

Meskipun begitu, penerapan pendidikan agama bagi siswa-siswi di sekolah masih belum optimal.

Seperti contoh, pendidikan agama Konghucu di sekolah yang ada di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.

Pembimbing umat Konghucu di Kecamatan Lasem, Rembang, Haryanti mengatakan, tidak ada pendidikan agama Konghucu di sekolah formal bagi para siswa-siswi yang menganut agama Konghucu.

Baca juga: Sowan ke Gus Mus di Rembang, Mahfud MD : Saya Memberi Informasi, Saya Ikut Konstelasi Politik

Hal tersebut disampaikan olehnya saat mengikuti kegiatan forum moderasi beragama bertajuk 'Kehadiran Negara Dalam Melayani Umat' di Gedung Serba Guna Klenteng Hok Tik Bio Sumberjo, Rembang, Jawa Tengah, pada Selasa (28/11/2023).

"Anak-anak dari TK sampai SLTA tidak ada pelajaran agama Konghucu, terkendala dengan pengasuhnya," kata dia.

Sehingga, bagi siswa-siswi yang menganut agama Konghucu, tetap mengikuti pendidikan agama sesuai dengan sekolah yang ditempatinya.

"Anak-anaknya di sekolah Kristen, juga mengikuti pelajaran agama Kristen, yang di Katolik juga mengikuti Katolik. Sedangkan yang di SD Wijaya Kusuma, yang agama Islam sudah bisa masuk, itupun (pendidikan agama Konghucu) juga belum ada di sana," terang dia.

Menurutnya, pendidikan agama Konghucu pernah diadakan di sekolah yang ada di Rembang, sebelum masa Orde Baru.

Namun, setelah era Orde Baru, pendidikan agama Konghucu di sekolah formal sudah tidak berjalan lagi.

"Dulu kalau sebelum Orde Baru ya, itu di SD Wijaya Kusuma sudah ada pendidikan agama Konghucu, diasuh oleh pengajar dari Solo, itu cuma berjalan beberapa tahun, kemudian dapat tekanan-tekanan lagi juga hilang, muridnya tidak berani karena orangtuanya kan juga dapat tekanan-tekanan pada waktu Orde Baru," terang dia.

Juru Bicara Kementerian Agama, Anna Hasbie yang turut hadir dalam forum tersebut mengakui keberadaan guru agama Konghucu masih memang kurang.

"Jadi, memang kami mengakui, Kemenag kan melakukan pemetaan juga, ada daerah-daerah yang memang masih harus kami kejar, pengadaan guru-guru. Tapi, kendala kami di lapangan ya itu ketersediaan orang, zaman sekarang saja mau jadi guru itu sudah sedikit," terang dia.

Meski demikian, Kementerian Agama sudah mendirikan sekolah-sekolah tinggi Konghucu agar dapat memenuhi jumlah pengajar agama Konghucu.

"Maka kami berpikir untuk mendirikan sekolah-sekolah tinggi Konghucu sehingga nanti baru bisa dipetik hasilnya beberapa tahun ke depan," ujar dia.

Baca juga: Temui Gus Mus di Rembang, Ganjar: Cerita Situasi Kekinian

Dalam forum tersebut, hadir juga Kepala Pusat Bimbingan Konghucu Sekretariat Jenderal Kementerian Agama RI, Susari, Kepala Kementerian Agama Kabupaten Rembang, Moh Mukson, para penganut agama Konghucu serta para peserta forum.

Sebagai gambaran, jumlah penganut agama Konghucu di Indonesia sekitar 74.000 orang, dengan persebaran paling banyak berada di Provinsi Bangka Belitung dan Kalimantan Barat.

Sementara di Jawa Tengah, pemeluk agama Konghucu sekitar 4.000 orang.

Sedangkan jumlah guru agama Konghucu di Indonesia sebanyak 178 orang.

Karena untuk menjadi seorang guru, setidaknya mempunyai stardar kualifikasi berupa lulusan sarjana pendidikan agama Konghucu dan memiliki sertifikat pendidik.

 

Kemenag dukung

Kementerian Agama (Kemenag) siap mendukung pendidikan agama Konghucu di sekolah formal bagi siswa-siswi penganut agama tersebut yang berada di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.

Kepala Kemenag Kabupaten Rembang, Moh Muchson mengatakan, pihaknya sudah berkomunikasi dengan para pemeluk agama Konghucu terkait dengan rencana mengadakan pelajaran agama Konghucu di sekolahan.

