KOMPAS.com - Indonesia memiliki minuman tradisional berupa jamu dari berbagai daerah yang jenisnya sangat beragam.
Salah satunya adalah jamu coro yang menjadi minuman khas dari daerah Demak, Jawa Tengah.
Baca juga: 10 Jamu Khas Indonesia: Sejarah, Bahan, Khasiat, dan Cara Pembuatan
Menjadi minuman dengan nama yang unik, ternyata banyak orang yang terkecoh dengan nama jamu coro.
Istilah coro yang menjadi nama jamu ini bukan berasal dari nama hewan, melainkan sebuah istilah dalam bahasa Jawa yaitu coro yang berarti cara atau kaidah.
Baca juga: Kisah Jamu Ginggang, Kuliner Legendaris Peninggalan Pakualam VII, Eksis hingga Generasi Kelima
Menilik sejarahnya, jamu coro konon sudah ada sejak zaman kasultanan Bintoro. Minuman tradisional ini akan dihidangkan sebagai sajian dalam pertemuan atau acara di keraton.
Bahkan ada juga yang menyebut bahwa jamu coro merupakan peninggalan Raden Patah.
Baca juga: 8 Jenis Jamu Gendong Lengkap dengan Bahan, Manfaat, dan Filosofi
Sebagai minuman tradisional, jamu coro merupakan sejenis wedang yang dinikmati selagi masih hangat.
Sama seperti wedang lainnya yang biasa ditemukan di daerah Jawa Tengah,jamu ini juga menggunakan campuran berbagai rempah-rempah.
Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat jamu coro adalah tepung beras yang dicampur dengan rempah-rempah seperti kayu manis, serai, jahe, santan, dan gula merah.
Campuran rempah-rempah tersebut membuat minuman tradisional ini memiliki rasa manis dan sedikit pedas, serta berkhasiat untuk menyegarkan badan.
Sementara campuran tepung beras juga membuat teksturnya juga sedikit menyerupai bubur, sehingga kerap disebut bubur jamu coro.
Biasanya minuman tradisional ini akan dijajakan pada pagi hari, seperti yang bisa ditemukan di sentra jamu coro di Desa Rejosari, Kecamatan Karang Tengah, Kabupaten Demak.
Cara memasarkannya juga masih sederhana, dengan dijual berkeliling oleh sang pedagang jamu.
Selain itu, cara penjual tersebut membawa jamu coro juga berbeda dari penjual jamu kebanyakan.
Agar jamu yang dijual tetap hangat, penjual jamu coro akan membawanya dengan menggunakan kendil yang terbuat dari tanah liat dan ditutup dengan kain dan dibungkus plastik.