Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rawan Soal Netralitas, ASN Jateng Dilarang Unggah Foto Dukungan dan Beri "Like" ke Paslon Tertentu

Kompas.com - 16/11/2023, 10:45 WIB
Titis Anis Fauziyah,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Mengingat rawannya persoalan netralitas, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Sumarno meminta semua aparatur sipil negara (ASN) untuk saling mengingatkan agar lebih bijak menggunakan media sosial.

"Kami mohon agar para ASN untuk saling mengingatkan karena tidak semua ASN paham tentang netralitas," kata Sumarno, Rabu (15/11/2023) malam.

Baca juga: Bupati Boyolali Bantah Arahkan ASN Pilih Paslon Tertentu

Pasalnya, pada Pemilu 2019, Bawaslu Jateng mendapati sekitar 30 laporan ketidaknetralan ASN.

Sebagian di antaranya dilaporkan menekan tombol like atau suka, berkomentar, dan membagikan tautan di media sosial tentang salah satu pasangan calon (paslon) capres-cawapres ataupun calon anggota legislatif (caleg).

"Ternyata banyak ASN yang tidak tahu kalau itu melanggar netralitas. Ini menjadi PR kita bersama untuk mempelajari apa saja yang dianggap tidak netral," kata Sumarno.

Merespons hal itu, berbagai upaya terus dilakukan Pemprov Jateng guna mencegah terjadinya ketidaknetralan ASN, antara lain melakukan pengarahan, ikrar netralitas ASN, dan saling mengingatkan antar-ASN.

Bahkan, beberapa waktu lalu pihaknya mengunggah pose foto yang dilarang bagi ASN yang dinilai mudah disalahartikan sebagai dukungan kepada paslon tertentu pada pemilu mendatang.

Sumarno menambahkan, Pemprov Jateng berkomitmen mewujudkan Pemilu 2024 sebagai pesta demokrasi yang berkualitas. Apalagi, kesuksesan penyelenggaraan pemilu hingga pemilihan kepala daerah merupakan tanggung jawabnya, tak terkecuali persoalan netralitas ASN.

Sementara itu, anggota Bawaslu Jateng, Sosiawan, mengatakan, dari sekitar 30 laporan adanya ketidaknetralan ASN di Jateng pada Pemilu 2019, sebagian besar dilaporkan oleh sesama ASN.

Menurut dia, saling mengingatkan dan melaporkan itu dilakukan dengan dasar kepedulian untuk menjaga profesionalitas, integritas, marwah, dan harga diri sebagai sesama anggota Korpri. Meskipun semua laporan itu masih indikasi ketidaknetralan ASN, Bawaslu tetap waspada.

"Harus tetap waspada karena netralitas ASN masuk indeks kerawanan pemilu di Indonesia, termasuk soal politik uang, berita hoaks, dan politik indentitas. Kita juga bersyukur bahwa secara nasional, Jateng tidak masuk 10 besar indeks kerawanan pemilu terkait ketidaknetralan ASN," ujar Sosiawan.

Baca juga: Fakta di Balik Video Diduga ASN Boyolali Mengaku Diarahkan Dukung Paslon Tertentu

Lebih lanjut, dari hasil pantauannya selama ini, terjadinya indikasi atau gejala ketidaknetralan ASN disebabkan tiga hal.

Pertama, karena kurangnya pemahaman bahwa sikap atau tindakannya ialah suatu bentuk keberpihakan atau dukungan, baik kepada capres maupun calon wakil rakyat tertentu.

"Kedua adalah karena faktor tekanan dari atasan atau pihak mana pun sehingga harus melakukan dukungan atau keterpihakan. Sedangkan penyebab yang ketiga karena adanya kepentingan tertentu," tandas Sosiawan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lirik Lagu Sang Bumi Ruwa Jurai dan Arti, Lagu Daerah Lampung

Lirik Lagu Sang Bumi Ruwa Jurai dan Arti, Lagu Daerah Lampung

Regional
Paman dan Penasehat Maju Pilkada, Bobby: Itu Pilihan Masyarakat

Paman dan Penasehat Maju Pilkada, Bobby: Itu Pilihan Masyarakat

Regional
Cegah Bencana Susulan, Cuaca di Kaki Gunung Marapi Dimodifikasi

Cegah Bencana Susulan, Cuaca di Kaki Gunung Marapi Dimodifikasi

Regional
Teror Pencuri Spesialis Jok Motor di Masjid Semarang, Incar Korban saat Shalat

Teror Pencuri Spesialis Jok Motor di Masjid Semarang, Incar Korban saat Shalat

Regional
Pj Gubernur Banten Diberhentikan, Virgojanti Tak Lagi Jadi Plh Sekda

Pj Gubernur Banten Diberhentikan, Virgojanti Tak Lagi Jadi Plh Sekda

Regional
Preman di Lampung Aniaya Pemilik Warung, Minta Nambah Jatah 'Akamsi'

Preman di Lampung Aniaya Pemilik Warung, Minta Nambah Jatah "Akamsi"

Regional
Hadiri Puncak HKG PKK di Solo, Iriana Jokowi Ingatkan Peserta Beli Oleh-oleh

Hadiri Puncak HKG PKK di Solo, Iriana Jokowi Ingatkan Peserta Beli Oleh-oleh

Regional
Nakhoda Tongkang Batu Bara Penabrak Jembatan di Jambi Jadi Tersangka

Nakhoda Tongkang Batu Bara Penabrak Jembatan di Jambi Jadi Tersangka

Regional
Satu Santriwati di Rokan Hilir Meninggal Usai Makan Siomay, Belasan Korban Lainnya Dibawa ke RS

Satu Santriwati di Rokan Hilir Meninggal Usai Makan Siomay, Belasan Korban Lainnya Dibawa ke RS

Regional
Kembalikan Kejayaan Petani Tebu, Bupati Blora Minta Pengurus Baru APTRI Jalin Sinergi

Kembalikan Kejayaan Petani Tebu, Bupati Blora Minta Pengurus Baru APTRI Jalin Sinergi

Regional
Dugaan Manipulasi RUPS Bank Sumsel Babel, Eks Walkot Palembang Diperiksa

Dugaan Manipulasi RUPS Bank Sumsel Babel, Eks Walkot Palembang Diperiksa

Regional
Diwakili 19 PAC, Ngesti Nugraha Ambil Formulir Bakal Calon Bupati di PDI-P Kabupaten Semarang

Diwakili 19 PAC, Ngesti Nugraha Ambil Formulir Bakal Calon Bupati di PDI-P Kabupaten Semarang

Regional
Kendarai Mobil Tangki Ugal-ugalan dan Viral di Medsos, Sopir di Kupang Ditangkap Polisi

Kendarai Mobil Tangki Ugal-ugalan dan Viral di Medsos, Sopir di Kupang Ditangkap Polisi

Regional
Turun Jabatan Jadi Plh Gubernur Banten, Al Muktabar Buka Suara

Turun Jabatan Jadi Plh Gubernur Banten, Al Muktabar Buka Suara

Regional
2 Bocah SD di Lombok Diduga Diperkosa 5 Orang, 2 Terduga Pelaku Masih di Bawah Umur

2 Bocah SD di Lombok Diduga Diperkosa 5 Orang, 2 Terduga Pelaku Masih di Bawah Umur

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com