Baca juga: Eks Pimpinan KPK Ungkap Alasan Sejumlah Tokoh Bahas Demokrasi dengan Gus Mus di Rembang

"Saya sudah komunikasi dengan kawan-kawan Konghucu untuk menyelenggarakan kegiatan sekolah minggu," ucap dia, usai diskusi yang diselenggarakan oleh Pusat Bimbingan dan Pendidikan Konghucu Kemenag RI di gedung serba guna Klenteng Hok Tik Bio itu.

Pihaknya juga sudah berkomunikasi dengan Susari selaku Kepala Pusat Bimbingan dan Pendidikan Konghucu Kemenag RI untuk dapat memfasilitasi guru agama tersebut bagi para siswa sekolah.

"Beliau mengatakan kalau ada kegiatan itu nanti akan di-support dari sisi fasilitas sekaligus insentif untuk gurunya," terang dia.

Dirinya menyebut, pemeluk agama Konghucu terbanyak berada di Kecamatan Lasem dan Rembang. Sementara, untuk jumlah pemeluknya, belum dapat dihitung secara pasti.

"Memang kita belum ada angka yang pasti, bahkan ketika kita tanyakan kepada kawan-kawan Konghucu sendiri. Sehingga itu akan kita petakan berapa jumlahnya dan treatment-nya juga lebih jelas," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bawa Bendara RMS Saat Nobar Timnas di Ambon, Anak di Bawah Umur Diamankan

Bawa Bendara RMS Saat Nobar Timnas di Ambon, Anak di Bawah Umur Diamankan

Regional
Cerita Bripka Leonardo, Polisi yang Ubah Mobil Pribadi Jadi Ambulans Gratis

Cerita Bripka Leonardo, Polisi yang Ubah Mobil Pribadi Jadi Ambulans Gratis

Regional
Kisah Relawan Tagana di Banten, Minim Fasilitas, Sering Pakai Uang Pribadi untuk Tugas

Kisah Relawan Tagana di Banten, Minim Fasilitas, Sering Pakai Uang Pribadi untuk Tugas

Regional
Soal Mutilasi di Ciamis, Apakah Orang dengan Gangguan Jiwa Berpotensi Melakukan Tindak Kejahatan?

Soal Mutilasi di Ciamis, Apakah Orang dengan Gangguan Jiwa Berpotensi Melakukan Tindak Kejahatan?

Regional
Sempat Laporkan Mahasiswanya ke Polisi, Rektor Unri: Tak Ada Maksud Mengkriminalisasi

Sempat Laporkan Mahasiswanya ke Polisi, Rektor Unri: Tak Ada Maksud Mengkriminalisasi

Regional
Punya 2 Profesi, Lurah di Prabumulih Jadi Bidan Diduga Malapraktik hingga Pasien Meninggal

Punya 2 Profesi, Lurah di Prabumulih Jadi Bidan Diduga Malapraktik hingga Pasien Meninggal

Regional
Tak Punya Bandara Internasional, Iklim Investasi di Jawa Tengah Dikhawatirkan Terganggu

Tak Punya Bandara Internasional, Iklim Investasi di Jawa Tengah Dikhawatirkan Terganggu

Regional
Bandara Lombok Siap Layani Pemberangkatan 13 Kloter Jemaah Haji 2024

Bandara Lombok Siap Layani Pemberangkatan 13 Kloter Jemaah Haji 2024

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Jumat 10 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Jumat 10 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Jumat 10 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Jumat 10 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Cerah Berawan

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Jumat 10 Mei 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Jumat 10 Mei 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Regional
Ibu di Riau Beri Racun Tikus ke Anak Tirinya gara-gara Sakit Hati Pada Ayah Korban

Ibu di Riau Beri Racun Tikus ke Anak Tirinya gara-gara Sakit Hati Pada Ayah Korban

Regional
Rektor Unsa Maju Pilkada 2024 Lewat Partai Gerinda, Sosok Perempuan Pertama

Rektor Unsa Maju Pilkada 2024 Lewat Partai Gerinda, Sosok Perempuan Pertama

Regional
Di Balik Penutupan Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta, Salah Satunya Kendala Bahan Baku Impor

Di Balik Penutupan Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta, Salah Satunya Kendala Bahan Baku Impor

Regional
Update Kasus Penemuan Mayat di Indekos Cirebon, Korban Berlumuran Darah dan Sempat Disembunyikan di Dalam Lemari Baju

Update Kasus Penemuan Mayat di Indekos Cirebon, Korban Berlumuran Darah dan Sempat Disembunyikan di Dalam Lemari Baju

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com